Analisis Puisi:
Dalam puisi "Bayang-Bayang itu Kau Sebut Wayang," Nanang Suryadi mengajak pembaca untuk menyelami dunia yang penuh dengan bayangan dan kenangan. Puisi ini menggambarkan bagaimana ingatan dan sunyi berinteraksi dalam sebuah tarian yang penuh makna. Suryadi menggunakan simbolisme wayang dan tembang untuk menyampaikan rasa nostalgia dan introspeksi yang mendalam.
Menciptakan Dongeng dalam Keheningan
"Mari kita pilih warna-warna memulas sunyi yang kita miliki sendiri. karena sunyi, warna menyendiri di dalam diri," demikian pembukaan puisi ini. Suryadi mengajak pembaca untuk memilih warna-warna yang memulas kesunyian mereka, menciptakan dunia dalam keheningan. Kesunyian di sini adalah tempat pribadi di mana kita bisa merenung dan menemukan diri kita sendiri. Dalam kesunyian ini, kita menciptakan dongeng, cerita yang unik bagi setiap individu, penuh dengan makna yang tak terbagi.
Tarian Bayang-Bayang
Puisi ini menggambarkan malam yang memberat di pelupuk mata, di mana bayangan mengeras deras. Bayangan-bayangan ini adalah simbol dari ingatan dan kenangan yang hadir dalam pikiran kita. Dalam batas malam, ada tembang dupa dan kembang rupa, menggambarkan suasana sakral dan magis di mana bayangan menari. Tarian bayangan ini bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi juga tentang perjalanan mental dan emosional dalam mengenang masa lalu.
"Di balik bayang-bayang kuterka makna. bayang menari. aku menari. angan menari. o tarian!" Kalimat ini menunjukkan bagaimana bayangan menjadi medium untuk menemukan makna. Bayangan menari, dan kita menari bersamanya, membiarkan angan-angan kita ikut bergerak dalam tarian ini. Tarian ini adalah tarian kehidupan, di mana setiap gerakan adalah refleksi dari ingatan dan harapan kita.
Kekuatan Tembang dan Gending
Tembang dan gending dalam puisi ini berfungsi sebagai pengingat dan penyihir yang membawa kembali kenangan. "Tembang tembang menyihirku kembali menjadi kenangan. kenangan yang menyilam silam. o kenang" menunjukkan bagaimana suara-suara ini membawa kita kembali ke masa lalu, menghidupkan kembali kenangan yang mungkin telah lama terkubur. Harum dupa dan bunga menambah suasana sakral, mengingatkan kita pada upacara dan ritual yang penuh dengan makna.
Wayang sebagai Simbol Kehidupan
"Harum dupa. harum bunga. upacara. tembang menggema. gending mengiring. o bayang bayang. wayang" adalah puncak dari puisi ini, di mana semua elemen bergabung untuk menciptakan gambaran yang kaya dan penuh makna. Wayang, sebagai simbol dari bayangan dan cerita, mengingatkan kita pada kompleksitas kehidupan dan bagaimana kita terus mencari makna dalam setiap gerakan dan ingatan.
Puisi "Bayang-Bayang itu Kau Sebut Wayang" karya Nanang Suryadi adalah sebuah perjalanan introspektif dalam dunia bayangan dan kenangan. Dengan menggunakan simbolisme wayang, tembang, dan gending, Suryadi menggambarkan bagaimana kita menciptakan dan merenungkan dongeng pribadi kita dalam kesunyian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya kenangan dan bagaimana mereka membentuk identitas kita. Dalam setiap tarian bayangan, kita menemukan makna dan terus bergerak maju dalam perjalanan kehidupan yang penuh warna.
Puisi: Bayang-Bayang itu Kau Sebut Wayang
Karya: Nanang Suryadi
Karya: Nanang Suryadi
Biodata Nanang Suryadi:
- Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.