Puisi: Potret (Karya Oka Rusmini)

Puisi "Potret" karya Oka Rusmini mengundang pembaca untuk merenungkan makna kebebasan, eksistensi, dan penerimaan diri dalam kehidupan sehari-hari ...
Potret (1)

Aku telah tumpahkan tetes darah
paling hitam pada secangkir kertas putih
kunikmati wajahku dengan rumbai
yang melintang menarik gurat tersendiri
pada sudut-sudut pembentukan feminisme wajahku
Aneh...
aku melihat udara keluar dari roh
begitu asing dan menggelisahkan
aku tidak kenal
tapi aku merasa pernah memiliki
setidaknya menggenggamnya dalam nafas tanganku

Potret (2)

persengketaan jiwa yang paling parah
telah berakar di rongga rohku
aku bahkan tidak lagi mengenali suara
tidak juga kukenali belaian
juga catatan sejarah masa kanak-kanak
aku terkapar!
pada otak sumber pengeruk
tumbuh virus-virus pemberontakan
semakin berbiak dan menutup batok kepala
daging itu semakin busuk
sulit diterima masyarakatku

Potret (3)

Aku berkata:
setiap kataku adalah sumber penyakit
yang menyiapkan ladang-ladang kematian
nafasku menyebarkan penyakit baru
yang membuat masyarakat milikmu melepas mata
dari lubang-lubang garis wajah
dan kontradiksi denyut ortodokisme

Mereka berkata:
kau penghianat yang perlu dilukat
dipersembahkan pada dewa dan leluhur
untuk ditanyakan pada balian-balian
roh tetangga dari mana yang menggerakkan rohmu?

Potret (4)

masyarakatku tak kukenali
semakin banyak yang tidak kukenali
semakin aku merasa obsesi melumuri rohku
aku merasa pemilik hidup
aku sang penguasa tanpa batas arah

Potret (5)

balian-balian...
mengeluarkan muncratan petuah dan mantra
aku tidak punya hak bicara
bahkan untuk mengeja tubuh dan nafsuku

mecaru...melukat...metirtha...
teriakan tajam
mengupas ketelanjangan rohku

Potret (6)

aku semakin digiring pada kekuasaan orgasme
kemenangan atas anarki
kemenangan atas anomali
kemenangan atas konformitas yang ikat kaki
tumpah sudah tintaku
di atas keperawanan dan kertas bisu
sebuah dunia telah kuciptakan
dan bukan dunia segregasi
yang perlu diundi memunculkannya!

Potret (7)

Telah kuciptakan sejarah
Bagi gulungan kata-kata
Yang terpendam dalam dasar otak
Menjadi tetesan penuh makna

1992

Catatan:
1. Dilukat: diruwat;
2. Balian: dukun;
3. Mecaru: upacara membersihkan semesta;
4. Metirtha: diperciki air suci yang sudah diberi mantra.

Sumber: Warna Kita (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Potret" karya Oka Rusmini adalah serangkaian potret diri yang dalam dan menggugah, mengungkapkan perasaan pribadi yang intens dan konflik batin yang mendalam. Dengan gaya bahasa yang kuat dan penggunaan simbol-simbol yang khas, Rusmini membangun narasi yang kompleks tentang identitas, pembebasan diri, dan penolakan terhadap norma-norma sosial.

Struktur Puisi

Puisi "Potret" terdiri dari tujuh bagian yang masing-masingnya memperlihatkan lapisan emosi dan pemikiran yang berbeda-beda. Setiap bagian menggambarkan potret-potret yang menghidupkan persoalan-persoalan yang mendalam dalam kehidupan karakter yang tidak disebutkan namanya.

Tema Puisi

Tema utama dalam puisi ini adalah eksplorasi tentang identitas diri dan konflik batin yang dialami oleh subjek puisi. Rusmini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan, penerimaan diri, dan perlawanan terhadap ekspektasi sosial. Penggunaan kata-kata seperti "sumber penyakit", "ladang-ladang kematian", dan "kemenangan atas konformitas" menunjukkan tema pembebasan diri dari belenggu norma sosial yang membatasi.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Rusmini menggunakan gaya bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat untuk menggambarkan kebingungan dan perlawanan karakter terhadap norma-norma yang diberlakukan. Misalnya, penggunaan kata-kata "daging itu semakin busuk" dapat diartikan sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang dianggap busuk oleh masyarakat.

Konteks Budaya dan Sosial

Sebagai penulis Bali, Rusmini sering kali mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan budaya dan sosial Bali. Dalam "Potret", dia menyoroti ketegangan antara ekspektasi budaya dan keinginan untuk membebaskan diri dari batasan-batasan tersebut. Referensi kepada "balian-balian" (dukun) dan upacara-upacara tradisional Bali seperti "mecaru" dan "metirtha" menunjukkan kekayaan budaya dalam karyanya.

Pesan Moral dan Filosofis

Puisi ini juga mengandung pesan moral dan filosofis yang dalam, seperti penerimaan akan keunikan diri sendiri dan pentingnya mempertanyakan norma-norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Pesan-pesan ini tidak hanya relevan dalam konteks Bali atau Indonesia, tetapi juga universal dalam konteks manusia pada umumnya.

Melalui "Potret", Oka Rusmini berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang tidak hanya memikat secara emosional, tetapi juga merangsang pemikiran tentang identitas diri dan pembebasan dari norma-norma sosial. Dengan gaya bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna kebebasan, eksistensi, dan penerimaan diri dalam kehidupan sehari-hari yang kompleks.

Oka Rusmini
Puisi: Potret
Karya: Oka Rusmini

Biodata Oka Rusmini:
  • Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.
© Sepenuhnya. All rights reserved.