Puisi: Lingkaran Pagi (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Lingkaran Pagi" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan momen-momen pertemuan di pagi hari, dengan latar belakang perasaan dan kenangan yang ...
Lingkaran Pagi
- iswadi pratama

menjumpaimu pagi itu, tak sempat saya tanyakan,
"mengapa tubuhmu semakin kurus?"
lalu pagi jatuh di atas jalan
udara beku dingin
ah, masih sempatkah kita nilai sepotong puisi, sebelum siang meninggi?
kini saya dapati hamparan anting baru di daun telingamu
merapatkan jejak hujan semalam

nanti siang, kau mungkin akan menyepi lagi
sebab saya juga sedang menanam sedikit nyeri dari sunyi
tentang lingkaran pagi yang akan lepuh
kenangan saya padamu, tertinggal dalam diksi
22 fragmen dari puisi

Analisis Puisi:

Puisi "Lingkaran Pagi" karya Alex R. Nainggolan merupakan sebuah karya yang menggambarkan momen-momen pertemuan di pagi hari, dengan latar belakang perasaan dan kenangan yang mendalam.

Makna dan Tema

Puisi ini mengandung tema kerinduan, kenangan, dan refleksi. Penulis menggambarkan pertemuan di pagi hari yang seolah-olah dipenuhi oleh perasaan kehilangan dan kesedihan. Pertanyaan mengenai tubuh yang semakin kurus menandakan perhatian dan mungkin juga kekhawatiran terhadap seseorang yang dijumpainya.

"menjumpaimu pagi itu, tak sempat saya tanyakan,
'mengapa tubuhmu semakin kurus?'"

Dari baris ini, tampak jelas ada sebuah hubungan dekat antara penulis dan sosok yang ditemui. Pertanyaan yang tak terucapkan tentang tubuh yang semakin kurus menunjukkan adanya kepedulian yang mendalam.

Perasaan dalam Setting Waktu dan Alam

Penggunaan elemen alam dalam puisi ini memberikan nuansa emosional yang kuat. Udara pagi yang dingin dan jalan yang basah setelah hujan menciptakan atmosfer melankolis.

"lalu pagi jatuh di atas jalan
udara beku dingin"

Elemen waktu yang digunakan juga penting dalam menyampaikan perasaan. Pagi hari sebagai simbol awal dan kebaruan, namun dalam puisi ini juga membawa beban kenangan dan kesedihan.

Refleksi dan Renungan

Di bagian tengah puisi, terdapat refleksi mengenai puisi dan waktu. Pertanyaan apakah masih sempat untuk menilai sepotong puisi sebelum siang meninggi menunjukkan keraguan dan mungkin juga perasaan mendesak untuk mengungkapkan sesuatu sebelum terlambat.

"ah, masih sempatkah kita nilai sepotong puisi, sebelum siang meninggi?"

Ini bisa diartikan sebagai keraguan tentang makna hidup dan waktu yang terus berjalan, serta keinginan untuk menghargai momen yang ada sebelum segalanya berubah.

Simbolisme dan Metafora

Simbolisme dalam puisi ini terlihat pada "anting baru di daun telingamu" yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru namun tetap merujuk pada masa lalu yang terkait dengan hujan semalam.

"kini saya dapati hamparan anting baru di daun telingamu
merapatkan jejak hujan semalam"

Ini mungkin menggambarkan bagaimana kenangan baru dapat tetap membawa jejak dari peristiwa masa lalu. Simbolisme hujan semalam menandakan kesedihan atau peristiwa emosional yang masih berbekas.

Penutup dan Kesimpulan

Pada akhirnya, puisi ini menutup dengan refleksi tentang kesepian dan nyeri yang sedang dirasakan oleh penulis.

"nanti siang, kau mungkin akan menyepi lagi
sebab saya juga sedang menanam sedikit nyeri dari sunyi"

Baris ini memperlihatkan bagaimana penulis dan sosok yang ditemui sama-sama menjalani perasaan kesepian dan nyeri yang tersembunyi. Lingkaran pagi yang lepuh mengisyaratkan kenangan yang pudar namun tetap ada dalam memori dan diksi.

"tentang lingkaran pagi yang akan lepuh
kenangan saya padamu, tertinggal dalam diksi"

Puisi ini mencerminkan kompleksitas emosi manusia dalam menghadapi kenangan, kehilangan, dan waktu yang terus berjalan. Alex R. Nainggolan berhasil menyampaikan perasaan tersebut melalui penggunaan bahasa yang puitis dan simbolisme yang mendalam.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Lingkaran Pagi
Karya: Alex R. Nainggolan

Biodata Alex R. Nainggolan:
  • Alex R. Nainggolan lahir pada tanggal 16 Januari 1982 di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.