Puisi: Hikayat Kota (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Hikayat Kota" karya Tjahjono Widarmanto adalah ungkapan yang kaya akan penilaian, pengamatan, dan refleksi terhadap kehidupan di dalam kota.
Hikayat Kota


Ingin kuledakkan matahari pada pusar-pusarmu. Kota akan jadi mimpi yang sibuk dengan tafsir tak pernah usai. Diam-diam kubayangkan Tuhan berbisik: bukalah! maka semoga terbuka pintumu.

Seorang anak di seberang jalan dengan kaki telanjang dituntun ibunya tak juga memberimu senyuman, berlutut dengan cara ganjil pada batas trotoar kota: matahari itu milikku dan milikmu, tapi kapan kita berbagi?

Tak ada siapa-siapa di sini. Orang cuma bicara dengan wajah asing sambil membayangkan kampung halaman setelah bertahun-tahun melipatnya pada saku celana.
Orang-orang segera jadi tua dan pemurung di sini. Mengembara serupa ahasveros kehilangan jejaknya sendiri, menemukan seutas tali gantungan saat sepatu terkoyak dan gerimis berubah jadi bongkahan api menerpa wajah kepala dan kita merayap keluar dari rahim waktu

Tak ada yang sempat menyebutkan nama di sini.
Tuhan dibayangkan turun sebagai bocah jahil, bermain-main pada sisa lapangan rumput di batas-batas jalan dan berfirman, jadilah kalian kanak-kanak kembali, ayo kita bikin manusia, pasar, kota, dunia dengan fantasi cilikmu sesukamu!

Tak ada yang dapat mengeja namanya sendiri di sini. Orang-orang sibuk menggambar wajah sendiri pada lempung yang makin hari makin mengering sambil bersama-sama menyanyikan himne perkabungan bersama kelebet bendera yang turut menjadi sayu
esoknya anak-anak beramai-ramai mendulang kubur bapa-ibunya dan berkata

"papa, mama ajari kami bunuh diri!"


Ngawi-Surabaya, 2003/2006

Analisis Puisi:
Puisi "Hikayat Kota" karya Tjahjono Widarmanto adalah ungkapan yang kaya akan penilaian, pengamatan, dan refleksi terhadap kehidupan di dalam kota. Puisi ini menghadirkan gambaran kompleksitas dan keterasingan dalam konteks perkotaan melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif.

Tema Persepsi Kota: Tema utama dalam puisi ini adalah persepsi mengenai kota dan kompleksitasnya. Puisi ini membuka pandangan ke dalam aspek-aspek kehidupan kota yang sering kali berlalu tanpa disadari. Penulis mengamati kota sebagai tempat yang sibuk dan penuh dengan berbagai tafsir yang tak pernah usai.

Penggambaran Kota yang Dingin: Melalui kata-kata dan imaji yang digunakan, puisi ini menciptakan suasana dingin dan kejam di dalam kota. Penulis menggambarkan kota sebagai tempat yang tanpa rasa kepedulian, di mana orang-orang berbicara dengan wajah asing dan kehilangan koneksi antarmanusia. Hal ini mengilustrasikan keterasingan dan kehampaan dalam kehidupan perkotaan.

Sentuhan Religiusitas dan Spiritualitas: Puisi ini menyentuh aspek religiusitas dan spiritualitas melalui referensi kepada Tuhan. Gambaran Tuhan yang bermain-main seperti bocah jahil menggambarkan hubungan yang mendalam antara manusia dan penciptanya. Penulis menyiratkan bahwa manusia mungkin telah kehilangan hubungan ini dalam kota yang sibuk dan keras.

Kehilangan Identitas dan Kehidupan yang Keras: Puisi ini merujuk pada kehilangan identitas dan esensi manusia dalam kehidupan perkotaan. Orang-orang kehilangan jejak diri mereka sendiri, seperti ahasveros yang kehilangan jejaknya. Kehidupan yang keras dan permurungan membuat orang-orang menjadi tua dan penuh kebosanan.

Pesan Tentang Kehilangan dan Pencarian: Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah tentang kehilangan dan pencarian makna dalam kehidupan. Puisi ini menggambarkan keadaan manusia yang tenggelam dalam rutinitas dan tuntutan perkotaan, kehilangan hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Namun, ada juga harapan dalam pesan untuk kembali menjadi "kanak-kanak" dan membangun dunia dengan imajinasi.

Gaya Bahasa yang Kuat: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini kuat dan penuh dengan imaji yang tajam. Penggunaan bahasa yang figuratif dan metafora memberikan tekanan pada kesan kekosongan dan keterasingan dalam kehidupan kota.

Puisi "Hikayat Kota" merupakan perenungan yang tajam mengenai kehidupan perkotaan dan keterasingan manusia di dalamnya. Melalui bahasa yang kuat dan imaji yang memikat, puisi ini menciptakan suasana dingin, keras, dan terkadang meresahkan yang menggambarkan kehidupan di dalam kota dengan segala kompleksitasnya. Pesan tentang kehilangan, pencarian makna, dan potensi kembali ke keaslian serta imajinasi membentuk inti dari puisi ini.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Hikayat Kota
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.