Puisi: Hujan Menjelang Subuh (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Hujan Menjelang Subuh" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan suasana malam yang hening dan dipenuhi oleh rintik hujan menjelang subuh.
Hujan Menjelang Subuh

malam berkemas di balik rintik hujan

: aku ingin pulas di pangkuanmu!

air mataku merintih pelan
meratapi bilangan berderet ke ujung
melambai-lambai pada ingatan dan mimpi

: ijinkan kuberteduh lagi di rumahmu!

namun rumahmu tak mau lagi menampung reyot tubuhku
menjadi hantu yang berkeliaran sepanjang hujan malam
dan gemetar takut setengah mati saat subuh datang

dan engkau tetap saja diam, sediam batu kali.

Ngawi, 2011

Sumber: Yuk, Nulis Puisi (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan Menjelang Subuh" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan suasana malam yang hening dan dipenuhi oleh rintik hujan menjelang subuh. Dalam analisis ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek puisi ini.

Suasana Malam yang Hening: Puisi ini dibuka dengan deskripsi suasana malam yang hening, dengan hujan yang berderai-derai. Gambaran ini menciptakan suasana yang tenang namun juga melankolis, yang dapat memicu perasaan introspeksi dan refleksi.

Permohonan dan Kesedihan: Penyair dalam puisi ini mengungkapkan permohonan yang penuh dengan kesedihan. Dia ingin beristirahat di pangkuan seseorang, mencari tempat perlindungan dan kenyamanan di tengah hujan yang turun. Namun, permohonannya tampaknya ditolak, menambah lagi rasa sedih dan kekecewaan.

Air Mata dan Rintihan: Penyair menyampaikan bahwa air matanya merintih pelan, mencerminkan kesedihan dan keputusasaan yang dirasakannya. Rintihan air matanya mencerminkan kehilangan dan penolakan yang mungkin dia alami, yang membuatnya merasa sendirian dan tidak diinginkan.

Perasaan Terbuang: Penyair merasa seperti rumahnya tidak lagi nyaman baginya, dan bahkan menjadi seperti hantu yang berkeliaran di tengah malam hujan. Hal ini mencerminkan perasaan terbuang dan tidak diinginkan, serta keputusasaan karena merasa tidak punya tempat yang aman dan nyaman.

Keheningan yang Menyakitkan: Meskipun penyair mencoba untuk berkomunikasi dengan seseorang yang mungkin ada di sekitarnya, tetapi tanggapannya tetaplah diam. Keheningan tersebut menyebabkan penyair merasa lebih kesepian dan putus asa, karena dia merasa tidak memiliki siapa pun untuk memahami atau menghiburnya.

Dengan menggambarkan suasana malam yang hening, permohonan yang ditolak, dan perasaan terbuang, puisi ini menyampaikan perasaan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keheningan yang menyakitkan, serta tentang arti kenyamanan dan perlindungan dalam hubungan manusiawi.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Hujan Menjelang Subuh
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.