Puisi: Sketsa Rindu Untukmu (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Sketsa Rindu Untukmu" karya Nanang Suryadi mengundang pembaca untuk merenungkan pengalaman dan makna kerinduan, serta bagaimana cinta dapat ...
Sketsa Rindu Untukmu

1.
dalam mimpimu, kubisikkan dongeng negeri bunga, warna dan cahaya. seperti kupungut sepercik, dari tatapmu, keriangan kanak. keindahan puisi dan denting pengiring lagu, memecah sunyi

2.
kusapa engkau, kabarkan pelangi yang menjuntai, selendang peri bidadari, guratan warna, lukisan bagi cinta, cintaku

3.
sebagai tanya, pada angin lalu: " yang dirindu akankah tahu, yang dirindu akankah juga merindu, yang dirindu akankah juga menunggu?"

4.
sebagai sketsa, detik menitik, terjemah waktu, tafsir waktu, mengalir aku,
mengalir rindu, menujumu...

5.
................................
................................

Cilegon-Banten, 20:00, 12-06-2001

Analisis Puisi:

Puisi "Sketsa Rindu Untukmu" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang membahas tema cinta dan kerinduan dengan menggunakan bahasa yang puitis dan imajinatif. Dalam puisi ini, Suryadi menggambarkan perasaan mendalam melalui serangkaian sketsa atau gambaran yang menyentuh, memberikan sentuhan visual dan emosional yang kuat.
  • Dongeng Negeri Bunga dan Keriangan Kanak: Bagian pertama puisi menyajikan gambaran tentang "dongeng negeri bunga, warna dan cahaya" yang dibisikkan dalam mimpi. Ini melambangkan keindahan dan imajinasi yang tak terbatas, serta kenangan indah dari masa kanak-kanak. Dengan "kupungut sepercik, dari tatapmu, keriangan kanak," Suryadi menyiratkan bagaimana kenangan dan keindahan cinta bisa menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari, menghidupkan kembali kegembiraan dan keajaiban.
  • Pelangi dan Selendang Peri Bidadari: Pada bagian kedua, puisi menggambarkan "pelangi yang menjuntai, selendang peri bidadari" sebagai simbol cinta dan keindahan. Pelangi dan selendang peri mencerminkan keajaiban dan keindahan yang ideal, serta bagaimana cinta itu sendiri dianggap sebagai karya seni atau lukisan yang penuh warna. Ini menekankan keindahan dan keunikan dari hubungan cinta.
  • Tanya pada Angin Lalu: Bagian ketiga adalah refleksi tentang kerinduan dan pertanyaan mendalam yang diajukan pada angin. "Yang dirindu akankah tahu, yang dirindu akankah juga merindu, yang dirindu akankah juga menunggu?" menggambarkan keraguan dan harapan apakah orang yang dirindukan juga merasakan hal yang sama. Ini menunjukkan kegelisahan dan keinginan untuk mendapatkan balasan dari seseorang yang dicintai.
  • Sketsa dan Terjemah Waktu: Bagian keempat mengungkapkan kerinduan sebagai "sketsa," di mana waktu diartikan sebagai proses yang terus bergerak dan mengalir. "Detik menitik, terjemah waktu, tafsir waktu" menggambarkan bagaimana setiap momen yang berlalu mempengaruhi perasaan dan pengalaman. Ini menunjukkan bahwa kerinduan adalah bagian dari proses waktu yang berkelanjutan, dengan tujuan akhir untuk mencapai orang yang dicintai.
  • Keseluruhan Struktur dan Penutup: Bagian terakhir yang ditinggalkan kosong dengan "............................................................" mungkin mengindikasikan ketidakmampuan untuk mengungkapkan seluruh kerinduan atau perasaan secara penuh. Kekosongan ini menambahkan dimensi emosional, menunjukkan bahwa ada aspek dari kerinduan yang tidak bisa sepenuhnya diungkapkan dengan kata-kata.
Puisi "Sketsa Rindu Untukmu" karya Nanang Suryadi menggunakan bahasa puitis dan simbolisme untuk menyampaikan perasaan cinta dan kerinduan yang mendalam. Dengan menggambarkan dongeng, pelangi, dan pertanyaan tentang kerinduan, Suryadi menciptakan gambaran yang kaya dan emosional tentang bagaimana cinta dan waktu saling berhubungan. Struktur puisi, yang mencakup sketsa visual dan penutup yang kosong, menambah kedalaman dan kehalusan perasaan yang diekspresikan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan pengalaman dan makna kerinduan, serta bagaimana cinta dapat menjadi bagian dari perjalanan waktu dan keindahan.

Nanang Suryadi
Puisi: Sketsa Rindu Untukmu
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.