Puisi: Di Warung Diggers, Lampung (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Di Warung Diggers, Lampung" karya Wayan Jengki Sunarta mengeksplorasi tema-tema seperti kerinduan, waktu, dan keindahan alam melalui ...
Di Warung Diggers, Lampung

dari ketinggian
yang kita ratapi hanya cahaya
dan perahu-perahu layu
di teluk lampung

malam melamun
dalam cangkir kopi
jiwaku mengaca
pada bening parasmu

o, haiku yang gagu
serpih kisah yang pasrah
dari perahan waktu
kapan kita akan berjumpa kata
dan mengakhiri air mata
pada semesta cahaya

jangan biarkan waktu melaju
kita belum usai meramu malam
rindu belum tuntas diserap meja kayu
atau terlunta pada pagar bambu

celah-celah bukit kelabu
pada hamparan jiwamu
penyap dari tatap mataku
dan kau belum menemukan
dari mana mula kata

Lampung, Agustus 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Di Warung Diggers, Lampung" karya Wayan Jengki Sunarta mengeksplorasi tema-tema seperti kerinduan, waktu, dan keindahan alam melalui gambaran suasana di sebuah warung di Lampung.

Kerinduan dan Kesendirian: Puisi ini mengekspresikan perasaan kerinduan dan kesendirian yang melingkupi suasana malam di warung Diggers, Lampung. Tokoh dalam puisi merenungkan kehadiran seseorang yang tampaknya menjadi objek kerinduannya. Kemuraman malam tercermin melalui gambaran "malam melamun" dan "cangkir kopi", yang menciptakan suasana introspektif.

Gambaran Alam dan Waktu: Penggunaan gambaran alam, seperti "teluk Lampung" dan "celah-celah bukit kelabu", menambah dimensi alamiah pada puisi ini. Alam digambarkan sebagai latar belakang yang membentuk suasana kesunyian dan refleksi. Selain itu, waktu juga menjadi tema sentral, terutama dalam konteks menunggu dan merenungkan kapan pertemuan dengan orang yang dirindukan akan terjadi.

Haiku dan Keheningan: Penyair menyinggung tentang "haiku yang gagu" dan "perahu-perahu layu" yang menggambarkan keheningan dan kepasrahan di antara kesunyian malam. Haiku, bentuk puisi Jepang yang pendek dan padat, mencerminkan ketidakmampuan untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan. Perahu-perahu layu di teluk Lampung menjadi lambang kekosongan dan penantian yang hampa.

Penutup yang Reflektif: Puisi ini diakhiri dengan harapan untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk mengakhiri kerinduan dan air mata, serta menemukan makna dalam semesta cahaya. Ini menegaskan tema refleksi dan pencarian makna dalam kegelapan dan kesendirian.

Puisi "Di Warung Diggers, Lampung" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kerinduan, kesunyian, dan refleksi dalam suasana malam di sebuah warung. Dengan menggunakan gambaran alam dan waktu, penulis berhasil menciptakan suasana yang memikat pembaca dan mengundang mereka untuk merenung tentang keheningan dan arti hidup.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Di Warung Diggers, Lampung
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.