Puisi: Impian Pohon (Karya F. Rahardi)

Puisi "Impian Pohon" karya F. Rahardi mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari eksploitasi alam dan pentingnya menghargai keberadaan serta ...
Impian Pohon

mimpiku gergaji
kata meranti pada ulin
mimpiku triplek selalu triplek
kata mahoni sambil merontokkan
daunnya hingga beterbangan ke mana-mana

mimpiku kapak dan parang
mimpiku selalu terpotong-potong
jadi kaso jadi kusen jadi reng
aku siap dipaku dan dipalu dan digusur
kapan saja dan ke mana saja
kata tiang yang keropos
dimakan rayap

mimpiku pohon
aku dulu benar-benar pohon
yang rimbun setinggi 30 meter dan
berbatang mulus dua pelukan orang dewasa
yang tumbuh di belantara hulu sungai
mahakam kalimantan
kata secuil kayu di rumah petak
di gang sentiong jakarta
kata hutan jati pada perkutut
aku harus jadi kursi anggun di
gedung DPR dan jadi rebutan orang banyak
kata sonokeling di lereng bukit kapur

mimpiku kentut
kata kursi ukir antik pada meja
tiap hari aku digencet pantat tebal
lengkap dengan embeiennya
aku capek
aku ingin sejenak tak diinjak-injak
dan diberapi kecoak
kata rak buku yang berdebu
di musium nasional

mimpiku buldoser
kata akasia sambil tiarap tumpang tindih
dan akar-akarnya mencuat
memuncratkan tanah
aku tidak pernah mimpi
kata eukaliptus
aku sadar nasibku pasti berakhir di
pabrik kertas
dicincang dan digiling jadi pulp
lalu dipres jadi tisu
lalu digulung lalu
dipakai cebok turis bule
di grand hyat

mimpiku hamparan alang-alang yang menggelombang
disapu angin berjuta hektar
kata eboni
tidurku belukar dengkurku pasir kuarsa
kadang jadi sahara maha luas
di afrika sana
dan ketika bangun
mimpi itu tetap hadir makin nyata
mimpiku kering dan tandus
kata angsana

mimpiku rindu
kata bambu dan rotan pada ficus
rinduku rindu belantara dan hujan campur kabut
dan pucuk daun itu berkilauan digayuti embun
dan disorot matahari pagi yang cerah
aku rindu angin dan sayap enggang
yang mengepak keras dan monyet-
monyet bergelantungan di dahan
rinduku rindu berat
yang berkobar menyala-nyala
lalu menghanguskan seluruh
mimpiku berbulan bertahun
dan asapnya mengganggu mata dan
napas oranghutan
johar itu mengadu pada
menteri pada gubernur pada wartawan

mimpiku dasi
kata log yang digandeng-gandeng dan
dihanyutkan ke hilir
dasi itu wangi dan turun dari heli
lalu mencolek-colek
jutaan batang kamper
dan jelutung dan tengkawang dan gaharu
lalu menggandengnya
ke jepang dan korea
ke eropa
kata mandau pada nenek-nenek
di rumah panjang

mimpiku lapuk
kata tusam
aku ingin tumbang lalu lapuk
tersiram hujan
dan matahari dan ditumbuhi
jamur diurai bakteri
lalu hancur jadi gambut
lalu biji-biji meranti dan ulin
dan jelutung dan tengkawang
tumbuh jadi besar
jadi belantara lagi

kadang-kadang aku bosan bermimpi
aku sudah terlanjur diukir-ukir halus
lalu dipasang di ruang jepara
di istana merdeka jakarta
makin hari makin sulit dibedakan
mana yang mimpi mana yang dengkur
mana yang hidup mana yang mati
mana buldoser mana gergaji
kadang aku takut bermimpi
kata benalu yang menempel
pada beringin

apakah mimpi masih bernilai ekonomis
sebagai komoditas ekspor nonmigas
tanya tonggak kenari

apakah kita masih bisa mimpi suka-suka
tidur semaunya dan
bebas mendengkur keras-keras?
tanya pohon sawo

mimpiku sudah beragam
kata pohon teh
semua sudah dipangkas rapi pendek-pendek
dan diatur undang-undang
diatur keppres
dan dengkur pun meski bebas
harus pelan-pelan
dan bertanggungjawab

mimpiku bubar
putus di tengah jalan
digergaji dan dikapak lalu
dibelah-belah untuk
kayu bakar

mimpiku dilarang
kata pohon asam yang meranggas
di trotoar jalan merdeka
mimpiku tanpa ijin
kata ranting kering diguncang angin
lalu patah dan jatuh di aspal
digilas lalulintas
diseret sepatu
jadi debu
jadi mimpi.

