Puisi: Kekosongan (Karya Nanang Suryadi)

Puisi: Kekosongan Karya: Nanang Suryadi
Kekosongan

antara ada dan tiada, ini diri mematut diri 
"hujan alangkah derasnya" 

ya, kuyup sekali tubuhku. menyimpan sejarah. kota-kota yang marah dan  mendendam. 

"bukankah ibu yang menyimpan airmata?" 

ya, seorang lelaki tak boleh menangis. karena airmatanya api. membakar  negeri-negeri. 

(aku menyebutnya sebagai serdadu. karena ia membawa senapang. dan 
pedang. topinya berumbai. kumis dan jenggotnya hitam panjang. matanya?  amboi matanya. seperti sebuah legenda troya, kurusetra, ayodya. ah,  mungkin juga pada suatu tempat yang tak tercatat) 

"ayah, mengapa hujan tak juga berhenti, sepertinya langit menangis. 
atau tuhan?" 

kanak-kanak itupun menyimpan tanya dalam kepala. mungkin ia serupa  benda-benda. atau tontonan televisi yang dimamahnya sepanjang hari.  atau  sampah impor yang disantapnya di mall dan plaza. 

antara ada dan tiada. aku menyelinap dalam keramaian, keriuhan pesta 
dan  kemarahan. 

"bung , mengapa kau hanya diam. serupa patung. ayo bakarlah! hujatlah!  marahlah!" 

serupa patung. seribu patung. sejuta patung. menganga mulutnya. tak 
bersuara. tak bersuara! 

tak bersuara?  begitu ramai pekiknya. begitu riuh serapahnya. mencoba membuka. rahasia  demi rahasia. 

"batu belah...batu belah batu terbelah. langit terbuka...langit terbuka 
langit membuka. alakazam. aku alibaba, aladin, atau apa saja. zezam. 
zezaaaaaaam!" 

antara ada dan tiada 

aku 

"sebuah kekosongan"

Puisi Kekosongan
Puisi: Kekosongan
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.