Puisi: Penjelasan Menteri Kehutanan tentang Badak (Karya F. Rahardi)

Puisi: Penjelasan Menteri Kehutanan tentang Badak Karya: F. Rahardi
Penjelasan Menteri Kehutanan tentang Badak

Menteri itu
berbaju safari dan berkeringat
dia gerah
padahal ruang itu sejuk ber-AC
dia was-was
padahal tak ada musuh mengancam
dia prihatin
padahal anak istrinya di rumah
berkelebihan
dia gemetaran
padahal yang dihadapinya
hanya wartawan
kameraman
dan petugas keamanan istana.

“Begini saudara-saudara ……..”
“Katanya badak cula satu di Ujung Kulon hilang ya pak?”
“Cula berikut kepalanya utuh sudah dipajang
di Hongkong ya pak?”
“Kabarnya badak-badak itu diculik oleh ninja 
dan saat ini sudah ada di Florida untuk diternakkan di sana…….”
“Kabarnya yang menculik makhluk angkasa luar ya pak?”
“Katanya bapak justru …….”
Menteri kehutanan itu kuyu
dia menunduk
matanya terpejam
keduabelah tangannya diangkat
ke atas
telapak tangannya dibuka lebar-lebar
persis jagoan yang menyerah kalah
karena diberondong pertanyaan gencar.

Sambil terus tertunduk
sambil merem
sambil angkat tangan
dia dituntun ajudan
lalu didudukkan di kursi pesakitan
di atas meja
di depan jidatnya
puluhan tape recorder
dan mikropon berserakan
lampu blitz berkilatan
lampu kamera tivi disorotkan
puluhan wartawan itu gelisah
dan gaduh.

Setelah meneguk air putih
menteri kehutanan itu menebarkan pandang
ke kiri
ke tengah
ke kanan
lalu balik lagi ke kiri
lalu mulutnya disenyumkan
dengan penuh keyakinan
“Begini saudara-saudara
saya memang baru saja melaporkan
kepada bapak Presiden
bahwa badak-badak bercula satu
di Taman Nasional Ujung Kulon
telah raib
Para petugas jagawana yang rutin melakukan
pelacakan jejak dan kotoran
telah melaporkan hasil negatif.
Pemotretan dengan 100 kamera otomatis
yang disebar di 100 lokasi selama
3 bulan juga nihil.
Terakhir, hasil pemantauan melalui
satelit dengan peralatan super canggih
juga hanya menunjukkan
gambar-gambar banteng
macan tutul
monyet
celeng
dan tikus.
Jadi, dugaan sementara
badak-badak itu sudah tidak berada
lagi di Taman Nasional Ujung Kulon
mungkin berada di tempat lain
mungkin juga telah punah
tetapi tidak tertutup kemungkinan
badak-badak itu telah raib
secara gaib.
Untuk itu di sebelah saya ini
ada eyang Gendeng Saestu
seorang tokoh paranormal yang akan
membantu memberikan penjelasan. Silakan eyang.”
Eyang itu tampak masih sangat muda
dan klimis
berjas dan berdasi
potongan rambutnya cepak
sorot matanya tajam
dan tubuhnya sempurna atletis
dia ganteng
tak ada sedikitpun kesan
bahwa dirinya paranormal.

Setelah membetulkan letak
duduknya
Eyang Gendeng Saestu berdehem
“Ehem”
Lalu dia manggut-manggut sendiri.
“Terimakasih bapak menteri.
Saudara-saudara, rekan-rekan wartawan
saya ini dulu juga wartawan lo.
Waktu masih di Yogya saya mbantu-mbantu KR.
Kadang diminta untuk ngisi konsultasi macem-macem.
Tapi terutama ya yang menyangkut nasib
jodoh, rezeki atau soal bisnis dan pangkat.
Kadang-kadang ada yang manggil
ke Jakarta
lalu tahu-tahu saya diminta bapak
Presiden untuk membantu mengatasi
berbagai gejolak yang saat ini terjadi
di tanah air kita tercinta.
Jadi kemudian wartawannya terpaksa
saya tinggalkan.
Tetapi
nurani saya masih nurani wartawan
saya masih dapat merasakan denyut
profesi sampeyan-sampeyan ini
jadi, kembali soal badak
seperti yang tadi telah diutarakan
oleh bapak menteri kehutanan
kondisinya memang seperti itu
raibnya secara mistik
jadi bukan raib sembarang raib
saya kira untuk sementara seperti itu dulu sebab
penjelasan dari bapak menteri sudah
cukup gamblang.”

Wartawan
Yang sedari tadi hanya mendengar
dan mencatat serta merekam
kini berebutan bertanya
mereka sangat menginginkan
rincian penjelasan
dan serangkaian pernyataan
namun menteri itu
paranormal itu
hanya tersenyum
sembari mengangkat kedua telapak tangannya
yang terbuka.

