Puisi: Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon (Karya I Nyoman Wirata)

Puisi "Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon" membawa pembaca dalam perjalanan filosofis tentang kehidupan, takdir, keberanian, dan kesejahteraan.
Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon


Jika berbunga, berbuah
pahit di lidah
Berkuntum kuntum mekar
Di akar sembahyang
Di reranting
binatang pengerat sembunyi
Lobang  pusara kematian
di rongga daun
Di setiap helai
tertulis nama-nama
namaku
namamu
Pada daun
berwarna cokelat tanah
tercantum nama takdir
Bila  inkarnasi
berubah  hijau pupus
Ulat bulu berjubah kenangan
Belalang pengerat 
di kelopak bunga
pamer kekuasaan
cemburu pada kupu-kupu
karena memiliki sayap dan
kupu-kupu
menganggap kutukan:
warna sayapku abadi, kutukan
tuju turunan
pembebasan melalui inkarnasiku
gagal
jadi naga terbang
sejenis ulat-ulat kecilkah aku?
Jika aku pohon, apakah
seharusnya berduri
sebagai kekuatan diri?
memaklumkan pembusukan?
Kesabaran yang rela diam
merawat meruwat ruang
berkibar seperti bendera
mendaur ulang udara bertuba
kesetiaan apa kau ajarkan
Jika engkau ibu dari semua ibu
Dengan tubuh bongkok
penyandang luka
tertoreh pisau sepi
tetakan risau mati para tualang
Aku melihat jenis belalang pengerat
Apa seharusnya setiap pohon berduri
menjaga hati?
Bila boleh memilih
lebih aman
seekor terbang
adalah kekuatan sekaligus
keindahan rapuh
itu sebab punya mimpi
ingin menyepuh sayap
menjadi sebatang hingga berkuntum
adalah perjuangan besar
liang lahat bersembunyi
tubuh pemilik nafsu berlobang
Kesejahteraan di bumi hanyut
oleh penindasan terhadap akar
Tak ada ladang bagi yang tumbuh liar
Akar menghujam bumi
Bersetubuh
Sejarahnya sebuah sabda
Keabadian pada akar
Kesengsaraan takan membunuh
Kemarau teman sejati
tapi lebih kuasa
rumput
hidup dibakar pun tumbuh
Jika bebas
tanpa bayang-bayang pelindung
terinjak bungkam
sebab tak mampu melukai
Pendendam menyebar benih
tak ada yang sia-sia
jika takdir tak menghendaki tumbuh
Narasi diterjunkan
berteriak:
Tumbangkan!
Sebab kalian tanpa nama
Dari jenis apa
Untuk menjadi sebatang pohon
Adalah sebuah perjuangan besar
Pun berat
bila menjadi rumput
Di mana bumi dipijak
rumput diinjak.

2019

Analisis Puisi:
Puisi "Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon" menciptakan gambaran kehidupan dan hubungan antara manusia dengan alam, terutama dengan elemen pohon. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keberadaan manusia dalam konteks alam dan ekosistem.

Simbolisme Pohon, Kehidupan dan Kematian: Pohon dalam puisi menjadi simbol kehidupan dan kematian. Ketika pohon berbunga dan berbuah, pahit di lidah mencerminkan pahitnya pengalaman hidup. Namun, pada akar sembahyang, ada aspek spiritualitas dan keabadian yang tersirat.

Nama-Nama pada Daun, Takdir dan Identitas: Pada setiap helai daun, terdapat nama-nama, termasuk "namaku" dan "namamu." Ini menyoroti takdir dan identitas yang tertulis dalam perjalanan hidup setiap individu, menciptakan narasi pribadi di alam semesta.

Konflik Antara Belalang dan Kupu-Kupu, Kekuasaan dan Kecemburuan: Pertarungan antara belalang dan kupu-kupu menciptakan konflik kekuasaan dan kecemburuan di dalam alam. Belalang yang merasa memiliki kekuasaan merasa cemburu terhadap kupu-kupu yang memiliki sayap, menunjukkan dinamika persaingan di alam semesta.

Inkarnasi dan Kekecewaan, Pembebasan yang Gagal: Penggunaan inkarnasi dan gagalnya pembebasan menciptakan perasaan kekecewaan. Meskipun ada usaha untuk melampaui batasan, tetapi keberhasilan tampaknya sulit dicapai, menggambarkan kegagalan dalam upaya untuk mencapai pembebasan.

Pohon yang Berduri dan Sabar dalam Ruang Waktu: Pertanyaan apakah setiap pohon seharusnya berduri menciptakan gambaran tentang kekuatan diri dan pembusukan. Kesabaran pohon dalam merawat ruang dan berkibar seperti bendera menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Peran Ibu Bumi dan Keluh Kesahnya: Penggambaran ibu bumi yang bongkok dan memiliki luka menyampaikan keluh kesahnya. Penyair menyoroti perlunya melihat dan mendengar keluhan alam, serta tanggung jawab manusia untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Hubungan Manusia dengan Alam, Penindasan dan Kesejahteraan: Puisi menggambarkan penindasan terhadap akar dan ketidakadilan di bumi. Namun, ada juga gambaran kesejahteraan yang dapat dicapai melalui kerja sama dan penghormatan terhadap alam.

Keberanian untuk Menjadi Pohon atau Rumput: Perjuangan dan Pilihan Hidup: Penyair mengajukan pertanyaan apakah lebih baik menjadi pohon dengan duri atau rumput yang hidup terinjak-injak. Ini mencerminkan perjuangan dan pilihan hidup yang harus dihadapi setiap individu.

Puisi "Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon" membawa pembaca dalam perjalanan filosofis tentang kehidupan, takdir, keberanian, dan kesejahteraan. Dengan menciptakan gambaran alam, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan peran manusia dalam menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya.

Puisi
Puisi: Dialog Dini Hari Kemesraan Pohon
Karya: I Nyoman Wirata
© Sepenuhnya. All rights reserved.