BORGOL
Bukankah telah kukunci dirimu; sepanjang aliran waktu yang diam.
Saat kota mulai temaram.
Sebab engkau tak akan sanggup berontak.
Pada onak dan gerak. Setiap jerat yang kaukerat.
Mungkin sebaris kata maki, yang berabad menyimpan sunyi.
Besi dingin itu adalah tanda.
Sebuah kunci yang dingin, atau lingkarang gerigi.
Bisa kaumasukkan sebilah kawat, untuk membuka usiamu yang gawat.
Tapi bukankah telah kukunci dirimu; untuk tetap setia bersama.
Setiap serat gembira dan sedih.
Sebelum percakapan terasa pipih atau sekadar buih.
Maka akupun akan mencatat, setiap riwayat dirimu.
Di gamang gelegak harap,
atau bayangan kota yang pudar dengan pintu hujan yang tak kunjung terbuka.
Tanpa ada seorangpun yang mau berbenah.
Sebab lukamu telah lama tanak.
Tamak oleh lindung harap yang tak kunjunhg menggertap.
Kebon Jeruk, 2014
Puisi: BORGOL
Karya: Alex R. Nainggolan