Puisi: Wirid Tak Selesai-Selesai (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Wirid Tak Selesai-Selesai" menggambarkan perjalanan spiritual manusia yang penuh dengan keraguan, ketidakpastian, dan pencarian yang tidak ...
Wirid Tak Selesai-Selesai

(1)

wirid tak selesai-selesai 
gigil menunjuk sebuah jalan 
angin meniup setiap pintu 
yang akan terbuka 
kemarilah! sekiranya kau sudi 
jadi seekor kunang-kunang 
meskipun tak sebenderang bintang, 
tapi punya lampu sendiri

(2)

dan air mata itu menetes-netes lagi 
ke jalan-jalan sampai ke bilik-bilik
embunkah itu? 
atau nanah luka?
yang perlu obat dan mantra 
yang membawa do'a 
terus terjaga 
seperti lentera 
pagi buta

(3)

mimpi adalah masa lalu 
tempat asyik membincang sorga 
sebab semua tak yakin 
karena mata dan hati buta

(4)

dari alif hingga nun
masih tetap saja lidah kelu
mengeja MU

(5)

semenjak tumbuh rambut di kepala
hingga tersisa uban
masih saja gemetar menerka rahasia MU

(6)

duh, Gusti,
wirid ini tak selesai-selesai
wirid ini tak bermula pun tanpa akhir.

Sumber: Qasidah Langit Qasidah Bumi (2023)

Analisis Puisi:

Puisi "Wirid Tak Selesai-Selesai" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah ungkapan tentang perjalanan spiritual yang penuh dengan keraguan, pencarian, dan ketidakpastian.

Gambaran Pencarian Spiritual: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang "wirid tak selesai-selesai", menunjukkan bahwa perjalanan spiritual tidak pernah benar-benar selesai. Ini mencerminkan perjalanan manusia dalam pencarian makna dan kedekatan dengan yang Ilahi, yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Simbolisme Alam: Penyair menggunakan gambaran alam seperti angin, pintu yang terbuka, dan kunang-kunang sebagai simbol perjalanan spiritual. Angin mewakili dorongan alam semesta yang mengarahkan manusia menuju kebenaran, sementara kunang-kunang, meskipun tidak secerah bintang, memiliki cahaya sendiri, menyoroti keberadaan setiap individu dalam pencarian mereka.

Air Mata dan Pertanyaan yang Tak Terjawab: Penyair menyatakan bahwa air mata menetes ke jalan-jalan dan bilik-bilik, mencerminkan pertanyaan-pertanyaan yang dalam dan ketidakpastian dalam hati manusia. Apakah air mata itu adalah embun kebahagiaan atau tanda luka yang belum sembuh, yang memerlukan obat dan doa untuk menyembuhkannya, adalah pertanyaan yang tetap terbuka.

Keraguan dan Kepercayaan: Penyair mengekspresikan keraguan dan ketidakpastian dalam kehidupan spiritual manusia. Meskipun "lidah masih kelu mengejaMU" dan usaha untuk memahami yang Ilahi masih terus dilakukan, masih ada kegemetaran dan ketidakpastian dalam menerka rahasia Ilahi.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini diakhiri dengan pengakuan bahwa wirid ini tidak pernah selesai dan tidak pernah memiliki awal atau akhir yang pasti. Ini mencerminkan realitas bahwa pencarian spiritual adalah perjalanan tanpa akhir, yang selalu dipenuhi dengan pertanyaan, keraguan, dan keajaiban.

Puisi "Wirid Tak Selesai-Selesai" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan spiritual manusia yang penuh dengan keraguan, ketidakpastian, dan pencarian yang tidak pernah berakhir. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme yang kaya, Tjahjono Widarmanto berhasil mengekspresikan kompleksitas dan keindahan dalam perjalanan menuju kebenaran dan makna dalam hidup.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Wirid Tak Selesai-Selesai
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.