Puisi: Tiga Rekaman dari Gedung DPR/MPR (Karya F. Rahardi)

Puisi: Tiga Rekaman dari Gedung DPR/MPR Karya: F. Rahardi
Tiga Rekaman dari Gedung DPR/MPR


Peralatan super canggih
telah dipasang di
Komplek Gedung
Perwakilan Rakyat
untuk merekam gambar
suara, kejadian
detik demi detik
menit demi menit
dari depan pintu gerbang
sekitar air mancur
ruang-ruang sidang
WC
klinik darurat
loby
tempat sembahyang
dan gudang
semua direkam
disimpan
diuraikan, dianalisa, dimusyawarahkan
digodog
dikukus, direbus
digoreng
didadar
dipanggang
dan dihidangkan
ke masyarakat
hangat-hangat

Hasilnya:

Rekaman I

Malam, pukul 02.00 (dini hari)
udara menyimpan embun
langit Jakarta silau dan
menyakitkan bagi mata kampret
gedung perwakilan rakyat itu
gagah dan angker
di sana
barusan
ribuan wakil rakyat
bersidang
dengan tegang
menentukan nasib
rakyat manusia
dimasa mendatang

Jam 02.20 dini hari
sepi
dingin
silau sinar lampu
udara Jakarta yang capek
dilabrak ratusan ribu kampret
(data terakhir tercatat
1.263.427 ekor kampret)
terdiri dari 504.441 jantan
758.986 betina (di kalangan
kampret tidak dikenal, istilah bencong).

Mereka kompak
mereka koor
membentuk paduan suara
“Wahai wakil rakyat manusia
dengarlah jeritan kami
para kampret yang
dilanda duka nestapa
karena kiamat bakal melanda
gua kami nan tercinta.

Dengarlah,
wakil-wakil manusia
dengarlah keluh-kesah
kami ini!
dua jam 45 menit
para kampret itu
menerbangi langit Jakarta
terutama di sekitar Senayan
tempat gedung wakil rakyat
tegak berdiri.

Karena koor mereka dengan langgam
keroncong tak digubris wakil
manusia, mereka berubah
menyanyikan lagu-lagu mars.

Wahai warga kampret
nan jaya
mari kita kepakkan
sayap-sayap
mari kita padukan
tekad-tekad
hancurkan tirani
bangunkan nurani
siapkan nyali
gagah berani

Reff.     Mari-mari O
bergandeng sayap O
jangan hanya
bergandeng pantat
2 x

Pukul 02.33 dini hari
wakil rakyat nyenyak terlelap
hangat
ada yang ngeloni istri
ada yang mendengkur
ada yang mimpi digendong
bidadari
mimpi wakil rakyat,
bagus-bagus
manis-manis
sopan-sopan
super color,
stereo
21 inchi
semua sudah diatur
sejak sebelum tidur.

Lagu mars para kampret
susah untuk dimasukkan
ke dalam mimpi para wakil
rakyat manusia.

Para kampret mulai ngerock
yeah!
kami kampret-kampret susah
manusia bikin ulah
gua kami habis dijarah
yeah
kami kampret-kampret gerah
tidak mau jadi sapi perah
manusia brengsek
semua brengsek.

Pukul 02.41
tak ada reaksi
mimpi wakil rakyat
tetap rapi dan terkendali.

Kita Metal!
No-No-No
metal is gombal
rock is jorok
nyanyian
syair
himbauan
keluhan
itu semua hanya bikin
mulut jadi pegal linu
dan perlu jamu
sementara hasilnya nihil.

Begini
hari ini
pukul 03.00 dini hari
seluruh komplek wakil rakyat manusia
kita serbu!
dan ratusan ribu kampret
itu menyerbu
bergelayutan
beol, kencing
kawin, mengepak-ngepakkan sayap
mencaplok nyamuk
bergeletakan di mimbar
di meja pimpinan
seluruh komplek wakil rakyat
penuh kampret.

Rekaman II

Satpam
Tentara
Polisi
melek
berjaga
ngobrol
gaple
yang
ringan
lucu-lucu
kadang jorok.

Pukul 03.01
Kaget
mengira ada huru-hara
wabah
semacam kiamat atau
malapetaka dari setan
bedil disiapkan
peluit ditiup
sirene diraungkan
lampu disorotkan
yang tampak para kampret
sedang bersidang.

“Sudah kita kup saja ini gedung.”
“Ya, buat ganti gua kita
lumayan juga lo!”
“Ada mebelnya lagi.”
“Bisa karaoke lagi.”
“Semua oke punya.”
“Jelas dong. Ini yang namanya rajanya gedung
atapnya melengkung
semennya dibikin dari
batu-batu kapur
diambilnya dari gunung.”
“Hore, kita menang, gedung ini jadi gua kampret.”
“E, e, e, nanti dulu
Katanya, tadi kita ini mau mengadu.”
“Ngadu apa? Ngadu manusia?
Tinju begitu?”
“Bukan. Katanya kita-kita ini
mau mengadukan nasib kita yang keleleran.
Tergusur. Kok sekarang malah begini?”
“Keleleran bagaimana. Kita sudah punya gedung
sekarang.
Mau ngadu apalagi.
Adu jangkrik?”
“Sudahlah, sudah. Jangan terlalu vokal.
Nanti dicekal.”
“Pokoknya kita sudah di gedung ini.
Diam kayaknya lebih nyaman.”
“Ya jangan begitu. Kita tetap harus ngomong.
Itu wajib. Kecuali kampret bisu ya.
Tapi ngomongnya ya harus disetel.
Radio itu kan harus bunyi,
tapi perlu disetel.
Kalau tidak disetel,
gelombangnya bisa ngaco,
pengin nyanyi ndangdut
e, tahu-tahu metal
kan berisik.”
Tuing-tuing, nguik . . . .
dor, dor, dor
(Yang terakhir itu bunyi tembakan
bedil betulan)

