Puisi: Tengah Malam (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Tengah Malam" karya Esha Tegar Putra menggambarkan suasana introspektif dan reflektif penyair pada tengah malam, saat ia merenungkan tentang ..
Tengah Malam

Tengah malam, jika ia berigau tentang aku
maka putarkanlah lagu itu. Dan telah aku tinggalkan bengkelai
kain agar bisa ia hirup bau tubuhku, agar bisa ia reka semaunya
berapa jengkal panjang lenganku. Aku sisipkan pula di balik
gorden kelabu itu - pandang ke luar kaca jendela - dongeng
tentang rantau, tentang penyeberangan, juga tentang pulang.

Agar kelak ketika hari buruk datang, ia tahu
sebelum kata berangkat diputuskan, telah aku kurung lebih dahulu
segala hantu segala mambang dalam perutku

Di sini, dari satu kedai ke kedai lain aku tempuh
dalam menggumamkan lagu itu. Badanku di sini, cintaku, tapi tidak
dengan tubuhku. Tubuhku tetap adalah riak-riak danau di kaki Merapi itu
adalah pendakian tinggi dan tebing curam di Sitinjau, adalah bau tanah
lembah. Tubuhku tidak akan bisa dipisah dari dingin sungai
dimana pantun demi pantun
terus dialiri jauh.

Tengah malam, jika ia terus berigau tentang aku
dan lagu itu,
dan bengkalai kain itu,
atau dongeng di balik gorden kelabu itu
tidak bisa lagi membuat ia mereka-reka
seberapa jengkal panjang lenganku.

Maka hari baik akan datang.

Jakarta, 2015

Analisis Puisi:

Puisi "Tengah Malam" karya Esha Tegar Putra menggambarkan suasana introspektif dan reflektif penyair pada tengah malam, saat ia merenungkan tentang hubungan dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Dengan gaya yang intim dan simbolis, puisi ini mengajak pembaca untuk memasuki dunia emosional dan psikologis yang dalam.

Tema Puisi

  • Keintiman dan Nostalgia: Puisi ini menciptakan suasana keintiman yang kuat, terutama melalui penggunaan gambaran tentang malam dan lagu-lagu yang memori. Malam di sini bukan sekadar waktu, tetapi menjadi metafora untuk refleksi dan introspeksi yang mendalam. Nostalgia terasa kuat dalam penggambaran tentang bengkelai kain dan dongeng di balik gorden kelabu, yang menciptakan suasana melankolis dan nostalgia.
  • Hubungan Manusia dan Alam: Penyair mengaitkan dirinya dengan alam dan lingkungan sekitarnya secara simbolis. Tubuhnya diidentifikasi dengan riak-riak danau di kaki Merapi, pendakian tinggi, tebing curam di Sitinjau, dan bau tanah lembah. Ini menggambarkan hubungan yang intim antara dirinya dengan alam serta kehidupan sehari-hari yang mendalam dan berarti baginya.
  • Penyatuan dan Pemisahan: Puisi ini mengeksplorasi tema tentang penyatuan dan pemisahan, baik dalam konteks hubungan interpersonal maupun dengan diri sendiri. Penggunaan lagu sebagai penghubung antara masa lalu dan kini, serta penggambaran tubuh sebagai entitas yang tidak bisa dipisahkan dari lingkungan alam, menunjukkan kompleksitas dalam hubungan manusia dengan dunia di sekitarnya.

Gaya Bahasa dan Teknik Puitis

  • Simbolisme yang Kuat: Esha menggunakan simbolisme yang kuat untuk menggambarkan kompleksitas emosi dan pikiran. Misalnya, malam sebagai waktu untuk refleksi yang dalam, lagu sebagai pengingat akan kenangan masa lalu, dan bengkelai kain serta dongeng di balik gorden kelabu sebagai simbol dari keintiman dan nostalgia.
  • Imaji yang Mendalam: Penggunaan imaji yang mendalam, seperti riak-riak danau, pendakian tinggi, dan bau tanah lembah, membantu menciptakan gambaran yang hidup dan memikat tentang perasaan dan pengalaman penyair.
  • Ritme dan Suara: Puisi ini memiliki ritme yang mengalir dengan lancar, menciptakan nuansa yang tenang namun penuh dengan makna. Suara puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan menghayati setiap kata dan gambaran yang disampaikan.
Puisi "Tengah Malam" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang menggambarkan keintiman, refleksi, dan hubungan manusia dengan alam dan dirinya sendiri. Melalui penggunaan simbolisme yang kuat dan imaji yang mendalam, Esha berhasil menciptakan suasana yang memikat dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, hubungan, dan eksistensi manusia di tengah kompleksitasnya. Puisi ini mengundang pembaca untuk menjelajahi emosi dan pikiran yang tersembunyi di dalam diri, sambil mengeksplorasi makna dan arti dari setiap pengalaman hidup yang telah dan akan dilalui.

Esha Tegar Putra
Puisi: Tengah Malam
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.