Puisi: Alang Kepalang Tak Terduga (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Alang Kepalang Tak Terduga" karya Hamid Jabbar menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan kompleksitas.
Alang Kepalang Tak Terduga
(hadiah HUT buat Bang Im)

bel berbunyi dan lampu berkedipan, merah dan hijau. Alangkah
gawatnya perjalanan ini, hari menuju malam, waktu menuju
kelam; dan kita menuju juga: barangkali ke sana! Alangkah
beratnya tanggungan ini, bahagia terasa pedih, sengsara
telah mengupih; dan bahu bertanya juga: sampai ke mana?
Alangkah asingnya segala, setelah sedikit bahagia mengada,
setelah sedikit putus asa sirna; dan segala masih saja
kembali seperti semula: alang kepalang tak terduga!

1974

Sumber: Wajah Kita (1981)

Analisis Puisi:

Puisi "Alang Kepalang Tak Terduga" karya Hamid Jabbar menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan kompleksitas. Melalui penggunaan gambaran visual dan metafora, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna eksistensi manusia dalam menghadapi perubahan dan tantangan.

Tema Utama

  • Ketidakpastian dan Perjalanan Hidup: Puisi ini menyoroti tema ketidakpastian yang melingkupi kehidupan manusia. Bel berbunyi dan lampu berkedipan, merah dan hijau, melambangkan perjalanan hidup yang penuh dengan pilihan dan arah yang tidak jelas. Kata-kata "hari menuju malam, waktu menuju kelam" menggambarkan perjalanan waktu yang menuju kegelapan, mencerminkan ketidakpastian akan masa depan.
  • Beban Emosional dan Psikologis: Penyair mengeksplorasi beban emosional dan psikologis yang dialami dalam perjalanan hidup. Bahagia yang terasa pedih dan sengsara yang mengupih menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dan kekecewaan.
  • Kehidupan yang Berulang Kembali: Puisi ini mencerminkan siklus kehidupan yang tak terduga dan sering kali berulang. Meskipun ada momen bahagia atau putus asa yang muncul, segalanya akhirnya kembali seperti semula, "alang kepalang tak terduga". Hal ini menunjukkan bahwa manusia sering kali terjebak dalam rutinitas dan pola yang sulit diubah.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Gambaran Visual dan Metafora: Hamid Jabbar menggunakan gambaran visual seperti bel berbunyi dan lampu berkedipan untuk menciptakan suasana yang dinamis dan bergerak. Metafora "hari menuju malam, waktu menuju kelam" memberikan latar belakang gelap yang menggambarkan ketidakpastian hidup.
  • Pertanyaan Retoris: Puisi ini mengandung banyak pertanyaan retoris yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna eksistensial. Pertanyaan seperti "sampai ke mana?" dan "segala masih saja kembali seperti semula?" memperkuat tema ketidakpastian dan eksplorasi diri.
  • Ritme dan Fluksiasi Emosional: Ritme puisi ini mengalir dengan lancar, mengikuti gelombang emosi yang bergejolak dari kebahagiaan hingga kepedihan. Fluksiasi emosional ini mencerminkan kompleksitas perjalanan hidup yang tidak linier.

Makna dan Interpretasi

  • Refleksi tentang Hidup: Puisi "Alang Kepalang Tak Terduga" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sifat eksistensi manusia yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan. Hal ini merupakan refleksi yang dalam tentang bagaimana kita menghadapi perubahan dan bagaimana hidup sering kali membawa kita kembali pada titik awal yang tidak terduga.
  • Kritik terhadap Kondisi Manusia: Hamid Jabbar juga secara tersirat mengkritik kondisi manusia yang terjebak dalam rutinitas dan pola hidup yang sulit diubah. Puisi ini menyoroti betapa sulitnya untuk menemukan makna atau arah yang pasti dalam kehidupan yang sering kali penuh dengan kebingungan.
  • Penegasan akan Keunikan dan Kompleksitas Hidup: Dengan menggunakan gaya bahasa yang khas dan gambaran visual yang kuat, puisi ini menegaskan akan keunikan dan kompleksitas kehidupan manusia. Setiap momen, baik bahagia maupun sengsara, memiliki arti yang mendalam dalam pembentukan perjalanan eksistensi kita.
Puisi "Alang Kepalang Tak Terduga" karya Hamid Jabbar bukan hanya sekadar penggambaran tentang ketidakpastian hidup, tetapi juga sebuah perenungan mendalam tentang eksistensi manusia dalam menghadapi tantangan dan kebingungan. Melalui gaya bahasa yang kuat dan gambaran visual yang mendalam, penyair berhasil menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang tak terduga dan sering kali membingungkan, namun tetap memiliki keunikan dan makna yang tak tergantikan bagi setiap individu.

Puisi: Alang Kepalang Tak Terduga
Puisi: Alang Kepalang Tak Terduga
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.