Puisi: Sajak Ibu (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Sajak Ibu" karya Nanang Suryadi menggambarkan perasaan rindu, pertanyaan, dan kebingungan yang ada dalam hubungan antara seorang anak dan ibu.
Sajak Ibu

"aku merindukanmu", malin kundang menyeru.
kau tahu, kasihmu tak mungkin
menyulapku jadi batu.

"kanak, mana cintamu padaku?" ibu menatap wajahku
mataku kuyu, menatap
ragu: "cinta?"

sangkuriang, sangkuriang ke mana ibu?
malinkundang, malinkundang ke mana ibu?
aidipus, aidipus ke mana ibu?

mereka menyebutnya sebagai ibu,
telaga, tumpahan kesah kanak yang resah

Malang, 20 Maret 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Ibu" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya sastra yang merenungkan hubungan antara anak dan ibu, sambil merujuk pada mitos-mitos dari budaya Indonesia.

Rindu dan Kepedihan: Puisi ini dimulai dengan kata-kata "aku merindukanmu", yang langsung menggambarkan rasa rindu yang mendalam dari seorang anak terhadap ibunya. Namun, segera setelah itu, terdapat kalimat "kasihmu tak mungkin menyulapku jadi batu," yang menggambarkan rasa putus asa atau kekecewaan dalam hubungan tersebut. Ini menggambarkan kompleksitas perasaan seorang anak terhadap ibunya.

Pertanyaan Tanpa Jawaban: Puisi ini menghadirkan sebuah pertanyaan yang tak terjawab dalam diri anak, yang ditanyakan oleh ibunya: "kanak, mana cintamu padaku?" Ini menciptakan perasaan bingung dan ragu dalam diri anak, yang tidak yakin tentang apa arti sebenarnya dari cinta.

Referensi Mitos: Puisi ini mengaitkan nama-nama tokoh mitos seperti Malin Kundang, Sangkuriang, dan Oedipus (Aidipus) dengan ibu. Ini menunjukkan bahwa mitos-mitos ini mungkin menjadi cerminan atau referensi untuk menggambarkan hubungan yang rumit antara seorang anak dan ibunya. Malin Kundang mungkin merujuk pada anak yang tidak memenuhi harapan ibunya, Sangkuriang mungkin merujuk pada anak yang mencari ibunya, dan Oedipus mungkin merujuk pada anak yang mengalami konflik terhadap figur ibu.

Simbolisme Telaga: Kata "telaga" digunakan untuk menggambarkan ibu, yang merupakan "tumpahan kesah kanak yang resah." Ini mengindikasikan bahwa ibu adalah sumber dukungan dan tempat untuk melepaskan perasaan dan kekhawatiran.

Bahasa yang Kuat dan Padat: Puisi ini ditulis dalam bahasa yang kuat dan padat, dengan kalimat-kalimat pendek yang memungkinkan pembaca untuk merenungkan maknanya dengan lebih mendalam. Gaya penulisan yang sederhana namun kuat membantu mengkomunikasikan perasaan dan pertanyaan yang ada dalam puisi ini.

Puisi "Sajak Ibu" menggambarkan perasaan rindu, pertanyaan, dan kebingungan yang ada dalam hubungan antara seorang anak dan ibunya. Dengan menggunakan referensi mitos dan simbolisme, puisi ini merenungkan dinamika rumit dalam hubungan ini dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam.

Nanang Suryadi
Puisi: Sajak Ibu
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.