Analisis Puisi:
Puisi "Di Bawah Permukaan Laut" karya Zeffry J. Alkatiri mengeksplorasi tema sejarah tersembunyi dan tragedi di bawah permukaan laut, serta mengaitkannya dengan konsep masa lalu dan kehancuran. Penyair merenungkan warisan tragis yang terlupakan di bawah laut, mengingatkan pembaca akan jejak sejarah yang terkubur di dasar laut.
Penggunaan Bahasa dan Gaya Penulisan: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan deskriptif, membangun citra yang kaya dan mendalam tentang apa yang mungkin ada di bawah permukaan laut. Gaya penulisan yang terperinci dan perumpamaan yang kuat memungkinkan penyair untuk menggambarkan suasana yang gelap dan misterius di bawah laut.
Imaji dan Metafora: Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat, seperti "tulang belulang menjadi karang" dan "kayu dan besi kembali menjadi debu bumi", yang menggambarkan perubahan dan kehancuran dari benda-benda manusia di bawah laut. Metafora ini membantu memperkuat tema tentang keruntuhan masa lalu dan warisan yang terlupakan.
Struktur dan Ritme: Struktur puisi ini terdiri dari beberapa bait yang panjang dan rinci, dengan setiap bait membawa pembaca lebih dalam ke dalam pengalaman penyair di bawah permukaan laut. Ritme puisi ini terasa perlahan dan kontemplatif, menciptakan suasana yang cocok dengan tema reflektif dan introspektif.
Makna Mendalam: Melalui gambaran-gambar yang digambarkan, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan menghormati sejarah, serta kesadaran akan kerusakan yang telah dilakukan oleh manusia. Puisi ini juga menekankan tentang kebutuhan untuk menghargai dan merawat lingkungan laut, serta untuk memahami warisan budaya yang terkubur di dasar laut.
Puisi "Di Bawah Permukaan Laut" merupakan sebuah karya yang menggugah kesadaran pembaca tentang sejarah tersembunyi dan keruntuhan yang terjadi di bawah permukaan laut. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya, penyair berhasil menciptakan sebuah karya yang memikat dan meresapi makna yang mendalam tentang masa lalu dan warisan yang terlupakan.