Puisi: Rokok Jokpin (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Rokok Jokpin" karya F. Aziz Manna menggunakan rokok sebagai simbol untuk menggambarkan pengalaman emosional dan psikologis yang mendalam.
Rokok Jokpin

jarum itu dihisapnya sekaligus menghisapnya, asap seputih kapas
serupa napas memenuh di bilik jantung, sesak, berdesak, berontak,
menggetar sulur senar saraf otak, gemuruhnya serupa kata-kata
dalam sajak: putih dan kuning itu telah moksa dari cangkang
telurnya serupa udara, ada dalam tiada.

Magelang-Sidoarjo, 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Rokok Jokpin" karya F. Aziz Manna adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema ketergantungan, refleksi diri, dan transformasi melalui simbolisme rokok. Dengan gaya bahasa yang padat dan penuh makna, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan antara objek sehari-hari dan kondisi psikologis serta emosional manusia.

Struktur dan Tema

Puisi ini mengandalkan simbolisme rokok sebagai metafora untuk mengungkapkan kondisi internal dan refleksi mendalam. Struktur puisi yang singkat namun padat ini menyoroti pengalaman subjektif dan kondisi batin melalui deskripsi yang intens dan penuh warna.

Simbolisme Rokok

  • "jarum itu dihisapnya sekaligus menghisapnya": Frasa ini menunjukkan hubungan intim dan hampir obsesif antara penghisap rokok dan objek tersebut. "Jarum" yang digunakan untuk merujuk pada rokok menciptakan kontras dengan kebiasaan umum merokok, menggambarkan kedalaman ketergantungan dan dampaknya terhadap penghisap.

Asap dan Sensasi

  • "asap seputih kapas": Asap yang digambarkan seputih kapas menyiratkan kepolosan atau kebersihan yang berkonflik dengan efek ketergantungan. Kontras ini menciptakan ironis antara penampilan dan kenyataan.
  • "serupa napas memenuh di bilik jantung": Menggambarkan asap yang mengisi ruang internal tubuh, menciptakan rasa sesak dan menekankan dampak rokok pada kesehatan dan emosi penghisap.

Deskripsi Emosional dan Psikologis

  • "sesak, berdesak, berontak": Kata-kata ini menggambarkan perasaan yang dihasilkan oleh kebiasaan merokok—sesak napas, perjuangan batin, dan dorongan untuk melepaskan diri dari ketergantungan.
  • "menggetar sulur senar saraf otak": Menunjukkan efek stimulatif dan merusak dari rokok pada sistem saraf, menambahkan dimensi pengalaman subjektif yang intens.

Transformasi dan Penerimaan

  • "putih dan kuning itu telah moksa dari cangkang telurnya": Istilah "moksa" yang berarti pembebasan dalam konteks spiritual menunjukkan transformasi dari bentuk fisik ke bentuk metafisik. Putih dan kuning, yang merujuk pada warna rokok dan bekasnya, menjadi simbol dari proses penghilangan dan transendensi. "serupa udara, ada dalam tiada": Menunjukkan bagaimana efek rokok menjadi tidak nyata atau tidak terjangkau setelah proses transformasi, seperti udara yang sulit dipahami tetapi ada di mana-mana.

Interpretasi

Puisi "Rokok Jokpin" karya F. Aziz Manna menggunakan rokok sebagai simbol untuk menggambarkan pengalaman emosional dan psikologis yang mendalam. Melalui simbolisme dan deskripsi yang kuat, puisi ini mengeksplorasi ketergantungan, efeknya pada tubuh dan pikiran, serta proses transformasi yang terjadi seiring waktu. Penggunaan bahasa yang padat dan penuh warna menciptakan gambaran yang kuat dan kompleks tentang hubungan manusia dengan kebiasaan dan dampaknya terhadap kondisi batin.

Puisi "Rokok Jokpin" adalah karya yang merenungkan ketergantungan, transformasi, dan refleksi diri melalui simbolisme rokok. Dengan deskripsi yang intens dan gaya bahasa yang mendalam, F. Aziz Manna menciptakan sebuah karya yang menggugah pembaca untuk merenungkan hubungan antara objek sehari-hari dan kondisi emosional serta psikologis. Puisi ini mengundang pembaca untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana kebiasaan dan ketergantungan memengaruhi pengalaman subjektif dan kondisi batin manusia.

F. Aziz Manna
Puisi: Rokok Jokpin
Karya: F. Aziz Manna

Biodata F. Aziz Manna:
  • F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.