Puisi: Dunia Dongeng (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Dunia Dongeng" karya Cecep Syamsul Hari menyajikan refleksi mendalam tentang perubahan dari masa kanak-kanak ke dunia dewasa, serta ....
Dunia Dongeng

Tetapi di mana tempat bagi kita sejak dunia dongeng
penuh asap pabrik-pabrik dan mimpiku seperti limbah layaknya:
Miskin imajinasi. Tiba-tiba kita bukan anak kecil lagi
yang bergantungan di kabel-kabel telefon, bermain pengantin

pengantinan, dan pipimu bagai kubangan pupur. Bukan. Sungguh
kita pengantin dewasa yang cuma sempat melihat bunga di layar
bioskop dan kau tampaknya begitu enggan
untuk menangis. Daun telingamu telah terlalu besar untuk dihiasi

"bunga pukul empat". Kita butuh ranjang dan bak mandi
yang lebih besar dan kuat. Lukisan rumah mungil
tepat di pusat dinding kamar, entah sejak kapan,
berubah menjadi lukisan abstrak. Barangkali benar,

kita kehilangan masa kanak-kanak.

1993-1999

Analisis Puisi:

Puisi "Dunia Dongeng" karya Cecep Syamsul Hari menyajikan refleksi mendalam tentang perubahan dari masa kanak-kanak ke dunia dewasa, serta kehilangan imajinasi dan kehangatan masa lalu. Melalui gaya bahasa yang sarat dengan metafora dan kontras, puisi ini menggambarkan pergeseran dari dunia fantasi ke kenyataan yang keras, sambil menggarisbawahi nostalgia dan kehilangan yang dirasakan selama proses itu.

Dalam puisi ini, Cecep Syamsul Hari menggunakan elemen-elemen yang kuat dan simbolik untuk mengungkapkan perasaan kehilangan dan perubahan yang dialami saat memasuki usia dewasa. Tema utama puisi ini adalah pergeseran dari masa kecil yang penuh imajinasi dan permainan ke kehidupan dewasa yang lebih praktis dan terkadang membosankan.

Eksplorasi Tema dan Makna

  • Kehilangan Imajinasi: "Tetapi di mana tempat bagi kita sejak dunia dongeng / penuh asap pabrik-pabrik dan mimpiku seperti limbah layaknya:" mengungkapkan rasa kehilangan dan ketidakpuasan. Dunia dongeng yang sebelumnya penuh dengan keajaiban dan imajinasi kini digantikan oleh kenyataan yang keras dan penuh dengan "asap pabrik-pabrik," simbol dari industrialisasi dan rutinitas yang monoton. Mimpi yang dulunya hidup dan berwarna kini dianggap sebagai limbah, mencerminkan bagaimana imajinasi sering kali terabaikan dalam kehidupan dewasa.
  • Kehilangan Masa Kanak-Kanak: "Tiba-tiba kita bukan anak kecil lagi / yang bergantungan di kabel-kabel telefon, bermain pengantin" menunjukkan transisi dari masa kanak-kanak yang penuh permainan sederhana dan kebebasan ke dunia dewasa yang lebih kompleks dan mungkin penuh tanggung jawab. Kontras antara "kabel-kabel telefon" yang merupakan simbol dari permainan anak-anak dan "pengantin dewasa" menekankan perubahan dari imajinasi masa kecil ke kenyataan dewasa yang lebih formal dan terstruktur.
  • Perubahan dan Nostalgia: "Kita butuh ranjang dan bak mandi / yang lebih besar dan kuat. Lukisan rumah mungil / tepat di pusat dinding kamar, entah sejak kapan, / berubah menjadi lukisan abstrak." menggambarkan perubahan kebutuhan dan keinginan seiring bertambahnya usia. Ranah imajinasi yang dulu disukai kini tergantikan dengan kebutuhan fisik yang lebih besar dan lebih praktis. Lukisan rumah mungil yang berubah menjadi lukisan abstrak melambangkan hilangnya kejelasan dan kehangatan masa lalu, digantikan oleh kompleksitas dan kekaburan kehidupan dewasa.
  • Nostalgia dan Kesadaran: "Barangkali benar, / kita kehilangan masa kanak-kanak." menutup puisi dengan sebuah refleksi yang sederhana namun mendalam. Pernyataan ini menggarisbawahi kesadaran tentang kehilangan masa lalu yang tidak dapat kembali lagi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana perubahan zaman dan tanggung jawab dewasa mungkin telah menghilangkan keajaiban dan kesederhanaan masa kecil.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Dunia Dongeng" mengungkapkan perasaan kehilangan yang sering dirasakan ketika seseorang memasuki fase dewasa dan meninggalkan dunia imajinasi masa kecil. Cecep Syamsul Hari dengan cermat menggambarkan bagaimana dunia dongeng yang penuh warna dan keajaiban digantikan oleh kenyataan yang lebih keras dan terkadang membosankan. Nostalgia akan masa lalu dan kesadaran tentang perubahan waktu menjadi tema sentral dalam puisi ini, memberikan kesempatan bagi pembaca untuk merenung tentang perjalanan mereka dari masa kecil ke dewasa dan bagaimana mereka menghadapi perubahan itu.

Puisi "Dunia Dongeng" karya Cecep Syamsul Hari menawarkan refleksi yang mendalam tentang kehilangan dan perubahan dari masa kanak-kanak ke dunia dewasa. Dengan menggunakan metafora dan kontras yang kuat, puisi ini menggambarkan pergeseran dari dunia imajinasi dan permainan ke kenyataan yang lebih praktis dan kadang-kadang mengecewakan. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk meresapi dan merenungkan bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan hidup dan bagaimana mereka mengatasi kehilangan keajaiban masa lalu.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Dunia Dongeng
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.