Puisi: Ingatan dari Gang Jakarta (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Ingatan dari Gang Jakarta" karya Nanang Suryadi menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair dalam menghadapi kenangan, duka, dan harapan
Ingatan dari Gang Jakarta

kau cium segala kenangan yang berpijar di udara
mengapa duka juga kiranya

anyir amis darah memenuhi rongga dada

di mana bisa ditemukan bahagia di sini
mungkin hanya pada mimpimu, dongeng pengantar tidur

duh, lalat-lalat merubung mata belekan, kuping congean, kaki tangan kudisan

pada air yang hitam pada selokan yang mampet
dibuang sejuta nomer dari togel

: juga janinmu


Analisis Puisi:
Puisi "Ingatan dari Gang Jakarta" karya Nanang Suryadi adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran yang kuat dan bahasa yang menciptakan gambaran yang mendalam. Puisi ini menggambarkan kehidupan di tengah keramaian kota Jakarta dan mengeksplorasi tema-tema seperti kenangan, duka, dan pencarian makna.

Ciuman Kenangan: Puisi ini dibuka dengan penggambaran tindakan mencium "segala kenangan yang berpijar di udara." Tindakan ini menciptakan gambaran tentang seseorang yang mencoba meraih kenangan-kenangan masa lalu yang mungkin terlepas dan tak terulang lagi. Penggunaan kata "cium" memberikan kesan intensitas dalam upaya menghidupkan kembali kenangan.

Pengalaman Duka: Pada saat yang sama, penyair juga mencatat bahwa "mengapa duka juga kiranya." Ini menciptakan kontras antara mencium kenangan dan perasaan duka yang mungkin terkait dengan kenangan tersebut. Ini menggambarkan bagaimana kenangan bisa membawa perasaan bahagia dan duka secara bersamaan.

Gambaran Tubuh dan Rongga Dada: Puisi ini menggambarkan gambaran fisik dengan kata-kata seperti "anyir amis darah memenuhi rongga dada." Ini menciptakan sensasi fisik yang kuat dan menggambarkan perasaan yang mendalam dan intens.

Pencarian Bahagia dalam Mimpi dan Dongeng: Penyair menanyakan di mana bahagia bisa ditemukan, dan ia mengemukakan bahwa mungkin hanya dalam "mimpimu" dan "dongeng pengantar tidur." Ini menciptakan gambaran tentang dunia imajinasi sebagai tempat pelarian dari realitas yang keras dan penuh duka.

Gambaran Keadaan Fisik dan Kehidupan Kota: Puisi ini menciptakan gambaran tentang keadaan fisik yang kurang menyenangkan dengan kata-kata seperti "lalat-lalat merubung mata belekan, kuping congean, kaki tangan kudisan" dan "air yang hitam pada selokan yang mampet." Ini adalah gambaran kota Jakarta yang keras dan kotor, yang menjadi latar belakang bagi pengalaman penyair.

Sentimen Janin: Puisi ini berakhir dengan kata-kata "juga janinmu," yang memberikan makna tambahan pada puisi ini. Ini mungkin mencerminkan pemikiran tentang masa depan, kelahiran, atau potensi yang terkandung dalam kota Jakarta yang keras dan penuh tantangan.

Puisi "Ingatan dari Gang Jakarta" karya Nanang Suryadi adalah karya yang menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan di kota Jakarta yang kompleks dan keras. Ini menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair dalam menghadapi kenangan, duka, dan harapan dalam konteks kota yang sering kali penuh dengan kontradiksi. Puisi ini memungkinkan pembaca untuk merenungkan makna yang terkandung dalam pengalaman manusia di tengah keramaian perkotaan yang sibuk dan berisik.

Nanang Suryadi
Puisi: Ingatan dari Gang Jakarta
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.