Puisi: Komedi Putar (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Komedi Putar" karya Nanang Suryadi menggabungkan tema keceriaan masa kecil dengan kesadaran akan keterbatasan waktu.
Komedi Putar

bermainlah kanak pada keriangan,
hidup berputaran atas bawah nikmatilah,
kenangkan kuda dipacu penuh semangat,
pada padang di mana umbu menulis syair,

tertawalah kanak,
sebelum permainan berakhir,
sebelum lampu-lampu dimatikan,
sebelum tersuruk engkau di bawah matahari.

Malang, 1997

Analisis Puisi:

Puisi "Komedi Putar" karya Nanang Suryadi adalah karya yang menggambarkan keceriaan kanak-kanak serta keterbatasan waktu dalam konteks permainan. Melalui puisi ini, Suryadi mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan dan pengalaman yang terkait dengan masa kecil dan permainan.

Tema Keceriaan dan Keberhentian

Puisi ini dibuka dengan undangan untuk "bermainlah kanak pada keriangan," menekankan tema keceriaan dan kegembiraan masa kecil. "Kanak" di sini merujuk pada anak-anak, dan "keriangannya" menunjukkan kebahagiaan yang sederhana dan tulus dari bermain. Penggunaan kata-kata seperti "nikmatilah" dan "kenangkan" mengajak pembaca untuk merayakan dan menghargai kebahagiaan dalam bermain yang penuh semangat.

Metafora Permainan dan Kuda

Metafora permainan komedi putar dihubungkan dengan kuda yang "dipacu penuh semangat." Permainan komedi putar adalah simbol dari siklus hidup yang berulang, di mana keceriaan bisa datang dan pergi. Kuda yang dipacu menunjukkan dinamika dan kecepatan dalam permainan, serta semangat yang terlibat dalam aktivitas tersebut. "Pada padang di mana umbu menulis syair," menambahkan elemen poetik yang mengaitkan kegiatan bermain dengan proses kreatif menulis syair, mengindikasikan bahwa kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga inspiratif.

Keterbatasan Waktu dan Peringatan

Puisi ini kemudian memberikan peringatan tentang keterbatasan waktu dengan menyebutkan "sebelum permainan berakhir," "sebelum lampu-lampu dimatikan," dan "sebelum tersuruk engkau di bawah matahari." Peringatan ini mengingatkan pembaca bahwa kebahagiaan dan keceriaan tidak selamanya ada; ada saatnya di mana segala sesuatu harus berakhir. Lampu-lampu yang dimatikan adalah simbol dari akhir sebuah aktivitas atau perayaan, sementara "tersuruk di bawah matahari" bisa diartikan sebagai menghadapi kenyataan atau kembalinya ke rutinitas sehari-hari.

Puisi "Komedi Putar" karya Nanang Suryadi menggabungkan tema keceriaan masa kecil dengan kesadaran akan keterbatasan waktu. Dengan menggunakan metafora permainan komedi putar dan kuda yang dipacu, puisi ini menyiratkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan masa kecil berfungsi sebagai pelarian dari realitas. Peringatan tentang akhir dari permainan dan penutupan lampu-lampu menekankan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang sementara dan perlu dihargai saat itu ada. Suryadi mengajak pembaca untuk menikmati keceriaan masa kecil sebelum realitas kembali menuntut perhatian kita, sehingga menyajikan pesan yang sederhana namun mendalam tentang keindahan dan kefanaan dari pengalaman hidup.

Nanang Suryadi
Puisi: Komedi Putar
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.