Puisi: Teringat Rumah (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Teringat Rumah" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan perasaan nostalgia, perjalanan hidup, dan merenungkan tentang tempat yang ditinggalkan.
Teringat Rumah


Sepasang terompah telah lusuh
usang dan capek bicara dengan jalanan lengang
dipaksa mabuk sepanjang malam
kenanglah kembali
sebuah alamat di kertas surat lusuh
dengan sungai mengalir pelan
seperti air mata
basuhlah kelelahanmu
sekaligus sendumu yang tak pernah luntur berwarna tua
rebahlah, seperti roh
menanggalkan mantelnya
melambai-lambaikan tangan pada angin ribut
sudah saatnya bayang-bayangmu
berbaring di situ di ruang tengah yang hangat
ditemani secangkir kopi
sudahlah gelisahmu
angin malam tak baik untuk mata yang renta
sejarah sudah cukup ditulis
dan namamu sudah terpahat di sebuah prasasti!


Ngawi, Akhir 2001

Sumber: Horison (Februari, 2003)

Analisis Puisi:
Puisi "Teringat Rumah" karya Tjahjono Widarmanto adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia, perjalanan hidup, dan merenungkan tentang tempat yang ditinggalkan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran terompah, rumah, dan sejarah untuk menggambarkan perasaan dan refleksi.

Gambaran Terompah dan Nostalgia:
  1. Terompah Lusuh: Puisi dimulai dengan gambaran "sepasang terompah telah lusuh," yang menciptakan citra benda yang usang dan dipakai, mungkin sebagai representasi pengalaman hidup yang telah berlangsung lama.
  2. Usang dan Capek Bicara dengan Jalanan Lengang: Gambaran ini menciptakan suasana kelelahan dan kesendirian, mencerminkan bagaimana pengalaman hidup dapat membuat seseorang merasa usang dan kehilangan semangat.
Nostalgia dan Kembali ke Rumah:
  1. Kenanglah Kembali: Penyair mengajak untuk "kenanglah kembali," menggambarkan dorongan untuk merenungkan masa lalu dan kenangan yang terkait dengan rumah.
  2. Alamat di Kertas Surat Lusuh: Gambaran ini menghubungkan dengan kenangan yang tersimpan dalam alamat yang tercatat di kertas surat yang usang. Ini menggarisbawahi pentingnya kenangan dalam perjalanan hidup.
  3. Sungai Mengalir Pelan Seperti Air Mata: Penyair menggunakan perbandingan ini untuk menciptakan gambaran perasaan nostalgia dan kelembutan, serta keterhubungan antara alam dan perasaan manusia.
Merenungkan Perjalanan dan Sejarah:
  1. Basuhlah Kelelahanmu: Penyair menggambarkan sungai yang mengalir seperti air mata yang "basuhlah kelelahanmu," menunjukkan bahwa alam dapat menjadi sumber penyembuhan dan merenung.
  2. Namamu Sudah Terpahat di Sebuah Prasasti: Puisi ini mengakhiri dengan menyatakan bahwa "namamu sudah terpahat di sebuah prasasti," menunjukkan bagaimana jejak perjalanan hidup telah menjadi bagian dari sejarah dan pengenangan.
Pesan Filosofis dan Keberadaan Tempat: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup dan tempat-tempat yang pernah kita tinggalkan. Gambaran terompah dan rumah, serta gambaran alam, menciptakan suasana reflektif dan memancing perenungan tentang arti keberadaan dan nostalgia.

Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan imaji-imaji terompah, rumah, air mata, dan sungai untuk menciptakan gambaran perasaan dan situasi dalam puisi ini. Bahasa yang puitis dan imaji yang kuat menciptakan suasana yang mendalam dan reflektif.

Puisi "Teringat Rumah" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah perenungan tentang perjalanan hidup, nostalgia, dan makna tempat yang telah ditinggalkan. Melalui gambaran terompah, rumah, dan sejarah, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti kenangan dan perjalanan dalam hidup. Puisi ini menciptakan atmosfer yang puitis dan reflektif, mengajak kita untuk merenungkan perjalanan hidup dan kenangan yang membentuk diri kita.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Teringat Rumah
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.