Bau Kemboja TerciumDi Lembar-Lembar Usia
butir-butir rindu tercecer di rinai gerimis
Engkau yang pancangkan kangen itu
seperti memahatkan sisik-sisik pada tubuh ikan-ikan
Engkau melambai lewat angin meniup-niup deru
mengirim waktu menjadi sampan yang segera bersauh
memburu jejak-jejak rindu yang masih membayang di gerimis hujan
Engkau telah mengirimkan riak-riak itu
menjadikanku ikan dengan kangen di segenap sisiknya
memaksaku menyelami gelombang, memburu bintang
pelayaran yang menggoncang jiwa, serupa dada dicabik topan
aduhai, kangen ini perih di lambung
layarku tak bisa sibakkan hujan
namun Engkau terus melambai
layarku tercabik dalam pusaran waktu
bilangan matematika yang terus berdetak
sampai kelak berakhir di titiknya.
Engkau terus melambai. terus melambai
aku menangis tersedu tak bisa hentikan sampan
meluncur bersama layar yang telah compang-camping
dengan dada perih dicabik-cabik topan disiram garam
hujan-Mu menjadi gelombang bersama air mataku yang sia-sia
memburu jejak rindu membuatku terbanting-banting di gigir batu
layarku tinggal sobekan kafan. bilangan matematika makin meluncur jauh
dan tercium bau kamboja di lembar-lembar usia dan sisa-sisa doa
dan Engkau terus melambai juga memaksaku menggelepar sendiri.
Ngawi, 2011
Sumber: Yuk, Nulis Puisi (2018)
Puisi: Bau Kemboja Tercium di Lembar-Lembar Usia
Karya: Tjahjono Widarmanto
Biodata Tjahjono Widarmanto:
- Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.