Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Sajak yang Mencair (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Sajak yang Mencair" karya Nanang Suryadi menggambarkan pengalaman batin dan perjalanan emosional yang meluap-luap seperti aliran sungai.
Sajak yang Mencair

sebuah sajak mencair seperti es krim yang lumer di terik matahari saat kau lumat dengan penuh nikmat dengan lidah menjulur julur hingga tetes terakhir dan kau tersenyum mencecap menyesap rasa manis yang tersisa di bibir dan lidahmu seperti manisnya kata-kata yang menyatakan cinta dan rindu demikian liris demikian lirih mendesah mencair dalam terik panas matahari dalam diri yang lidahnya menjilat-jilat tubuhmu penuh gairah mencecap menyesap seluruh kenangan dari dalam benak yang menyimpan lintasan-lintasan peristiwa sebagai sajak yang mencair dan mengalir di alir sungai tubuhmu di nadi nadi darahmu ke muara hingga sampai di laut perjumpaan yang penuh ombak angin melayarkan kapal perahu sebagai kenangan kenangan menemu pelabuhan dermaga di mana disauhkan kesunyian dilabuhkan kesepian pada keriuhan pekik sibuk gemuruh waktu namun tak diduga rahasia arus yang memusar pada kedalaman palung dan patahan di dasar retakan yang mengguncang sebagai gempa menggoyang goyang diri hingga terasa terbang gamang mabuk dalam badai yang merobek layar mematahkan tiang hingga terlunta dirimu terlunta lunta diamuk gelombang hingga entah hingga bila sampai karam diri ke dasar lautan sajak yang mencair dicecap sesap bibir dan lidahnya hingga tetes terakhir.

Mei, 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak yang Mencair" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang menggambarkan pengalaman batin dan perjalanan emosional yang meluap-luap seperti aliran sungai. Dengan bahasa yang metaforis dan imajinatif, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, rindu, kenangan, dan kehancuran.

Tema dan Makna

  • Perjalanan Emosional: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks dan terkadang tidak terkendali, seperti aliran sungai yang mengalir bebas. Dari kebahagiaan dan kenikmatan hingga kehancuran dan kehilangan, puisi ini mencerminkan kompleksitas perasaan manusia.
  • Keindahan dan Kehancuran: Dalam aliran bahasa yang indah, puisi ini menggambarkan keindahan cinta dan kenangan yang manis seperti es krim yang mencair di bawah sinar matahari. Namun, ia juga mengeksplorasi kehancuran dan kehilangan yang tak terelakkan, seperti kapal yang terhempas dalam badai.
  • Ketidakpastian dan Kerentanan: Puisi ini menciptakan atmosfer ketidakpastian dan kerentanan, di mana kehidupan seperti sajak yang mencair dan mengalir, tak terduga dan seringkali sulit untuk dipahami.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Metafora dan Imaji Kuat: Dengan menggunakan metafora seperti es krim yang mencair, aliran sungai, dan kapal yang terhempas dalam badai, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat dan menggugah imajinasi pembaca.
  • Aliran Emosi yang Kontinu: Puisi ini mengalir secara kontinu seperti aliran sungai, tanpa jeda yang jelas antara satu bagian dan bagian lainnya. Hal ini mencerminkan aliran kesadaran dan perasaan yang terus-menerus dalam pikiran penyair.

Pesan Moral

Pesan moral dari puisi ini mungkin adalah pengakuan akan kompleksitas kehidupan dan emosi manusia. Meskipun ada keindahan dalam cinta dan kenangan, ada pula ketidakpastian dan kehancuran yang tak terelakkan. Namun, dengan menerima semua itu sebagai bagian dari perjalanan hidup, kita dapat belajar untuk menghargai setiap momen, baik suka maupun duka.

Puisi "Sajak yang Mencair" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks dan terkadang tidak terkendali, seperti aliran sungai yang mengalir bebas. Dengan bahasa yang metaforis dan imajinatif, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, rindu, kenangan, dan kehancuran, menciptakan gambaran yang kuat dan menggugah imajinasi pembaca. Pesan moralnya mengakui kompleksitas kehidupan dan emosi manusia, dan mengajak kita untuk menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup ini.

Puisi
Puisi: Sajak yang Mencair
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.