Puisi: Bulan dan Kenangan (Karya Mahdi Idris)

Puisi "Bulan dan Kenangan" karya Mahdi Idris menggambarkan perasaan nostalgia, kehilangan, dan penolakan terhadap kenangan masa lalu.
Bulan dan Kenangan


Bulan masih mengintip di jendela
angin menebar senyum pada lelembar gordin menyibak,
membuka cakrawala
sejauh kapal berlabuh
menjauh di batas langit senja temaram
di sana kami dengar seribu tawa lagi yang belum terpotong,
sejak sejarah memenggal jalan kenangan.
Bulan,
itu kenangan melampau yang menusuk
derai bening airmata
pada sehelai kabut yang membalut puncak Geureudong.

kami belum dewasa menambal bulan tiap purnama
angin bawa sepucuk surat cinta pada tanah endatu yang menangis,
meringis lalu jantung kami digantung gordin
biar kami lupa tentang bulan, dan jendela
yang bersitatap di halaman.

Kami mesti diam, bertapa di ceruk wajah bulan di jendela
alu awan menantang langit,
memanggang sebatang lagi
jalan kenangan pada tanah titipan ibu.


Rumah Singgah, 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Bulan dan Kenangan" karya Mahdi Idris adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia dan kehilangan melalui pemakaian metafora bulan.

Metafora Bulan: Bulan dalam puisi ini bukan hanya sebuah objek langit, tetapi juga simbol perasaan nostalgia dan kenangan. Bulan digambarkan sebagai pengintip di jendela, yang mengingatkan pembaca pada kenangan masa lalu yang menyedihkan.

Kehilangan dan Nostalgia: Puisi ini merujuk pada perasaan kehilangan dan nostalgia yang mendalam. Penyair merasa seolah-olah mereka telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan tidak akan kembali. Metafora bulan menciptakan suasana yang melankolis dan merenungkan.

Imaji yang Kuat: Puisi ini menggunakan gambaran-gambaran yang kuat, seperti angin yang menyibak gordin, cakrawala, kapal yang berlabuh, dan puncak Geureudong. Ini semua menciptakan gambaran yang indah dan kompleks, yang memperkuat makna puisi.

Penolakan dan Lupa: Puisi ini juga menggambarkan upaya untuk melupakan kenangan dan perasaan yang menyakitkan. Penolakan ini tercermin dalam penggunaan kata-kata "biar kami lupa tentang bulan" dan penggantian jendela yang "bersitatap di halaman."

Diam dan Pertapaan: Puisi ini menggambarkan suasana diam dan pertapaan di bawah bulan, di mana penutupan diri dari kenangan dan perasaan tampaknya menjadi cara untuk mengatasi perasaan kehilangan.

Puisi "Bulan dan Kenangan" adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia, kehilangan, dan penolakan terhadap kenangan masa lalu. Metafora bulan digunakan untuk menciptakan gambaran yang mendalam dan melankolis, mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman emosional yang mendalam.

Puisi: Bulan dan Kenangan
Puisi: Bulan dan Kenangan
Karya: Mahdi Idris

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Aroma Kuah Pliek Bukan saja asin laut dan buai angin gunung kita hirup di Tanah Rencong tapi aroma kuah pliek lebih kental mengkhatam kenangan Menggelar ingatan aro…
  • Negeri di Bawah Angin Para leluhur telah meriwayat dalam hikayat silam ini tanah harumnya semerbak mewangi. Tertera dalam kisah para raja inilah Negeri di Bawah A…
  • Kalender Aku dan kalender tua yang tergantung di dinding ruang tamu bertatapan lebih tiga windu Satu persatu tanggal itu pergi meninggalkan kesamaran hidup antar…
  • Masa Tua Malam-malam mulai sunyi angin terasa ngilu menguliti tubuh cahaya-cahaya tak lagi benderang, jangkrik bernyanyi bisu. Siang pun bagai malam larut rebah …
  • Malam Malam telah tiba angin mengitari pekarangan meluruhkan daunan angsana, kesepian bernyanyi sayup seperti hantu. Pecah langit kumandang azan pertama dari bil…
  • Aceh Engkaulah wujud paling setia menemani kesenjangan beribu purnama telah kugenggam bersamamu di atas hamparan tanah dan mata air yang terpancar dari kelenjar mata…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.