Puisi: Tamsil Kupu-Kupu (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Tamsil Kupu-Kupu" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan roh dan perasaan ke dalam kehidupan dan ..
Tamsil Kupu-Kupu (1)


resahku larut gugur bersama ranting
bisik-Mu dikabarkan rumput dan jemari

di kejauhan malaikat bergaun putih
berlari-lari melintas taman tanpa tepi
di batas langit kepak burung mematuk bayang-bayang

“mengapa Engkau tak kembali atau skedar menengokku?”
“tak tahukah Engkau aku berdebar menantimu?”

(akulah kupu-kupu itu terpukul bau wangi-Mu)

Ngawi, klitik-ketanggi

Tamsil Kupu-Kupu (2)


sepasang kupu-kupu letih beriring

: aku ingin kembali menjadi ulat
tidak terbelenggu indahnya warna sayap
ingin kembali berumah dalam kepompong
agar lebih arif menyimak musim!


Ngawi, wareng

Sumber: Mata Air di Karang Rindu (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Tamsil Kupu-Kupu" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan roh dan perasaan ke dalam kehidupan dan perubahan. Puisi ini menggunakan imaji kupu-kupu sebagai sarana untuk membahas tentang transisi, keinginan, dan perjalanan spiritual.

Tamsil Kupu-Kupu (1)

Resah dalam Perubahan: Puisi ini dimulai dengan gambaran "resahku larut gugur bersama ranting," yang menciptakan gambaran perubahan musim. Ranting yang gugur dan bisikan Tuhan (bisik-Mu) terkait dengan perasaan tak menentu di dalam diri manusia saat menghadapi perubahan dalam hidup.

Malaikat dan Bayang-Bayang: Kemudian, gambaran tentang malaikat bergaun putih dan burung yang terbang menunjukkan kehadiran spiritual yang ada di sekitar kita, seolah-olah mengawasi dan melintas di dunia ini. Batas langit yang menjadi tempat burung terbang menunjukkan perbatasan antara dunia lahir dan alam spiritual.

Dialog dengan Tuhan: Dialog dalam puisi ("mengapa Engkau tak kembali atau sekedar menengokku?") menunjukkan rasa kerinduan, pertanyaan, dan kebingungan manusia terhadap Tuhan. Ini juga menggambarkan perasaan manusia yang berdebar dan tak sabar menunggu kehadiran Tuhan.

Kupu-Kupu Terpukul: Pada akhir bagian ini, kupu-kupu mewakili manusia yang merasakan ketidakpastian dan perubahan, "terpukul" oleh aroma wangi Tuhan. Ini bisa dimaknai sebagai pengalaman spiritual yang menyentuh hati dan pikiran manusia.

Tamsil Kupu-Kupu (2)

Kupu-Kupu Letih: Bagian kedua menggambarkan sepasang kupu-kupu yang "letih beriring." Ini menciptakan gambaran tentang perjalanan bersama dalam kehidupan dan mungkin juga merujuk pada perjalanan kehidupan manusia yang penuh dengan tantangan dan kelelahan.

Kembali Menjadi Ulat: Dalam bagian ini, pelukisan keinginan untuk "kembali menjadi ulat" menunjukkan kerinduan untuk kembali kepada fase awal kehidupan. Ulat dan kepompong melambangkan proses transformasi dan pembaharuan yang bisa ditemui dalam kehidupan manusia.

Arif Menyimak Musim: Bagian terakhir mengakhiri puisi dengan harapan untuk menjadi lebih bijak dalam menghadapi perubahan musim kehidupan. Ini mengandung pesan tentang pentingnya belajar dari pengalaman dan meresponnya dengan bijak.

Puisi "Tamsil Kupu-Kupu" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan perjalanan roh manusia melalui perubahan dan transformasi kehidupan. Dengan menggunakan imaji kupu-kupu, puisi ini membahas tentang kerinduan, pertanyaan, harapan, dan pelajaran yang ditemukan dalam perjalanan spiritual dan pengalaman manusia. Melalui bahasa metafora dan gambaran alam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dalam setiap perubahan dan momen dalam hidup.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Tamsil Kupu-Kupu
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.