Sumber: Qasidah Langit Qasidah Bumi (2023)
Analisis Puisi:
Puisi "Usaplah Keningku" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah ungkapan emosional yang mendalam tentang kelelahan, kerinduan, dan harapan akan kasih sayang yang menyelamatkan.
Ekspresi Kehadiran Kasih Sayang: Puisi ini dimulai dengan permohonan untuk disentuh, disayang, dan dibimbing oleh sosok yang dicintai, yang dalam puisi disebut sebagai "Cinta". Permohonan untuk "usaplah keningku" adalah sebuah ungkapan keinginan untuk merasakan kehadiran dan kasih sayang yang menenangkan.
Simbolisme Kening yang Letih: Kening yang letih mencerminkan keadaan emosional yang berat dan kelelahan yang mendalam. Ini bisa diartikan sebagai kelelahan dalam menghadapi kesulitan hidup, kebingungan, atau keputusan yang sulit. Permohonan untuk "usaplah kening yang letih ini" mencerminkan kebutuhan akan dukungan dan pengertian.
Penyerahan dan Harapan akan Penyelamatan: Dalam baris "terlampau pusing mengubah arah yang salah", tergambar keragu-raguan dan kebingungan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Permohonan untuk "usaplah keningku" diikuti dengan harapan akan kedatangan yang menyelamatkan, yang diwakili oleh "menanti ciumMu". Ini mencerminkan keinginan untuk mendapatkan bimbingan dan ketenangan dari sosok yang dicintai.
Ekspresi Kesedihan dan Kebingungan: Kata-kata seperti "menggelepar dan mengaduh" mencerminkan keadaan emosional yang penuh kebingungan dan kesedihan. Retaknya zikir dan doa menunjukkan kerentanan dan kebutuhan akan dukungan spiritual dan kekuatan dari luar diri sendiri.
Kesimpulan yang Penuh Harapan: Puisi ini mengakhiri dengan permohonan yang kembali untuk "usap keningku", menyoroti keinginan yang mendalam untuk penghiburan dan bimbingan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kelelahan dan kebingungan, masih ada harapan akan kedatangan yang menyelamatkan dan penyelamatan.
Puisi "Usaplah Keningku" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan emosional dari kelelahan dan kebingungan menuju harapan dan penyelamatan. Dengan penggunaan bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, Tjahjono Widarmanto berhasil mengekspresikan kompleksitas dan keindahan perasaan manusia dalam puisi ini.