Sumber: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo (1997)

Analisis Puisi:

Puisi "Impian Pohon" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan dan transformasi pohon dari masa hidupnya yang subur hingga menjadi benda-benda yang berbeda setelah dipotong. Melalui puisi ini, Rahardi mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, perubahan, dan keberadaan dalam konteks ekologi dan sosial.

Tema dan Pesan

  • Transformasi dan Identitas: Puisi ini menggambarkan transformasi pohon dari statusnya sebagai bagian dari alam menjadi berbagai bentuk produk kayu, seperti kursi, meja, dan tisu. Proses ini menggarisbawahi perubahan yang signifikan dalam identitas pohon seiring dengan pemanfaatannya oleh manusia. Rahardi menunjukkan bagaimana identitas pohon berubah dari bentuk hidup yang megah menjadi barang-barang fungsional yang digunakan sehari-hari.
  • Kerinduan dan Kekecewaan: Tema kerinduan dan kekecewaan sangat kuat dalam puisi ini. Pohon-pohon yang digambarkan dalam puisi ini memiliki mimpi dan harapan mereka sendiri, seperti menjadi kursi anggun di gedung DPR atau menjadi hamparan alang-alang yang menggelombang. Namun, mereka sering kali berakhir dalam keadaan yang jauh dari mimpi mereka, seperti menjadi tisu toilet atau kayu bakar.
  • Eksploitasi dan Konsumerisme: Puisi ini juga mengkritik eksploitasi dan konsumerisme. Pohon-pohon yang dulunya hidup subur di hutan kini dipotong dan diproses untuk memenuhi kebutuhan manusia, sering kali tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan keberlangsungan hidup pohon itu sendiri.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji yang Kuat: Rahardi menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan berbagai bentuk dan perubahan pohon. Dengan deskripsi rinci seperti "pohon setinggi 30 meter" dan "dikelilingi oleh embun," Rahardi menciptakan gambaran visual yang jelas mengenai kehidupan pohon dan proses transformasinya.
  • Penggunaan Metafora dan Personifikasi: Puisi ini kaya akan metafora dan personifikasi, di mana pohon-pohon berbicara tentang mimpi, harapan, dan kekecewaan mereka. Metafora seperti "mimpiku kentut" atau "mimpiku bubar" memberikan makna yang lebih dalam tentang pengalaman pohon dan perasaannya terhadap keadaan mereka.
  • Struktur yang Beragam: Struktur puisi ini sangat beragam, dengan penggunaan bentuk bebas dan alur naratif yang menggambarkan perjalanan panjang pohon. Rahardi menggabungkan berbagai elemen seperti dialog internal pohon dan deskripsi situasi untuk menciptakan narasi yang dinamis dan penuh warna.

Makna

  • Perubahan Identitas Pohon: Puisi ini menggambarkan perubahan identitas pohon dari bentuk hidup menjadi objek yang memiliki fungsi tertentu. Proses ini melibatkan kehilangan, kesedihan, dan kerinduan terhadap kehidupan sebelumnya. Pohon yang dulunya rimbun dan megah kini menjadi bagian dari produk konsumerisme, menggarisbawahi pergeseran nilai dan identitas.
  • Kritik Terhadap Eksploitasi Alam: Rahardi juga menggunakan puisi ini untuk mengkritik eksploitasi alam dan konsumerisme. Pohon-pohon yang diubah menjadi produk konsumen mencerminkan bagaimana alam sering kali digunakan untuk keuntungan manusia tanpa memperhatikan keberlanjutan dan dampak lingkungan.
  • Kerinduan dan Kekecewaan: Kerinduan dan kekecewaan yang dirasakan oleh pohon-pohon ini menggambarkan konflik internal antara harapan dan kenyataan. Mimpi mereka yang hancur dan proses transformasi yang tidak sesuai dengan harapan mereka mencerminkan kekecewaan terhadap keadaan yang tidak ideal.
Puisi "Impian Pohon" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang menyentuh mengenai perjalanan dan transformasi pohon, menggabungkan tema identitas, perubahan, dan kritik sosial. Dengan gaya bahasa yang kaya dan deskripsi yang kuat, Rahardi mengungkapkan kompleksitas pengalaman pohon yang mengalami perubahan drastis dari bentuk hidupnya menjadi objek konsumsi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari eksploitasi alam dan pentingnya menghargai keberadaan serta kontribusi alam dalam kehidupan manusia.

F. Rahardi
Puisi: Impian Pohon
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.