Puisi: Cerita tentang Kenang (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Cerita tentang Kenang" mengundang pembaca untuk merenungkan kedalaman dan dampak dari kenangan dalam kehidupan kita.
Cerita tentang Kenang

lalu seperti kudengar masa lalu, bergemirisik, membisik-bisik: kita adalah pahatan waktu, demikian perih, demikian pedih. sebagai kenang yang tercurah, mengguyur malam, demikian hanyut aku pada tatapmu: kenang dan kenang, berdentang-dentang, kau tahu itu lagu membuatku
memasuki ruang-ruang waktu lalu, kau tahu, jangan membuatku bersedih begitu

tapi ada yang ingin membuat upacara bagi kekalahannya sendiri, menanda dengan lipatan di pojok buku, goresan di garis-garis usia, kartu pos yang tak terkirimkan...

ah, tapi kau masih juga bercerita tentang peristiwa yang berlintasan, mengoyak- ngoyak hatimu dengan belati, seperti bermeter-meter film yang diputar, tak henti-henti

Analisis Puisi:

Puisi "Cerita tentang Kenang" karya Nanang Suryadi menggambarkan hubungan yang mendalam antara kenangan dan pengalaman emosional yang dihadapi seseorang. Dengan menggunakan bahasa yang melankolis dan simbolis, puisi ini mengeksplorasi tema-tema tentang waktu, kenangan, dan kesedihan. Melalui penataan kata dan penggunaan metafora yang kuat, Nanang Suryadi mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kenangan membentuk dan mempengaruhi kehidupan seseorang.

Pahatan Waktu dan Kesedihan

Puisi ini dibuka dengan sebuah penggambaran yang mendalam tentang kenangan dan waktu: "lalu seperti kudengar masa lalu, bergemirisik, membisik-bisik: kita adalah pahatan waktu, demikian perih, demikian pedih." Frasa "pahatan waktu" menggambarkan bagaimana kenangan kita dibentuk oleh perjalanan waktu, menjadi bagian dari diri kita dengan segala kesedihan dan rasa sakitnya. Kenangan yang "perih" dan "pedih" menandakan bahwa pengalaman masa lalu sering kali menyisakan luka dan penderitaan, membentuk bagian yang sulit untuk dilupakan.

Kenangan yang Menghanyutkan

Dalam penggalan berikutnya, puisi ini menjelaskan bagaimana kenangan itu mempengaruhi pengalaman saat ini: "sebagai kenang yang tercurah, mengguyur malam, demikian hanyut aku pada tatapmu: kenang dan kenang, berdentang-dentang, kau tahu itu lagu membuatku / memasuki ruang-ruang waktu lalu, kau tahu, jangan membuatku bersedih begitu." Kenangan digambarkan sebagai sesuatu yang mengalir dan menghanyutkan, seperti "mengguyur malam," yang menciptakan suasana melankolis. Penggunaan frasa "lagu membuatku / memasuki ruang-ruang waktu lalu" menunjukkan bahwa kenangan membawa seseorang kembali ke masa lalu, menciptakan perasaan nostalgia dan kesedihan. Tindakan "jangan membuatku bersedih begitu" mengungkapkan keinginan untuk menghindari rasa sakit yang disebabkan oleh kenangan.

Upacara Kekalahan dan Tanda Waktu

Selanjutnya, puisi ini mencatat tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menandai pengalaman dan kekalahan pribadi: "tapi ada yang ingin membuat upacara bagi kekalahannya sendiri, menanda dengan lipatan di pojok buku, goresan di garis-garis usia, kartu pos yang tak terkirimkan..." Penggunaan istilah "upacara bagi kekalahan" menunjukkan usaha untuk memberi makna pada pengalaman kesedihan dan kehilangan. Lipatan di pojok buku, goresan di garis usia, dan kartu pos yang tidak terkirim menggambarkan upaya untuk mencatat dan mengenang pengalaman-pengalaman tersebut, meskipun mereka tidak pernah sepenuhnya terungkap atau terselesaikan.

Film Kenangan dan Keterusannya

Bagian terakhir puisi ini menyoroti bagaimana kenangan terus-menerus membekas dan mengganggu: "ah, tapi kau masih juga bercerita tentang peristiwa yang berlintasan, mengoyak-ngoyak hatimu dengan belati, seperti bermeter-meter film yang diputar, tak henti-henti." Di sini, kenangan digambarkan sebagai "film yang diputar," yang terus berulang dan mengoyak hati dengan "belati." Ini menunjukkan bahwa kenangan tidak hanya membekas tetapi juga terus menerus mengganggu perasaan seseorang, seolah-olah menampilkan ulang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan tanpa henti.

Kenangan sebagai Pahatan Emosional

Puisi "Cerita tentang Kenang" mengundang pembaca untuk merenungkan kedalaman dan dampak dari kenangan dalam kehidupan kita. Dengan menggunakan bahasa yang melankolis dan simbolis, Nanang Suryadi menggambarkan bagaimana kenangan membentuk eksistensi kita dan sering kali membawa rasa sakit dan nostalgia. Pahatan waktu yang "perih" dan "pedih" mencerminkan betapa mendalamnya kenangan yang tertanam dalam diri kita, sementara upacara kekalahan dan film kenangan menggambarkan bagaimana kita berusaha memahami dan menghadapi pengalaman-pengalaman tersebut.

Puisi ini menyajikan refleksi yang mendalam tentang bagaimana kenangan membentuk dan mempengaruhi kehidupan seseorang, serta bagaimana perasaan dan pengalaman masa lalu terus mempengaruhi kita dalam perjalanan waktu. Dengan pendekatan yang penuh emosi dan reflektif, Nanang Suryadi menawarkan wawasan tentang bagaimana kenangan, baik yang menyakitkan maupun yang berharga, membentuk siapa kita dan bagaimana kita menjalani hidup.

Nanang Suryadi
Puisi: Cerita tentang Kenang
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.