Puisi: Mata Ibu (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Mata Ibu" yang ditulis oleh Tjahjono Widarmanto menggambarkan pandangan dan perasaan pelukisannya terhadap sosok seorang ibu, serta ....
Mata Ibu (1)

di matamu ibu, seribu tahun mengekal jadi satu
kupu-kupu mengembangkan sayapnya tanpa harus jadi kepompong
bersama belalang terbang berputar berpacu di segala taman,
halaman, dan pohon-pohon
dibawanya segenap rimbunan kenangan
rindu yang menyala di sepanjang jalan

di matamu ibu, segala isyarat dan tanda-tanda tertinggal
seperti kitab yang terbuka tempat segala peta dan segenap warna-warna
danau dan sungai tempat ikan-ikan membiakkan harapan
tempat segala sunyi ditandai

dan di sana pula, di balik matamu
: Tuhan begitu memesona

Mata Ibu (2)

di bola matamu itu, ibu
kubaca peta-peta, seluruh pesisir,
beribu laut bergelora, benua-benua baru,
dan hamparan jazirah-jazirah hijau
yang kelak melambai untuk kujelajahi

di bola matamu itu, ibu
kukenal bendera warna-warni
ingatkanku pada keagungan kakek-kakek kita
akan kujelajahi peta itu, ibu
akan kuseberangi gelora laut,
akan kutemukan benua-benua baru itu,
dan di sepanjang jazirahnya akan kupancangkan bendera
kukibarkan kembali segala kegagahan nenek moyang

ibu, di bola matamu itu
menyimpan gairah semangat kebangkitan baru

Mata Ibu (3)

di kedalaman bola matamu
bulan dan bintang bersemayam
mengajakku berbincang tentang
cinta, rindu dan tuhan
dari kedalaman bola matamu itu
kujenguk sumur teka-teki
kalimat-kalimat rindu sebuah sujud
yang menjadi bait-bait puisi tafakur cinta pada tuhannya

bola matamu itu, ibu
muara segala kalimat cinta
kalimat ruh yang rindu pada Nur
: dan segala nur itu berbilik di kedua bola matamu!


Analisis Puisi:
Puisi "Mata Ibu" yang ditulis oleh Tjahjono Widarmanto menggambarkan pandangan dan perasaan pelukisannya terhadap sosok seorang ibu, serta bagaimana ibu tersebut menjadi sumber inspirasi dan rasa kagum dalam karyanya. Puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mengeksplorasi aspek berbeda dari mata seorang ibu.

Puisi Mata Ibu (1): Pada bagian pertama puisi, penyair menggambarkan mata seorang ibu sebagai simbol keabadian dan keberlanjutan. Ia membandingkan mata ibu dengan kupu-kupu yang tak perlu melewati tahap kepompong untuk berkembang menjadi makhluk yang indah. Kupu-kupu dan belalang menjadi representasi kehidupan yang terus berputar dan bergerak dalam berbagai lingkungan, memuat kenangan dan rindu yang membara sepanjang perjalanan.

Puisi Mata Ibu (2): Bagian kedua puisi menyoroti mata ibu sebagai peta yang mencakup banyak aspek kehidupan dan peradaban. Mata ibu digambarkan memiliki peta-peta dunia yang memuat perjalanan laut dan benua-benua yang belum dijelajahi. Bendera yang berwarna-warni mengingatkan penyair akan kejayaan nenek moyang mereka. Mata ibu menjadi simbol semangat dan keberanian untuk menjelajahi dan memperjuangkan keagungan masa lalu.

Puisi Mata Ibu (3): Pada bagian ketiga, penyair melihat kedalaman mata ibu sebagai tempat bulan dan bintang bersinar. Mata ibu menjadi pusat refleksi tentang cinta, rindu, dan spiritualitas. Penyair merenungkan tentang makna cinta dan rindu, serta menghubungkannya dengan cinta pada Tuhan. Mata ibu menjadi sumber inspirasi untuk merangkai puisi-puisi tafakur yang memancarkan kecintaan kepada Sang Pencipta.

Melalui puisi "Mata Ibu," Tjahjono Widarmanto berhasil menggambarkan hubungan yang mendalam antara seorang anak dengan ibunya. Mata ibu digambarkan sebagai pusat dari segala aspek kehidupan, kenangan, semangat, dan spiritualitas. Penyair dengan indah menggambarkan betapa mata ibu memiliki makna yang dalam, dari keberlanjutan hidup hingga kejayaan sejarah dan kecintaan kepada Tuhan. Puisi ini adalah sebuah perayaan atas peran dan pengaruh seorang ibu dalam kehidupan, serta sekaligus merupakan ungkapan rasa syukur dan inspirasi terhadapnya.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Mata Ibu
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.