“Cukup, cukup itu saja
nanti akan ada penjelasan lebih rinci lagi
kalau segala penelitian dan pengamatan
telah selesai dilakukan
sekian dan terimakasih.”

Wartawan-wartawan itu
lalu seperti kerumunan semut
yang merelakan mangsanya
lepas dari kerubutannya
beberapa orang masih terus berusaha
menguber menteri dan paranormalnya
sampai ke mobil
tetapi menteri itu
paranormal itu
hanya tersenyum
hanya melambaikan tangan
nun dari balik
kaca mobil mereka yang teramat sangat
gelapnya.

Berita tentang raibnya badak bercula satu itu
segera menyebar ke mana-mana
permata satwa dunia
mamalia purba yang tinggal puluhan ekor
di ujung barat pulau Jawa itu
tiba-tiba lenyap.

Radio
koran
televisi
kantor berita
majalah
tabloid
bulletin ilmiah
berita internet
telepon
faximile
desas-desus
sebuah desas-desus yang sangat kuat
telah menyebar bagai kanker ganas
menyusup ke istana merdeka
menyelinap ke rumah-rumah petak
meluncur di jalan tol
mendarat di bandara Soekarno-Hata
dan tergeletak begitu saja di
suite room Grand Hyatt di jantung
jalan Thamrin Jakarta.

“Bagaimana ceritanya?”
“Ya, katanya  pasien di semua rumah sakit di Jakarta
telah terjangkit penyakit badak
kulit mereka menjadi sangat keras
hingga tidak bisa disuntik atau dioperasi.”
“Bagaimana itu?”
“Apakah benar mbakyu!”
“Saya tidak tahu. Kalau memang benar ya aneh sekali ya?”
“Tetapi lalu bagaimana kalau orang sakit harus operasi
tetapi kulitnya tidak bisa diiris karena tebal dan  keras
seperti kulit badak?”
“Mungkin dengan gergaji listrik.”
“Laser! Pasti dengan sinar laser!”
“Semua sudah dilakukan tetapi hasilnya kurang memuaskan.
Sekarang Ikatan Dokter Bedah itu sedang mengadakan
seminar ilmiah di Puncak Pas.”

Sementara itu
polisi-polisi
intel
detektif swasta
wartawan senior dan
beberapa paranormal
telah menemukan sebuah rumah mewah
dengan halaman seluas 500 ha
dan penuh badak bercula satu.

“Lo, jadi ke sana to badak-badak kita
dibawa?”
“Rumah siapa itu?”
“Lokasinya?”
“Kok berani-beraninya ya?”
“Kok bisa ya?”
“Apakah berita ini benar-benar akurat?”
“Jangan-jangan hanya isu?”
“Sensasi!”
“Ya, jangan-jangan supaya korannya laris.”
“Kita perlu cek and ricek.”
“Itu hukumnya wajib.”

Maka suatu pagi
rombongan menteri kehutanan
lengkap dengan jajaran di bawahnya
juga di samping-sampingnya
juga di depan dan di belakangnya
komplit dengan wartawan
ajudan
dan aparat keamanan
meluncur menuju Sentul
tempat rumah yang penuh badak itu.

Jalanan ber-Hotmix yang lapang
dan sepi
kiri kanan rumpun bambu jepang
rapat tetapi ramah
lalu sebuah gerbang berportal
dan bersatpam.

“Inikah rumah itu?”
“Ya. Ya inilah dia!”
“Rumah siapakah ini?”
“Katanya rumah mas Tomy ya?”
“Tomy siapa?”
“Tomy kita?”
“Tidak tahu!”
“Bukannya ini rumah oom Liem?”
“Bukan! Saya justru diberitahu
bahwa ini vilanya pak Bob!”
“Bob siapa, Liem siapa? Yang namanya Bob dan
Liem itu banyak lo. Bob Sadino! Liem Swie King?
“Lo, lo, lo, kok plangnya bertulisan begitu?”
“Rhinocheros Hill?”
“Ya, punya siapa ya?”
“Jangan-jangan ini punya bapak?”
“Bapak siapa? Bapak yang ada di surga?”
“Atau bapak jenggot?”
“Lo, kok cuma patung-patung?”
“Patung badak?”
“Ya semua cuma patung?”

Rombongan menteri kehutanan
wartawan
kameraman
aparat keamanan
semua terkesima
patung-patung itu
berjumlah puluhan
berdiri berpencaran
sangat naturalis
benar-benar hidup
benar-benar persis badak.

“Mungkin dari fiber ini!”
“Logam. Sepertinya logam!”
“Kayaknya besi!”
“Jangan-jangan titanium!”
“Awas, jangan disentuh lo. Siapa tahu ada radioaktifnya.”
“Ya, kita memang harus hati-hati.”
“Ekstra hati-hati!”
“Jadi bapak menteri percaya?”
“Ya, semua cuma patung pak?”
“Beritanya dulu dari mana sih pak?”
“Masa menteri dikibuli?”
“Siapa pak yang memberi info?”
“Bisa jadi semua ini hanya kamuflase!”
“Patung-patung itu sekadar alat pengalih perhatian.
Badak yang asli ngumpet di gerumbulan sana.”

