Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Bawah Permukaan Laut (Karya Zeffry J. Alkatiri)

Puisi "Di Bawah Permukaan Laut" karya Zeffry J. Alkatiri mengeksplorasi tema sejarah tersembunyi dan tragedi di bawah permukaan laut, serta ...
Di Bawah Permukaan Laut

Pernahkah kau mencoba untuk melihat di bawah permukaan laut?
Mungkin ada sesuatu yang dapat kau perlihatkan kepada kami.
Konon menurut para Datuk,
Dulu di bawah laut itu pernah ditemukan:
Pecahan persolen yang dibuat oleh budak dari negeri seberang.
Mungkin kau juga akan temukan:
Bola-bola peluru bertebaran seperti kerikil
Yang dulu sengaja dibuat untuk memusnahkan saudaramu.
Ada juga batok tengkorak kepala yang seakan ingin mengatakan sesuatu
Bahwa mereka adalah pahlawan dan bukan zeerover ataupun waterganzen.
Dan tulang rusuk yang rontok bersama tulang lengan yang berpisah.
Atau meriam yang telah berkarat
Yang tak mampu mengangkat dirinya
Untuk menyatakan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas beratnya.
Di samping puluhan peti uang logam
Beserta tumbak kelewang milik para petualang dan pendatang.
Yang konon membawa misi peradaban
Yang telah dibekukan oleh lumut dan air garam.
Bisa jadi kau akan menyentuh
Tulang-tulang kaki dan tangan, yang sebagian masih terikat oleh rantai besi
Yang bukan hanya karena alasan Tuhan
Milik saudaramu yang sengaja ditenggelamkan
Oleh dendam kebencian dan kerakusan.
Kau pun mungkin akan menemukan reruntuhan keangkuhan masa silam
melalui peralatan navigasi yang menjadi tak berarti ketika melawan alam.
Nanti kau juga akan mendengar suara-suara,
Yang menurut para Datuk dulu pernah terdengar
Meminta tolong seperti Peri Sirene kepada nelayan.
Tulang belulang menjadi karang
Kayu dan besi kembali menjadi debu bumi.
Tanda-tanda nenek moyang kita masih berserakan
Di bawah permukaan lautmu
Atau di bawah permukaan laut milikku?

2012

Analisis Puisi:

Puisi "Di Bawah Permukaan Laut" karya Zeffry J. Alkatiri mengeksplorasi tema sejarah tersembunyi dan tragedi di bawah permukaan laut, serta mengaitkannya dengan konsep masa lalu dan kehancuran. Penyair merenungkan warisan tragis yang terlupakan di bawah laut, mengingatkan pembaca akan jejak sejarah yang terkubur di dasar laut.

Penggunaan Bahasa dan Gaya Penulisan: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan deskriptif, membangun citra yang kaya dan mendalam tentang apa yang mungkin ada di bawah permukaan laut. Gaya penulisan yang terperinci dan perumpamaan yang kuat memungkinkan penyair untuk menggambarkan suasana yang gelap dan misterius di bawah laut.

Imaji dan Metafora: Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat, seperti "tulang belulang menjadi karang" dan "kayu dan besi kembali menjadi debu bumi", yang menggambarkan perubahan dan kehancuran dari benda-benda manusia di bawah laut. Metafora ini membantu memperkuat tema tentang keruntuhan masa lalu dan warisan yang terlupakan.

Struktur dan Ritme: Struktur puisi ini terdiri dari beberapa bait yang panjang dan rinci, dengan setiap bait membawa pembaca lebih dalam ke dalam pengalaman penyair di bawah permukaan laut. Ritme puisi ini terasa perlahan dan kontemplatif, menciptakan suasana yang cocok dengan tema reflektif dan introspektif.

Makna Mendalam: Melalui gambaran-gambar yang digambarkan, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan menghormati sejarah, serta kesadaran akan kerusakan yang telah dilakukan oleh manusia. Puisi ini juga menekankan tentang kebutuhan untuk menghargai dan merawat lingkungan laut, serta untuk memahami warisan budaya yang terkubur di dasar laut.

Puisi "Di Bawah Permukaan Laut" merupakan sebuah karya yang menggugah kesadaran pembaca tentang sejarah tersembunyi dan keruntuhan yang terjadi di bawah permukaan laut. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya, penyair berhasil menciptakan sebuah karya yang memikat dan meresapi makna yang mendalam tentang masa lalu dan warisan yang terlupakan.

Zeffry J. Alkatiri
Puisi: Di Bawah Permukaan Laut
Karya: Zeffry J. Alkatiri
© Sepenuhnya. All rights reserved.