Puisi: Kita Pernah (Karya Gus tf)

Puisi "Kita Pernah" karya Gus tf menggambarkan hubungan manusia dengan peristiwa dan emosi yang mengiringi kehidupan.
Kita Pernah

kita pernah berkenalan. musim hujan, air
memanjat selokan. "sebut aku kepasrahan,"
katamu, timbul-tenggelam dalam genangan

dalam genangan, api menjilat rumah-rumah jamban
wajahmu pucat, dan ketakutan. "sebut aku ketabahan,"
katamu. kayu dan arang mengerut dan mengerang. engkau
ke manakah bakal pulang? berhari-hari berbulan-bulan
kutunggu kau di koran-koran

di koran-koran, seperti biasa, kau tidak ada. gedung
gedung didirikan dengan ketenangan. demikian indah
begitu megah deras pembangunan. kota-kota tumbuh
dari kegaiban. tapi kita

tapi kita pernah berkenalan. berulangkali
kaukunjungi aku, sebagai aduh dari kepedihan

Jakarta 1994 — Padang 1931

Analisis Puisi:

Puisi "Kita Pernah" karya Gus tf adalah sebuah perjalanan melankolis melalui kenangan, kehilangan, dan ketabahan. Dengan bahasa yang padat dan penuh makna, Gus tf menggambarkan hubungan manusia dengan peristiwa dan emosi yang mengiringi kehidupan. Puisi ini mengeksplorasi tema kepasrahan, ketabahan, dan perubahan yang tak terhindarkan.
  • Kenangan dan Pertemuan: Puisi ini dibuka dengan kenangan tentang sebuah pertemuan di musim hujan, di mana air memanjat selokan. "Sebut aku kepasrahan," kata sang tokoh, yang timbul-tenggelam dalam genangan. Ungkapan ini mencerminkan penerimaan terhadap keadaan yang tidak dapat diubah dan mengisyaratkan bahwa pertemuan ini terjadi dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan kerentanan.
  • Ketabahan dalam Bencana: Dalam genangan air, api menjilat rumah-rumah jamban. Wajah yang pucat dan ketakutan mencerminkan ketabahan di tengah bencana. "Sebut aku ketabahan," adalah seruan untuk tetap kuat meskipun dihadapkan pada kehancuran. Gambar kayu dan arang yang mengerut dan mengerang memperkuat gambaran tentang penderitaan dan kerugian.
  • Penantian dan Kehilangan: Sang penyair menunggu di koran-koran, berharap menemukan jejak dari orang yang dicari. Namun, seperti biasa, dia tidak ada. Ini menggambarkan perasaan kehilangan dan ketidakpastian yang menyertai penantian tanpa kepastian. Koran sebagai media informasi menjadi simbol dari harapan yang tidak terpenuhi dan pencarian yang sia-sia.
  • Pembangunan dan Perubahan: Sementara penyair menunggu, gedung-gedung didirikan dengan ketenangan, menciptakan kota-kota yang tumbuh dari kegaiban. Ini menggambarkan kontras antara pembangunan yang terus berlanjut dan perasaan stagnasi serta kehilangan yang dirasakan oleh penyair. Kota-kota yang tumbuh menunjukkan bahwa waktu dan perubahan terus berjalan, meskipun ada individu yang tertinggal dalam kenangan dan penantian.
  • Kenangan yang Mengikat: Meskipun perubahan dan pembangunan terjadi, penyair mengingat bahwa mereka pernah berkenalan. Berulangkali kunjungan dari rasa kepedihan menunjukkan bahwa kenangan dan emosi tetap hidup, bahkan ketika dunia di sekitar terus berubah. "Aduh dari kepedihan" menggambarkan intensitas dari kenangan yang masih menghantui penyair.

Tema dan Pesan

Puisi ini mengeksplorasi tema kepasrahan, ketabahan, penantian, dan perubahan. Gus tf mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada situasi yang memaksa kita untuk pasrah dan tabah. Perubahan adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan, dan meskipun kita mungkin merasa tertinggal, kenangan dan emosi tetap menjadi bagian dari diri kita.

Pesan dari puisi ini adalah untuk menerima kepasrahan dan ketabahan sebagai bagian dari pengalaman manusia. Perubahan dan pembangunan akan terus berlanjut, tetapi kenangan dan emosi adalah pengingat akan perjalanan yang telah kita lalui.

Gaya Bahasa dan Struktur

Gus tf menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna. Struktur puisi yang terdiri dari beberapa bait pendek menciptakan alur yang mengalir dan mengajak pembaca untuk merenung. Pilihan kata yang tepat dan simbolisme yang kuat membuat puisi ini kaya akan interpretasi.

Puisi "Kita Pernah" karya Gus tf adalah sebuah refleksi mendalam tentang kenangan, kepasrahan, ketabahan, dan perubahan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Gus tf mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup dan menerima bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan. Kenangan dan emosi tetap hidup, mengingatkan kita akan pengalaman dan hubungan yang telah membentuk diri kita.

Gus tf Sakai
Puisi: Kita Pernah
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Daging Angkasa luas inilah yang menggelembungkan balon di kepalaku. Bongkahan planet melayang, seperti gumpalan dada yang mengerang. "Siapa Anda? Punyakah Anda sece…
  • Negeri Mengulang (Lama sudah) aku pergi dengan orang-orang, yang berkendara dan hidup dalam besaran. Kami menunggangi meter, gram, mil, batas laut, lepas pantai, kaw…
  • Usia maka tertahan aku: di bandul jam. Semua getar melamban jadi gema. “Siapa yang memecah kulit, keluar dari cangkangnya?” dan kulihat engkau, tapi tak ada. Sepe…
  • Lubuk Kabut kaukatakan engkau mampu, memangkas rimbun kabut di matamu. Cuaca berubah-ubah tak menentu. Segala bisa tumbuh atau ranggas di dadamu. Segala bisa hijau …
  • Adakah "Adakah engkau memiliki ibu?" Sungguh ia sangat malu dengan pertanyaan itu. Kata orang, ia muncul dari malam, dalam kelam, dari mitos penuh hantu.  &nbs…
  • Si Bisu, Si Lupa Letih mengembara, capek berkelana, akhirnya ia putuskan jadi Si Bisu. Ketika itulah ia tahu: Tiap kali bicara, sebenarnya mengurangi hidupnya. Maka…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.