Puisi: Meja Kayu (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Meja Kayu" karya Cecep Syamsul Hari menggambarkan kompleksitas perasaan manusia melalui penggunaan gambaran dan imaji yang kuat.
Meja Kayu

Inilah rahasia senja, usia yang terbuang,
maut yang mengundang dan menghindar. Laut jauh,
malam pualam. Kudengar berbagai suara dari dalam. Pertempuran,
tarian Mephisto, erang dan keluh, jamu yang diseduh, sedang dia
memungut bayang-bayang: Luka dan prelude dari duka
yang luput. Ada perempuan matang bergigi kawat, berdiri di sebuah

hari, ujung tahun yang basah, di bawah pohon cemara
berlampu lebat. Pengakuanku terbesar padamu: aku berhenti
menemui seorang gadis, dan minum kopi lagi. Semakin jarang
aku memberimu ciuman, umurku berkurang
dan kesepian. Telah kuterima kegagalan dan hujatan
sebagai cinta. Aku keluar, sepatuku selalu bersemir coklat,

kaus kaki baru dan lembut, ah, bukankah telah lama kering
rumput di halaman dan Chopin di masa silam menulis lagu pedih
tentang hujan. Gerimis dan rincing uang logam, pemantik api 
dan pipi yang penuh, sudut kotamu terlalu riuh. Aku bernyanyi,
jika sedih aku bernyanyi: Tepislah cintaku, dan esok pagi
aku akan bangun di kamar hotelku. Sendiri. Yang kusayangi

selalu pergi. Inilah rahasia senja, tanpa patahan kenangan
dan kehendak memuja mitologi. Alangkah riang ketika langit
terang, kereta langsir, peluit tukang parkir bagai jadwal
yang mangkir. Aku murung dan kecewa, di stasiun Tugu
melompat-lompat dan tertawa. Beriman, Faust, bukan bersedia 
keras kepala, untuk senyum seorang perawan, pemimpin yang ribut,

sahabat yang memelihara serigala dalam dadanya, untuk bukan
apa pun. Tidak seperti para terusir di tanah-tanah pengungsian,
aku cuma sedikit kehilangan: Daun jatuh, percakapan
yang berayun-ayun; dan seorang perempuan lemah
melepas kerudungnya, mendedah kecupan, menata surat-surat,
hadiah-hadiah remah, dan mengubur bekas pelukanku

di bawah meja kayu.

1999

Analisis Puisi:

Puisi "Meja Kayu" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kompleksitas perasaan manusia melalui penggunaan gambaran dan imaji yang kuat. Dalam puisi ini, penulis menggambarkan rahasia, kenangan, kehilangan, dan kehancuran yang dapat dihubungkan dengan objek meja kayu.

Penggunaan Bahasa dan Imaji: Penulis menggunakan bahasa yang padat dan penuh makna untuk menyampaikan gambaran tentang perasaan dan pengalaman. Penggunaan imaji seperti "senja," "maut," "laut jauh," dan "malam pualam" menciptakan nuansa gelap dan misterius. Objek-objek seperti "meja kayu," "gadis," dan "rumput di halaman" digunakan untuk mengilustrasikan perasaan dan pengalaman dalam puisi ini.

Perjalanan Emosional: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional yang rumit. Dari awal hingga akhir puisi, terdapat perubahan perasaan dari kegelapan dan kehancuran ke harapan dan kehidupan. Penggambaran rahasia senja dan gambaran tentang perempuan matang bergigi kawat menciptakan nuansa misterius, sementara penggambaran kereta langsir, peluit tukang parkir, dan stasiun Tugu menciptakan nuansa kehidupan yang sibuk.

Kehilangan dan Kesepian: Puisi ini menggambarkan perasaan kehilangan dan kesepian. Penggunaan bahasa seperti "Aku murung dan kecewa," "Yang kusayangi selalu pergi," dan "Daun jatuh, percakapan yang berayun-ayun" menggambarkan rasa kehilangan dan kerapuhan dalam hubungan. Objek-objek seperti "meja kayu" dan "bekas pelukanku" digunakan untuk mengilustrasikan kesepian dan kehancuran.

Pesan Filosofis: Puisi ini juga mengandung pesan filosofis tentang kehidupan dan pengalaman manusia. Penggunaan referensi seperti "Faust," yang merupakan karakter dalam literatur yang menjalani perjanjian dengan setan, memberikan dimensi yang lebih dalam tentang konflik manusia dengan harapan, kehilangan, dan kehendak.

Makna dan Tafsir: Puisi ini dapat diartikan sebagai refleksi tentang perasaan dan pengalaman manusia dalam menghadapi perubahan, kehilangan, dan kerumitan emosional. Objek-objek dan gambaran yang digunakan menciptakan lapisan makna tentang kehidupan, kehancuran, dan harapan.

Puisi "Meja Kayu" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional manusia melalui penggunaan gambaran dan imaji yang kuat. Dengan bahasa yang padat dan penuh makna, penulis berhasil menyampaikan pesan tentang rahasia, kehilangan, dan harapan dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perasaan-perasaan yang rumit dan kontradiktif yang dihadapi oleh manusia.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Meja Kayu
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.