Puisi: Inilah Hujan di Saat Senja (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Inilah Hujan di Saat Senja" karya Nanang Suryadi mengajak kita untuk merenung tentang betapa kompleksnya perasaan manusia dan bagaimana kita ..
Inilah Hujan di Saat Senja

Inilah hujan di saat senja,
Demikian kau benci, sebagai sunyi dalam kamus penyair

Hembuskan kesah itu, seribu desah mampir ke kafe-kafe yang suntuk dan mabuk
Ceritakan padaku tentang negeri-negeri jauh yang terpedaya

Dongeng tercipta dalam hamburan asap rokok
Demikianlah kutuk disandang para pemimpi

Sebagai serdadu yang luka dan terusir dari kota-kota
Sayatan pada dada memanjang membentuk peta-peta tak bernama

Sebagai cinta yang terus nyala, para serdadu menjemput saat kematian
Selapar singa, mengaum, ingin menerjang ke arahmu, ke arahmu

O, santapan terlezat di waktu lapar
Hidangkan pada diri o hidangkan pada diri o daging segar

Oi setusuk lembing matamu, menyelesaikan segala dongeng tentang mimpi
Senja yang hitam, matamu yang hitam, menghamburkan jutaan lembing

Menikam tepat di jantung rinduku!

Analisis Puisi:

Puisi "Inilah Hujan di Saat Senja" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan emosi yang mendalam. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, penyair berhasil menggambarkan suasana hati, perasaan, dan konflik batin yang dialami oleh subjek dalam puisinya.

Inilah hujan di saat senja,
Demikian kau benci, sebagai sunyi dalam kamus penyair

Pada bait pertama, penyair menggambarkan hujan di saat senja sebagai suatu kondisi yang dibenci oleh subjek. Hujan dan senja sering kali dikaitkan dengan suasana hati yang melankolis dan sunyi. Di sini, hujan di saat senja menjadi simbol dari kesunyian yang dirasakan oleh penyair, suatu kondisi yang tidak diinginkan dan dihindari.

Hembuskan kesah itu, seribu desah mampir ke kafe-kafe yang suntuk dan mabuk
Ceritakan padaku tentang negeri-negeri jauh yang terpedaya

Bait kedua mengajak pembaca untuk melepaskan keluhan dan desahan yang mungkin dirasakan dalam suasana yang suntuk dan mabuk di kafe-kafe. Penyair menginginkan cerita tentang negeri-negeri jauh yang terpedaya, yang mungkin mengandung makna tentang harapan dan mimpi yang tidak tercapai.

Dongeng tercipta dalam hamburan asap rokok
Demikianlah kutuk disandang para pemimpi

Bait ketiga menggambarkan dongeng atau cerita yang tercipta dalam suasana yang penuh dengan asap rokok, yang sering kali melambangkan keadaan yang suram dan tidak jelas. Para pemimpi, mereka yang memiliki harapan dan ambisi, sering kali harus menanggung kutukan dari mimpi-mimpi mereka, yaitu kekecewaan dan penderitaan.

Sebagai serdadu yang luka dan terusir dari kota-kota
Sayatan pada dada memanjang membentuk peta-peta tak bernama

Bait keempat menggambarkan para serdadu yang terluka dan terusir dari kota-kota. Sayatan pada dada yang memanjang dan membentuk peta-peta tak bernama menggambarkan penderitaan dan luka batin yang mendalam, yang tidak memiliki identitas atau pengakuan.

Sebagai cinta yang terus nyala, para serdadu menjemput saat kematian
Selapar singa, mengaum, ingin menerjang ke arahmu, ke arahmu

Pada bait kelima, cinta yang terus nyala diibaratkan seperti para serdadu yang menjemput kematian. Mereka begitu lapar dan bernafsu seperti singa yang mengaum, ingin menerjang ke arah yang dicintai. Ini menggambarkan hasrat dan keinginan yang kuat, meskipun mereka tahu bahwa itu bisa membawa mereka ke kehancuran.

O, santapan terlezat di waktu lapar
Hidangkan pada diri o hidangkan pada diri o daging segar

Bait keenam mengungkapkan keinginan untuk menikmati santapan terlezat di waktu lapar. Santapan ini bisa diartikan sebagai pencapaian atau kepuasan dari hasrat dan keinginan yang kuat. Penyair menginginkan sesuatu yang memuaskan dan segar, yang bisa mengobati rasa lapar akan cinta dan keinginan.

Oi setusuk lembing matamu, menyelesaikan segala dongeng tentang mimpi
Senja yang hitam, matamu yang hitam, menghamburkan jutaan lembing

Menikam tepat di jantung rinduku!

Bagian terakhir mengungkapkan kekuatan tatapan mata yang bisa menyelesaikan segala dongeng tentang mimpi. Senja yang hitam dan mata yang hitam menggambarkan suasana yang suram dan penuh misteri. Jutaan lembing yang dilemparkan dari mata tersebut menikam tepat di jantung rindu, menggambarkan betapa kuat dan tajamnya perasaan yang dirasakan oleh penyair.

Tema dan Makna

  • Kerinduan dan Kesepian: Tema utama dalam puisi ini adalah kerinduan dan kesepian. Penyair menggambarkan bagaimana kerinduan yang kuat bisa menjadi sebuah penderitaan, terutama ketika dihadapkan dengan kesepian yang mendalam. Kerinduan ini digambarkan dengan sangat intens melalui simbol-simbol seperti hujan di saat senja, serdadu yang terluka, dan tatapan mata yang tajam.
  • Penderitaan dan Pengorbanan: Penderitaan dan pengorbanan juga menjadi tema yang kuat dalam puisi ini. Para pemimpi dan serdadu yang terluka menggambarkan bagaimana mimpi dan ambisi sering kali datang dengan kutukan berupa penderitaan. Penyair menunjukkan bahwa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, sering kali harus melalui jalan yang penuh dengan pengorbanan dan rasa sakit.

Simbolisme dalam Puisi

  • Hujan di Saat Senja: Hujan di saat senja menjadi simbol dari kesepian dan penderitaan. Senja yang melankolis ditambah dengan hujan yang suram menggambarkan suasana hati yang penuh dengan kesedihan.
  • Serdadu yang Terluka: Serdadu yang terluka menggambarkan para pemimpi dan pejuang yang harus menanggung penderitaan akibat dari ambisi dan harapan mereka. Luka-luka yang mereka derita menjadi simbol dari pengorbanan yang harus mereka lakukan.
  • Tatapan Mata: Tatapan mata yang tajam dan hitam menggambarkan kekuatan perasaan dan hasrat yang begitu kuat. Mata yang menghamburkan jutaan lembing menunjukkan bagaimana perasaan tersebut bisa sangat tajam dan menyakitkan.
Puisi "Inilah Hujan di Saat Senja" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan emosi yang mendalam. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, penyair berhasil menggambarkan suasana hati, perasaan, dan konflik batin yang dialami oleh subjek dalam puisinya. Tema kerinduan, kesepian, penderitaan, dan pengorbanan menjadi inti dari puisi ini, yang disampaikan melalui simbol-simbol yang kuat dan penuh makna. Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang betapa kompleksnya perasaan manusia dan bagaimana kita menghadapi kerinduan dan kesepian dalam kehidupan sehari-hari.

Nanang Suryadi
Puisi: Inilah Hujan di Saat Senja
Karya: Nanang Suryadi

Biodata Nanang Suryadi:
  • Nanang Suryadi, S.E., M.M. pada tanggal 8 Juli 1973 di Pulomerak, Serang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.