Aparat keamanan dan wartawan lalu
menyisir medan
halaman rumah itu sangat luas
pohon-pohon
semak belukar
rumput
parit
bukit-bukit
danau buatan
air terjun tiruan
jalan setapak
jalan mobil
helipad.

Tetapi setelah lebih dari dua jam
dijelajahi
lengkap dengan anjing pelacak
dan detektor badak
hasilnya tidak ada.

“Benar pak, di sini tidak ada badak!”
“Tetapi, menurut petunjuk dari paranormal,
seluruh badak bercula satu dari kawasan Ujung Kulon
telah diangkut kemari!”
“Ya, benar pak. Memang benar.”
“Satu-satu, badak yang telah terjaring dan terbius itu
dibawa kemari dengan heli.
Tetapi begitu sadar, berdiri sebentar,
badak-badak itu berubah kaku lalu diam saja
dan menjadi patung.”
“Harus discan. Apa ini mumi asli atau patung atau malah fosil?”
“Lalu roh badak itu?”
“Ya, roh badak-badak itu masuk surga, masuk neraka
atau bergentayangan jadi hantu?”
“Itu yang kami tidak tahu.”
“Harus dikerahkan paranormal lebih banyak lagi.”

Dua patung badak
diangkat 12 orang
karena masih kerepotan
ditambah lagi 4 orang
sambil tetap keberatan
dua patung itu dinaikkan ke dalam truk
lalu dibawa ke Jakarta.

Menteri kehutanan
didampingi staf
didampingi aparat keamanan
dilindungi paranormal
duduk di ruang jumpa pers
menghadapi wartawan
dalam dan luar negeri.

“Saudara-saudara.
Kemarin siang, saya dan aparat keamanan,
telah datang ke sebuah vila di kawasan Sentul,
kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menurut kabar, di sanalah badak-badak
dari Ujung Kulon yang menghilang itu disembunyikan.
Menurut penjelasan penjaga vila,
badak-badak Ujung Kulon itu telah ditangkap
dengan jaring dan ditembak peluru bius
lalu diangkut dengan helikopter.
Namun ketika kami lakukan penggerebekan
yang kami jumpai hanya patung badak.
Menurut pengakuan penjaga vila
begitu badak-badak dari Ujung Kulon itu sampai di Sentul
dan sadar, mereka segera menggeliat-geliat
berdiri
kejang-kejang
kaku dan jadi patung
dua patung yang ada telah kami ambil
untuk diteliti lebih lanjut.
Beberapa paranormal telah kami
kerahkan untuk terus mengejar
roh para badak
sebab kami khawatir
roh-roh badak itu telah
bergentayangan masuk rumah sakit
merasuki pasien
hingga mereka menjadi berkulit tebal
tidak dapat disuntik
maupun dioperasi.
Itulah sementara penjelasan
dari saya
Ada pertanyaan?”

Para wartawan itu
para fotografer dan cameraman
semua resah
apa yang harus mereka tanyakan?
apakah mereka harus selalu bertanya
dan selalu mengharapkan jawaban?
Apakah wartawan tidak boleh diam
sambil mengamati
sambil mencermati
menghirup napas dalam-dalam
menenangkan diri
hingga bisa rileks
santai
lalu menyiapkan head line
berupa sepotong dinamit
dan seutas detonator
lalu mereka pun berteriak beramai-ramai.

“Sorak-sorak bergembira
bergembira semua
sudah pecah otak kita
juga otak pembaca
mari kita ledakkan
kepala kita semua
agar kita bisa bebas
dari amukan badak!”

Para wartawan itu
lalu berjingkrakan
mereka menari-nari
aparat keamanan kaget
menteri kehutanan bengong
paranormal menjadi normal
mereka ikut berdiri
para wartawan terus berjingkrakan
beberapa orang mulai menyerang
mereka menyeruduk
kekuatan mereka luar biasa
meja-meja berjumpalitan
tembok ruang pers jebol
mereka terus berjingkrakan dan
menyeruduk
upaya paranormal untuk
mengatasi keadaan
tetap sia-sia
menteri kehutanan
segera diamankan
dia dilarikan ke pusat pemberitaan
TVRI dan
memberikan penjelasan secara
sentral kepada seluruh pemirsa
di Indonesia

“Saudara-saudara
baru saja saya terlepas dari
amukan roh badak
yang telah menyusup masuk ke dalam
tubuh para wartawan
mereka semua saat ini
masih mengamuk di departemen kehutanan.
aparat keamanan
dan paranormal
sedang berusaha untuk mengatasi keadaan
diharapkan
dalam waktu dekat ini
situasi sudah
dapat dikendalikan.
Sekian.”


Sumber: Negeri Badak (2007)


F. Rahardi
Puisi: Penjelasan Menteri Kehutanan tentang Badak
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.