Puisi: Sajak (Karya Gus tf)

Puisi "Sajak" karya Gus tf menyoroti kegelapan dan kerapuhan dalam proses penciptaan dan komunikasi.
Sajak (1)

Kau tentu kenal kerumun itu, gumpal kata kosong
dalam benakku. Sesekali bagai ruang , tapi lebih sering
hanya geronggang. "Engkau bayangkan ia berlesatan
jumbuh, menggeliat-nyembul dari kepenuhan." Ah,

Kau tentu kenal kerumunan itu, gumpal kata entah
dalam sajakku. Sesekali bagai bara, tapi lebih sering
hanya arang-hampa. "Kaubayangkan aku gerabah
dan berharap dibakar semacam entah." Sia-sia,
alangkah.

Sajak (2)

Satu kalimat dalam dirimu: Suatu kali
engkau akan direnggut oleh waktu. Satu
kalimat dalam diriku: Selalu mencoba
ungkapkan diri, tak sampai-sampai,

tak sampai-sampai kepadamu.

Payakumbuh, 2000

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak" karya Gus tf adalah karya yang menyoroti kegelapan dan kerapuhan dalam proses penciptaan dan komunikasi. Dengan bahasa yang reflektif dan imaji yang mendalam, puisi ini menggambarkan kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan menemukan makna dalam kata-kata.

Bagian 1: Kerumunan Kata dan Kosongnya Makna

Pada bagian pertama puisi ini, Gus tf mengeksplorasi tema kekosongan dan frustrasi dalam proses menulis. "Kau tentu kenal kerumun itu, gumpal kata kosong dalam benakku" menggambarkan perasaan ketika kata-kata terasa tidak bermakna dan hanya menjadi "gumpal kata entah". Frasa ini menyoroti bagaimana ide-ide dan kata-kata bisa terasa seperti ruang kosong yang tidak membawa substansi atau kejelasan.

Penggunaan metafora seperti "geronggang" dan "bagaikan ruang" mencerminkan bagaimana kata-kata tersebut bisa terasa hampa atau tidak memenuhi harapan. Ketika penulis menggambarkan "kekuatan" sebagai "bara" yang lebih sering hanya "arang-hampa", ia mengekspresikan rasa kekecewaan dan ketidakpuasan dengan hasil dari penciptaan kreatifnya.

Frasa "Kau bayangkan aku gerabah dan berharap dibakar semacam entah" menunjukkan keinginan untuk mengalami perubahan atau transformasi yang mendalam, meskipun sering kali usaha tersebut terasa sia-sia atau tidak memadai.

Bagian 2: Kesulitan dalam Menyampaikan Perasaan

Bagian kedua puisi ini lebih terfokus pada tantangan dalam menyampaikan perasaan dan pikiran secara efektif. "Satu kalimat dalam dirimu: Suatu kali engkau akan direnggut oleh waktu" menggambarkan kesadaran akan kefanaan dan ketidakpastian waktu, serta bagaimana hal ini mempengaruhi perasaan dan komunikasi.

Di sisi lain, "Satu kalimat dalam diriku: Selalu mencoba ungkapkan diri, tak sampai-sampai, tak sampai-sampai kepadamu" menunjukkan frustrasi penulis dalam usaha untuk mengungkapkan dirinya secara jujur dan efektif. Ada rasa putus asa dalam "tak sampai-sampai", yang mencerminkan kesulitan dalam menyampaikan perasaan yang mendalam dan kompleks kepada orang lain.

Puisi "Sajak" karya Gus tf adalah eksplorasi mendalam tentang kekosongan, frustrasi, dan kesulitan dalam proses penciptaan dan komunikasi. Melalui penggunaan bahasa yang reflektif dan metafora yang kuat, Gus tf berhasil menangkap rasa kerapuhan dan ketidakmampuan yang seringkali mengiringi usaha untuk mengekspresikan diri. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang bagaimana kata-kata dapat gagal untuk menyampaikan makna yang diinginkan dan bagaimana kita sering kali terjebak dalam pencarian yang sia-sia untuk memahami dan dipahami.

Gus tf Sakai
Puisi: Sajak
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Darwinis Dalam usia cuma seletup, kau berpikir tentang mengubah. Sebulir air, berapa lamakah menetesi karang sampai menjelma sebuah wadah? Lupakan Adam dan Hawa. …
  • Geronggang (2) Karena di luar begitu penuh, kuciptakan suatu tempat dalam diriku. Di situ, kota kulipat jalan kugulung; tak satu apa pun pernah tegak menancap di a…
  • Materi Dingin Dada yang kosong, baiklah. “Di bilikmu mungkin memang bukan gelap. Tapi ketiadaan cahaya. Berapa ratus tahun lagikah cahaya itu bakal sampai ke rong…
  • Burung Kuntum Aku masuk ke dalam kuntummu. Membayangkan kelopak itu seperti kepak. Di ujung daun, matahari melengkung, angin seperti suwung. Cahaya menjelma susu, mele…
  • Ranjang, Angin di Lantai 14 Sampai ke rumahmu — sampai ke ranjangmu, kehilangan itu bahkan tetap membuntuti. Seluruh sinyal (yang disembur masa kemudian) melikur, …
  • Hasrat Tubuhmu ditumbuhi ilalang, usia menyibak dan memanjang. Matamu mencangkul malam, gundah gemilat menolak padam. Kenanganmu jeruk melisut, lebat pertemuan menyema…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.