“Kok ada yang menembak?”
“Itu tentara manusia. Dia kerjanya
memang menembak sesama manusia.
Dia digaji, diberi baju,
celana, gesper, sepatu, topi, pangkat,
bedil, peluru, lalu disuruh nembak.”
“Kok kita yang ditembak?”
“Kan kita bukin kudeta.
Makar begitu.” “Gedung ini
kita duduki.”
dor-dor-dor
ngeng . . . . . (sirene)
“Kacau balau begini.”
(panser datang)
“Ramai ya? Senang saya kalau
suasananya meriah kayak gini.
Hangat.
Hidup jadi lebih bergairah.
Kalau di gua dulu kan sepi.
Gelap lagi.”

“Tet, tet, tet, tet
tet, tet, tet, tet (senapan mesin)”
“Api yang keluar dari bedil itu bagus
ya? seperti di film saja.”
“Bagus endasmu itu.
Kalau pelurunya kena endasmu,
mampuslah dikau.”
Jegur (granat)
“Wah, ya rusak-rusakan kalau
pakai granat segala macam.”
Jegur (gas air mata)
“Pedih mata ini.”
“Pedih juga, hati ini.”
Srooot . . . . (Branwir menyemprot air)
“Selamat pagi wir,
mau memandikan kami?”
Pyur . . . .
(air branwir makin deras).

Pagi itu komplek perwakilan
jadi ramai
ada sirene
ada kepakan kampret
kadang bunyi bedil
siraman branwir
panser
halikopter
kamera vidio
wartawan
semua sibuk
selama dua hari
dua malam
sidang para wakil rakyat
terpaksa ditunda.

Rekaman III

Hari ke 3
ribuan kampret mati
menumpuk di kursi
kursi-kursi empuk itu
yang tiap 5 tahun sekali
diperebutkan
dalam pesta demokrasi
sekarang penuh bangkai kampret,
tahi kampret
kencing kampret
pecahan granat
darah kampret
dan peluru-peluru M 16.

“Kayaknya kita akan punah ya,
manusia memang ganas
kita sudah kalah.”
“Tidak
kita sedang kalah.”
“Ya, sedang kalah
perang tidak pernah berakhir
sekarang kita kalah
besuk juga kalah
di gua-gua kapur kita akan kalah
di gedung DPR MPR ini
kita sudah kalah.”
“Ya tapi kita akan menang nantinya.”
“Ya, kapan-kapan kita akan menang.”
“Harus.”
“Kita harus menang setelah ini
untuk itu
sementara kita harus mundur
lalu ambil napas
istirahat
tidur
pacaran
kawin
betina-betina harus bunting
makan yang kenyang
melahirkan anak-anak
lalu kita akan jadi banyak lagi
lalu kita siap untuk perang lagi
sip.”

Lalu entah pada hari ke berapa
tanpa ditembak
tanpa disemprot
tanpa dihimbau
tidak lewat lobi
tidak ada tekanan dan paksaan
dari pihak manapun
juga buka direkayasa
atas kesadaran mereka sendiri
para kampret itu meninggalkan
gedung DPR MPR
meninggalkan anak mereka yang mati
meninggalkan Oom mereka yang tertembak
meninggalkan pakde mereka yang
kaku dan mulai membusuk
di kursi nomor II
di meja sidang
di wc
di ruang komisi IV
dan di loby utama.

Suasana lalu kembali normal
sidang para wakil rakyat
berlanjut
rekaman 3 ini diakhiri
dengan penjelasan singkat
dari Menteri Sekretaris Negara
yang membacakan pengumuman
dengan sangat tenang
bahkan tampak hampir mengantuk
“Saudara-saudara,
berkat kesigapan
aparat keamanan,
sekarang situasi ibukota
sudah kembali normal.”
Adapun penjelasan secara rinci
akan disampaikan
oleh Bapak Menteri Penerangan
dalam waktu dekat ini.
Terimakasih.


Sumber: Migrasi Para Kampret (1993)

F. Rahardi
Puisi: Tiga Rekaman dari Gedung DPR/MPR
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Duh – A yang aku tahu dengan tidak pasti yang aku sesalkan dengan gerimis yang panas seperti matahari bulan bintang akulah yang mendung dengan mata berhamburan da…
  • Lagu-Lagu Lama di kamar tamu aku dibelenggu sebuah pura-pura; sebuah lagu lama yang terlupa yang tak ada dalam catatanku lagi hadir di ruangan ini; hadir tanpa ku…
  • Kenapa Kau Tegang? kenapa kau tegang? tanya anakku pada cucunya aku menunduk lalu mati kenapa kau mati? tanya nenekku pada istrinya aku heran lalu terjun ke atas b…
  • Awan tatkala kutatap langkahmu yang lamban di atas bubungan aku terkejut; betapa pucatnya! oh nasib akan kemana sajakah kau terbangkan serpih-serpih kapas itu? …
  • Angin cemara-cemara itu bergoyang perlahan awan-awan kecil itu bergerak perlahan ke arah selatan dan gadis-gadis yang lewat itu berkibaran rambutnya mereka ter…
  • Soalnya soalnya aku lupa, kamu tidak ingat dan mereka pun tidak pernah menanyakan hal itu kepada kita kepada lupa kepada tidak ingat jadi belum jelas bukan? seka…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.