Yang Tersisa di Secangkir Kopi
masih tersisa senyum dan ragu yang hambar
: sejarah selalu merayap pelan untuk dilupakan.
semalam, sehabis melarutkan malam dengan secangkir kopi
kita tak sempat berdoa agar aroma kopi bisa mengusir sepi
semalaman, kita menuduh kalender tak lagi peduli
: persis puisi pucat yang kabur dari wilayah bahasa.
secangkir kopi dan kita
saling mengintai siapa
lebih dahulu mematikan lampu
menipu cahaya menilap waktu
sebab kita adalah sepasang khianat
yang saling mengejar dan melupa kenangan
pada bibir yang pernah berciuman
: kita tak berdaya
tak sanggup mengekalkan apapun
sebait puisi atau kisah pemberontakan
yang tersisa di cangkir kopi cuma resah yang mengaduh lamat-lamat.
Sumber: Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018)
Puisi: Yang Tersisa di Secangkir Kopi
Karya: Tjahjono Widarmanto
Biodata Tjahjono Widarmanto:
- Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.