Menghitung Kalender
aku menghitung kalender. musim-musim membuka dirinya
lebih pahit dari getah tebu dalam tubuhku
adakah yang tersisa dari perjumpaan dengan seseorang?
lalu lenyap menggapai seluruh pengap dan kalap
waktu acap berkhidmat, menyibak seluruh larat yang terjerat
dan perempuan itu telah menganyam sedih jadi kenangan bagiku
aku menghitung-hitung kalender
jejak-jejak diri tak bisa tertampung. meski berpuluh kali hujan
terkurung di batas rinduku
adakah penyesalan lindap dengan penuh harap?
aku menghitung kalender. ruas hari dan tahun berulang
seperti getar luka yang menyerang
tersekat di ruang-ruang yang penuh berang
sementara, di luar, orang-orang dimiskinkan usia dan derita
kehilangan arah untuk meneruskan peta perjalanan
Jakarta, 2005
Puisi: Menghitung Kalender
Karya: Alex R. Nainggolan