Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Mengusung Keranda (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Mengusung Keranda" karya Cecep Syamsul Hari mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kesedihan dan proses berduka yang sering kali ...
Mengusung Keranda

Ibu, tubuhku airmata. Nestapaku sempurna.

1997

Analisis Puisi:

Puisi "Mengusung Keranda" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya yang singkat namun penuh dengan kedalaman emosional. Melalui dua baris sederhana, "Ibu, tubuhku airmata. Nestapaku sempurna," Cecep berhasil menyampaikan perasaan duka yang mendalam, kehilangan, dan keterikatan emosional antara seorang anak dan ibunya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kesedihan dan proses berduka yang sering kali menyertai kehilangan orang yang kita cintai.

Ibu, tubuhku airmata

Frasa ini adalah sebuah pernyataan yang kuat dan penuh emosi. Kata "Ibu" di sini menunjukkan bahwa subjek utama dari kesedihan yang dirasakan adalah seorang ibu. Dalam banyak budaya, ibu sering kali dianggap sebagai sosok yang paling dekat dan memiliki ikatan emosional yang mendalam dengan anak-anaknya. Kehilangan seorang ibu adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan yang bisa dialami seseorang.

"Tubuhku airmata" adalah metafora yang menggambarkan betapa mendalamnya kesedihan yang dirasakan oleh penulis. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan air mata, menunjukkan bahwa kesedihan itu menguasai seluruh dirinya. Ini bukan hanya tentang menangis, tetapi juga tentang bagaimana kesedihan tersebut meresap ke dalam setiap aspek keberadaan fisik dan emosionalnya.

Nestapaku sempurna

Frasa ini memperkuat intensitas kesedihan yang dirasakan. Kata "nestapa" berarti kesedihan atau penderitaan yang mendalam. Dengan menambahkan kata "sempurna," penulis menunjukkan bahwa kesedihan ini adalah sesuatu yang total dan menyeluruh, tidak ada bagian dari dirinya yang tidak tersentuh oleh rasa duka ini.

Tema dan Pesan

Puisi ini menggambarkan tema-tema universal tentang kehilangan, duka, dan cinta. Kehilangan seorang ibu adalah salah satu pengalaman yang paling menghancurkan dan penuh emosi yang dapat dialami seseorang. Melalui puisi ini, Cecep Syamsul Hari menunjukkan betapa mendalamnya rasa kehilangan tersebut dan bagaimana hal itu dapat menguasai seluruh diri seseorang.

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya mengakui dan merasakan kesedihan kita. Kesedihan dan duka adalah bagian alami dari kehidupan, terutama ketika kita kehilangan seseorang yang sangat kita cintai. Dengan mengungkapkan perasaan tersebut, kita dapat mulai proses penyembuhan dan menemukan cara untuk menghormati kenangan orang yang telah pergi.

Gaya Bahasa dan Struktur

Cecep Syamsul Hari menggunakan gaya bahasa yang sangat sederhana namun penuh makna. Dengan hanya dua baris, ia berhasil menangkap esensi dari perasaan duka yang mendalam. Pilihan kata yang digunakan sangat efektif dalam menyampaikan emosi yang kuat. Metafora "tubuhku airmata" dan frasa "nestapaku sempurna" menunjukkan kemampuan penulis untuk menggunakan bahasa yang padat dan emosional untuk menggambarkan perasaan yang kompleks.

Puisi "Mengusung Keranda" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya yang singkat namun penuh makna. Melalui dua baris sederhana, puisi ini menggambarkan perasaan duka yang mendalam dan kehilangan yang dirasakan oleh seorang anak terhadap ibunya. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, Cecep berhasil menyampaikan intensitas emosi yang dirasakan dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dari kehilangan dan proses berduka. Puisi ini adalah sebuah karya yang menggugah perasaan dan memberikan wawasan tentang pengalaman manusia yang universal dalam menghadapi kehilangan orang yang dicintai.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Mengusung Keranda
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.