Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dawat Jadi Tawon (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Dawat Jadi Tawon" karya Tjahjono Widarmanto penuh dengan metafora dan imaji kuat untuk menggambarkan perasaan, perjuangan, dan keputusan ....
Dawat Jadi Tawon


di genggaman tanganku tergenggam dawat dan tinta
tersimpan di sana ribuan tawon yang kubenihkan dalam riwayat
kelak mereka akan terbang dan menyengat siapa saja yang hendak jadi pendakwa
: menentukan itu kutuk atau mantra suci!

ribuan tawonku tak hanya akan berdengung tapi juga
menyengat lubang telinga dan delapan lobang tubuhku tubuhmu

duh, demi dawat kusengat tubuh sendiri


Sumber: Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Dawat Jadi Tawon" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan metafora dan imaji kuat untuk menggambarkan perasaan, perjuangan, dan keputusan dalam perjalanan hidup. Puisi ini menggunakan gambaran tawon sebagai simbol untuk menggambarkan suatu perubahan dalam diri seseorang.

Metafora Tawon dan Dawat: Puisi ini menggunakan metafora tawon untuk mewakili suatu perubahan atau transformasi dalam diri seseorang. Tawon dalam puisi ini mencerminkan kekuatan, keberanian, dan kemampuan untuk melawan. Dawat dan tinta yang dipegang oleh penyair menggambarkan kekuatan untuk mengabadikan pengalaman dalam kata-kata, dan tinta tersebut sebagai medium yang menghidupkan tawon-tawon tersebut.

Kekuatan dalam Penghadapan: Tawon yang dibawa oleh penyair mencerminkan kekuatan dalam menghadapi tantangan atau konflik. Tawon-tawon tersebut memiliki potensi untuk "menyengat siapa saja yang hendak jadi pendakwa," yang mungkin merujuk pada kemampuan untuk menghadapi masalah atau hambatan dalam hidup.

Konflik Internal dan Eksternal: Tawon-tawon yang "menyengat lubang telinga dan delapan lobang tubuhku tubuhmu" menciptakan gambaran perasaan konflik internal dan eksternal. Ini bisa menggambarkan pertempuran antara apa yang ada di dalam diri seseorang dan apa yang ada di luar, atau pertarungan antara rasa keberanian dan rasa takut.

Tawon sebagai Pengorbanan dan Keberanian: Baris terakhir, "duh, demi dawat kusengat tubuh sendiri," menggambarkan pengorbanan dan keberanian yang ada dalam mengejar tujuan atau perubahan. Penyair bersedia menghadapi rasa sakit atau konsekuensi demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Gaya Bahasa: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kreatif dalam puisi ini. Penggunaan kata-kata seperti "tersimpan," "menyengat," dan "tubuh sendiri" menciptakan suara yang kuat dan gambaran yang jelas tentang apa yang ingin disampaikan oleh penyair.

Pertanyaan Filosofis: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang arti perubahan, pengorbanan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Penggunaan simbolisme tawon mengundang pembaca untuk merenung tentang bagaimana perjuangan dan transformasi dalam hidup dapat membentuk individu.

Secara keseluruhan, puisi "Dawat Jadi Tawon" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perubahan, pengorbanan, dan perjuangan dalam perjalanan hidup. Melalui imaji-imaji yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan makna dalam menghadapi tantangan serta tentang daya tahan dan keberanian manusia dalam menghadapi perubahan.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Dawat Jadi Tawon
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.