Puisi: Interlude Perjalanan (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Interlude Perjalanan" karya Wayan Jengki Sunarta menciptakan gambaran yang kuat tentang keindahan alam dan pengalaman romantis, sambil ....
Interlude Perjalanan

kita melaju
searah jalanan yang kian mendebarkan
gerimis tak lagi dingin
bara cinta masih menghangati jiwa
meski tak sepenuhnya kita pahami

Gunung Agung menerka setiap detak di nadi
mengurai detik demi detik yang telah lewat
dewa-dewi terlelap di lipatan selimut kabut
gemuruh laut Tulamben
seperti menggumamkan asmarandana

kita melaju
karang-karang lahar beku
dan pepohonan hijau
begitu sumringah
hari yang lelah
kini merekah

namun,
entah tiba dimana kita

kekasih, apa yang kau lamunkan?
mungkin, jalan yang kita tempuh
tak semudah waktu dulu
mungkin, jalanan ini
akan bermuara di hati yang kelu

ah, kau yang melamun,
uap garam membelai hitam rambutmu
pucuk-pucuk ilalang riang
menerbangkan bunga-bunga putihnya
namun, kau selalu merasa
kehilangan separuh hatimu

ada saat kita mesti rela
membuka jiwa
menerima rahasia semesta
ikhlas melepas
segala yang telah jadi tilas

sejauh perjalanan
mungkin tak terhitung
berapa tikungan telah kita lewati
berapa debar masih tersisa
berapa lubang telah buat kita oleng
berapa tanjakan bikin kita mengeluh
terkadang menjerit gemas
melepas hasrat yang mencemaskan
saat menuruni lembah curam
yang begitu rawan...begitu rawan...

ah, jalanan ini
telah menjebak kita
memeram kisah demi kisah
kenang sepanjang kenang

Karangasem-Buleleng PP, 10 Oktober 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Interlude Perjalanan" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya sastra yang memperlihatkan perjalanan fisik dan emosional dua orang kekasih. Dalam puisi ini, terdapat elemen-elemen yang menciptakan gambaran perjalanan fisik, pengalaman romantis, dan refleksi terhadap hubungan cinta.

Perjalanan Fisik dan Emosional: Puisi ini menciptakan perasaan perjalanan fisik yang menarik. Penulis menggambarkan perjalanan melalui jalanan yang "mendebarkan" dan gunung yang "menerka setiap detak di nadi." Namun, perjalanan ini juga menggambarkan perjalanan emosional, di mana kekasih-kekasih ini mencari pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan mereka.

Hubungan Romantis: Puisi ini menciptakan gambaran hubungan yang romantis antara dua kekasih. Mereka merasa "bara cinta masih menghangati jiwa," dan suasana sekitar mereka juga mencerminkan keindahan dan kedamaian alam. Gunung Agung, laut Tulamben, dan pepohonan hijau semuanya menciptakan latar belakang yang indah untuk hubungan mereka.

Refleksi dan Keraguan: Puisi ini mencerminkan refleksi dan keraguan dalam hubungan. Ketika penulis bertanya, "entah tiba dimana kita," ia menunjukkan ketidakpastian tentang masa depan hubungan mereka. Kehilangan dan keraguan juga tercermin dalam kata-kata "kau selalu merasa kehilangan separuh hatimu."

Transformasi dan Penerimaan: Puisi ini menggambarkan perjalanan sebagai proses transformasi dan penerimaan. Penulis berbicara tentang "membuka jiwa" dan "ikhlas melepas segala yang telah jadi tilas." Ini menunjukkan bahwa perjalanan bukan hanya tentang perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional dan spiritual.

Kesulitan dan Keindahan Perjalanan: Puisi ini mencerminkan kenyataan bahwa perjalanan tidak selalu mudah. Ada penggambaran tentang tikungan, lubang, dan tanjakan yang sulit dalam perjalanan fisik, yang bisa diartikan sebagai tantangan dalam hubungan. Namun, pada saat yang sama, keindahan alam yang dihadapi selama perjalanan juga menciptakan momen-momen romantis yang tak terlupakan.

Puisi "Interlude Perjalanan" adalah sebuah karya yang merenungkan tentang perjalanan fisik dan emosional dalam sebuah hubungan cinta. Ia menciptakan gambaran yang kuat tentang keindahan alam dan pengalaman romantis, sambil menunjukkan keraguan dan refleksi yang terkadang muncul dalam hubungan tersebut.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Interlude Perjalanan
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Demokrasi Pah pah kok papah orasi ngotot begitu amat sih. dengarkan juga kami-kami ini dong. mbok yo sing sabar ngono to pak. tos sabaraha tahun nya bapa teu nyetir ha…
  • Jam Malam Malamku hera hera jam yang mencari waktu yang mencari hidup perempuan-perempuan telanjang diam saja tak menyapaku menjilati mesin ko…
  • Tentang KitaBetapa buruknya untuk menyadari, bahwa semua yang aku lakukan demimu adalah semua yang tidak akan pernah kau lakukan demiku. Bahkan untuk mengerti secara seutuhnya, …
  • SukabumiJika anda digoda matiKarena tak suka pada bumiDatanglah ke SukabumiKonon untuk menimbun sunyi1972Sumber: Horison (Mei, 1974)Analisis Puisi:Puisi "Sukabumi" karya Rahma…
  • Lelah Seperti mencari Tapi tak menemukan Seperti menemukan Tapi tak menerima Di sini, kau lelah Kau lelah 2019Analisis Puisi:Puisi "Lelah" karya A. Munandar …
  • Di Sebuah Restoran Indonesia,Juni 1998 Berilah kami sepiring makanan, dengan menu bergizi. Maafkan kami. Sudah lama restoran kami tidak menye…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.