Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kampung Halaman (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Kampung Halaman" menggambarkan kerinduan dan kehilangan identitas akibat hidup tanpa kampung halaman. Penyair mengeksplorasi tema ini dengan ..
Kampung Halaman (1)


engkau tumbuh tanpa kampung halaman. hanya batas kota yang merenggut. remah kota yang dipenuhi cahaya. tak ada rindu pada harum rumput dan tanah. ke mana sebenarnya engkau akan pulang? membawa kangen koyak. di batas usia.


Kampung Halaman (2)


semestinya engkau berangkat, menembus sesak kerumun orang. memutar perjalanan. hanya ada ngilu bagi tubuh. detak jam membeku.

2016

Analisis Puisi:
Puisi "Kampung Halaman" karya Alex R. Nainggolan menyentuh tema kehilangan identitas dan kerinduan terhadap kampung halaman. Melalui penggunaan kata-kata yang sederhana namun kuat, penyair menciptakan suasana melankolis dan reflektif.

Identitas dan Kehilangan

  • Tanpa Kampung Halaman: Puisi dibuka dengan pernyataan bahwa "engkau tumbuh tanpa kampung halaman," memberikan kesan kehilangan akar dan identitas. Tanpa kampung halaman, seseorang mungkin merasa terasing dan kehilangan akar budaya.
  • Batas Kota yang Merenggut: Batas kota di sini dianggap sebagai sesuatu yang merenggut, memberikan kesan bahwa pertumbuhan dan eksistensi di tengah kota besar telah mengorbankan hubungan dengan asal-usul dan akar budaya.

Cahaya dan Kehidupan Kota

  • Remah Kota yang Dipenuhi Cahaya: Meskipun tanpa kampung halaman, penyair menyampaikan bahwa kehidupan di tengah kota diisi dengan "remah kota yang dipenuhi cahaya." Ini mungkin menggambarkan bagian-bagian kehidupan perkotaan yang mempesona meskipun tidak dapat menggantikan kehangatan dan kenangan dari kampung halaman.

Kerinduan dan Kangen

  • Tak Ada Rindu pada Harum Rumput dan Tanah: Pernyataan "tak ada rindu pada harum rumput dan tanah" menciptakan kontras antara kehidupan perkotaan yang terkesan modern dengan keharuman dan tanah kampung halaman. Ini menyoroti kehilangan rasa akan unsur-unsur alam dan keaslian.
  • Kangen Koyak di Batas Usia: Kata-kata "membawa kangen koyak" menyiratkan kerinduan yang mendalam, bahkan hingga batas usia. Hal ini dapat diartikan bahwa kehilangan kampung halaman terus membekas dalam pikiran dan hati, bahkan seiring berjalannya waktu.

Perjalanan dan Kesendirian

  • Berangkat dan Menembus Sesak Kerumun Orang: Puisi menyiratkan perjalanan sebagai cara untuk melarikan diri dari keramaian kota. Namun, kata-kata "menembus sesak kerumun orang" menunjukkan bahwa kesendirian dan kekosongan tetap hadir meskipun di tengah keramaian.
  • Ngilu bagi Tubuh dan Detak Jam yang Membeku: Ungkapan "ngilu bagi tubuh" dan "detak jam membeku" memberikan nuansa kesakitan dan ketidaknyamanan, mungkin mencerminkan perjalanan yang sulit dan penuh tantangan.
Puisi "Kampung Halaman" menggambarkan kerinduan dan kehilangan identitas akibat hidup tanpa kampung halaman. Penyair mengeksplorasi tema ini dengan gaya yang lugas, namun mendalam, menciptakan suasana introspektif dan melankolis.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Kampung Halaman
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.