Pertemuan
Kami telah menyusun diri masing-masing. Remah cakap yang sekadar. Limbung tatap mata dengan sejumlah tanda yang gemetar. Bahkan saat kausantap hidangan. Semuanya hanya upacara sedih. Yang rutin dan formal. Meski kami berpura-pura tak sedih, tapi congkak untuk menjadi bahagia. Lalu percakapan melebar, mengunyah waktu bersama tissue di mulutmu. Perlahan dan pasti, begitu banyak kesunyian yang menjejak di mulut kami.
Di restoran – terang cahaya lampu hanya silau kemilau. Tak kunjung menuntun memasuki masalalu yang tertidur. Lalu kami berkumur dengan minuman. Menanyakan hal yang biasa saja. Lampu kehilangan cahaya.
Sampai tanda waktu habis. Dan kami meminta bill, bertanya dalam hati. Melangkah lagi, memasuki isi kepala yang telah terkunci di bilangan hari.
Tanpa ada sedikit rajah yang kaubelah, bagi tubuhku.
2015
Puisi: Pertemuan
Karya: Alex R. Nainggolan