Puisi: Euforia (Karya Oka Rusmini)

Puisi: Euforia Karya: Oka Rusmini
Euforia


Mungkin kita memang tidak memerlukan pertemuan lagi. Atau kau mulai takut menyentuh api yang terus tumpah dalam bola mataku?

Katamu:

Aku menginginkan kau tumbuh jadi pohon. Daunmu yang lebat akan menyumbat gigil yang terus berderak dalam tubuh. Di luar terlalu dingin. Tak ada manusia yang bisa kuajak bicara. Tak ada matahari mau melepas potong tubuhnya. Jangan pernah pergi. Mari, lemparkan ranting-rantingmu yang rimbun. Mungkin aku bisa kembali hidup.

Di sebuah ruang penuh orang-orang. Kau melindap tak berani menangkap bola mataku. Aku telah menggantung kata-kataku di setiap sudut jalan-jalan kota yang padat. Mungkin bisa memanggilmu berpaling. Di rel-rel kereta tua aku melepas pikiran-pikiranku, mungkin dia akan berbiak, menempel di dinding kereta. Bila kau duduk, kau bisa mengulitinya, membawanya pulang.

Aku juga menyelipkan lagu-lagu cinta, karena tak ada suara yang bisa keluar dari mulutku. Kau telah menyumbatnya.

Katamu:

Aku lelaki yang tidak memiliki kata-kata. Kau makin jauh. Aku melihat ombak besar melumatmu. Aku pernah berlari dengan perahu dan jaring. Mungkin masih bisa kusematkan kau di keping tubuhku. Tapi kau terus mengikuti ombak. Kau mungkin telah hilang. Kenapa kau kembali?

Aku pernah jatuh cinta pada patung air yang kau sembunyikan di detak jantungmu. Kau memanggil kerumunan anak-anak yang sedang bermain. Sambil menggenggam tanganku. Aku tak memiliki garis tangan, lalu kau menyuruh sepasang anak yang sedang berkasih-kasihan untuk mengambil taji.

Katamu:

Mana tanganmu. Aku akan menuliskan namaku di urat tanganmu.

Mungkin tidak lagi pernah kau impikan pertemuan. Ketika aku mulai rajin mengirimimu bunga, daun-daun kering. Sambil mengingat berapa usiamu kini. Kadang-kadang kucuri suaramu. Lalu kuselipkan di seluruh lubang telingaku. Mungkin aku bisa mengenang rasa takutmu.

Katamu:

Aku tak ingin kehilanganmu.

Aku pernah jatuh cinta pada pada patung air itu. Ketika malam, kukirimi bangkai bunga. Kau melempar wangi akar padaku.

Kau tidak pernah berkata-kata lagi. Selalu gelap. Dingin. Mungkin memang tidak pernah kau inginkan pertemuan lagi. Tapi aku masih mendengar suaramu yang parau menyanyikan lagu-lagu cinta penuh ragu. Kelak bila aku bisa mengumpulkan huruf-hurufku yang tanggal akan kukirimi kau sebuah rahasia yang terus membuat denyut di dalam darahku.

Atau kau ingin mengambil namamu di telapak tangan yang pernah kau goreskan?


2005

Sumber: Pandora (2008)

Oka Rusmini
Puisi: Euforia
Karya: Oka Rusmini

Biodata Oka Rusmini:
  • Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Wislawa Kukenal perempuan tua dengan senyum pahit dan rambut blonde kering. Dia hidup dengan dua laki-laki yang disimpan dalam ketiak penuh parfum. Dia pandai merajut huruf den…
  • Patiwangi Inilah tanah baruku Mata air menentukan hidupnya Ikan-ikan memulai percintaan baru Batang-batang yang menopang daun-daun muda Membuat upacara penguburan Telah ku…
  • 1996 : mp aku mengantarkan sepotong tubuh perempuan pada lelaki. Sebuah jurang pelan-pelan melahap mataku yang mengairkan sungai. Kunaiki batu-batu yang menumpu tubuh. Orang…
  • 1992 pertemuan itu, jadi benih pulau, bongkahan karang dan pasir, kukenang seperti anak sungai yang melarutkan wujud perempuanku. ''Aka kabar percintaanmu. Sungaikah dia? La…
  • Pulang ke Rahim Bumi aku tak mau tubuhku disentuh tanah yang lain kecuali warna tanahmu matahari tak mampu merobek keputusan yang semakin menetes membasuh jiwa c…
  • Rahim maka menggelombanglah tanah memecah akar pohon remahnya digiring nelayan ke laut perempuan-perempuan datang dengan dada terbuka segenggam pasir dan air laut yang …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.