Puisi: Laki-Laki dan Perempuan (Karya F. Rahardi)

Puisi "Laki-Laki dan Perempuan" karya F. Rahardi menyajikan kritik yang tajam terhadap cara masyarakat mengukur dan menilai individu berdasarkan ...
Laki-Laki dan Perempuan

tubuh seorang laki-laki diukur dan ditimbang
berapa panjang dan berapa besarnya
ini penting
supaya dia dapat melihat, apakah dirinya
terlalu kurus atau terlanjur kering
jadi mudah untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya bukan?

tubuh seorang wanita dicoba dan dicatat
berapa lebar dan berapa besarnya
tidak usah malu
supaya masyarakat tahu mengenai dirinya
cukup kuat ataukah sangat nikmat
hingga nantinya tidak terjadi
salah paham atau yang lain
mengerti?

tapi yang paling penting
laki-laki dan perempuan harus diikat
dan ditempeli kartu di dada kirinya
sebagai tanda
apakah dia benar-benar jahat
atau hanya terlibat.

1975

Sumber: Horison (April, 1978)

Catatan:
Puisi Laki-Laki dan Perempuan kemudian hari dimasukkan ke dalam buku Silsilah Garong (1990).

Analisis Puisi:

Puisi "Laki-Laki dan Perempuan" karya F. Rahardi adalah sebuah refleksi tajam mengenai cara masyarakat menilai dan mengukur individu berdasarkan gender dan penampilan fisik mereka. Dengan gaya yang provokatif, Rahardi mengangkat isu-isu sosial dan budaya yang berkaitan dengan standar tubuh dan penilaian moral.

Pengukuran dan Penilaian Tubuh

Puisi dimulai dengan "tubuh seorang laki-laki diukur dan ditimbang / berapa panjang dan berapa besarnya" yang menunjukkan cara masyarakat menilai pria berdasarkan ukuran fisik mereka. Ini tidak hanya mencerminkan kepedulian terhadap penampilan, tetapi juga menyoroti bagaimana ukuran dan bentuk tubuh pria dapat memengaruhi penilaian mereka di masyarakat. Kalimat "supaya dia dapat melihat, apakah dirinya / terlalu kurus atau terlanjur kering" menggambarkan tekanan untuk memenuhi standar fisik tertentu dan bagaimana hal itu bisa memengaruhi tindakan dan keputusan seseorang.

Penilaian Terhadap Wanita

Rahardi kemudian berpindah ke "tubuh seorang wanita dicoba dan dicatat" yang memperlihatkan bagaimana wanita juga dinilai berdasarkan ukuran tubuh mereka. Frasa "tidak usah malu" menandakan bahwa wanita sering kali dihadapkan pada standar tubuh yang ketat dan penilaian masyarakat yang sering kali menghakimi penampilan mereka. Penilaian ini mencakup apakah mereka "cukup kuat ataukah sangat nikmat", menunjukkan bahwa wanita sering dinilai tidak hanya berdasarkan kekuatan tetapi juga daya tarik seksual.

Pengikatan dan Penandaan

Puisi berlanjut dengan "tapi yang paling penting / laki-laki dan perempuan harus diikat / dan ditempeli kartu di dada kirinya". Ini adalah metafora untuk bagaimana masyarakat menempelkan label atau identitas tertentu pada individu. Penempatan kartu ini menggambarkan bagaimana orang sering kali didefinisikan oleh atribut-atribut eksternal yang mungkin tidak mencerminkan kepribadian atau karakter mereka yang sebenarnya. "Apakah dia benar-benar jahat / atau hanya terlibat" menyoroti bahwa penilaian moral atau karakter sering kali ditentukan oleh label yang diberikan oleh masyarakat.

Puisi "Laki-Laki dan Perempuan" karya F. Rahardi menyajikan kritik yang tajam terhadap cara masyarakat mengukur dan menilai individu berdasarkan gender dan penampilan fisik. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan metafora yang mencolok, Rahardi mengungkapkan bagaimana standar tubuh dan penilaian moral sering kali ditentukan oleh norma sosial yang ketat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari penilaian eksternal ini terhadap individu dan bagaimana kita bisa mulai melihat melampaui penampilan untuk memahami esensi dari seseorang. Rahardi mengajak kita untuk mempertanyakan sistem penilaian yang ada dan menilai orang berdasarkan kualitas yang lebih mendalam daripada hanya ukuran fisik atau label yang melekat pada mereka.

F. Rahardi
Puisi: Laki-Laki dan Perempuan
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.