Puisi: Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat (Karya F. Rahardi)

Puisi "Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat" adalah sebuah kritik sosial yang menyampaikan pesan yang dalam melalui penggunaan metafora dan ...
Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat

Sungai Musi
kolong jembatan Ampera
angin kota Palembang
matahari terpantul riak air
perahu-perahu
perjalanan panjang
capek
seratus ekor kampret
bergelantungan di palang-palang besi
di kolong jembatan itu
mereka loyo
Sumatera
pulau Sumatera
ternyata tak cuma sehari
dua hari melintasinya

Pohon-pohon karet
hutan kelapa sawit
rawa
hamparan alang-alang
gerombolan sapi
para kampret itu melaju
seperti lembaran saputangan
diterpa topan
“Itu juga ada rombongan kampret lo”
“Ya-ya, itu juga ada, banyak sekali”
“Lo-lo, mereka kok malah kemari?”
“Ciek, kami kampret dari Padang,
gua kami juga digusur orang
kami ingin pergi ke Jawa
pulau yang makmur
pulau yang banyak makanan
nyamuknya jinak-jinak
werengnya berjubel
dan katanya suasananya
aman, tertib dan terkendali”.

Dua rombongan kampret itu lalu berhenti
di sela-sela kerimbunan kelapa sawit
kampret Jawa terheran-heran
kampret Padang kebingungan
“La wong, kami dari Jawa
lari kemari,
kok sampeyan-sampeyan
malah mencari penyakit
di pulau Jawa?”
“Ciek, beginilah
kita mencari tempat yang teduh
agar dapat berdiskusi sehari penuh
kita adakan diskusi panel,
Okey?”
“La wong kampret Padang kok ngomongnya
pakai oke-oke segala
emangnya karaoke?”
Dua rombongan kampret itu lalu berhenti
mereka berteduh di bawah pohon-pohon
bergelayutan seperti biasanya lalu
mulai berdiskusi
seekor kampret independen yang datang
dari Prabumulih bertindak sebagai
moderator
sebagai panelis, juru bicara kampret Padang
dan juru bicara kampret Jawa
supaya panelisnya ada tiga dipanggillah
kampret dari Lampung yang
sedari tadi mengikuti rombongan ini
selanjutnya agar praktis
moderator disingkat M
kampret Padang disingkat KP
kampret Jawa KJ dan
kampret Lampung KL
M. Saudara-saudara diskusi panel kali ini
akan membahas tema sentral tentang
potensi pulau Sumatera dan peranan
pulau Jawa dalam rangka menopang
kelangsungan hidup para kampret
Tujuan dari diskusi ini adalah untuk
mendapatkan titik temu berupa kebenaran
material
dari sana akan diambil kebijakan-kebijakan
mendasar yang akan menentukan
arah terbang dan tujuan rombongan
para kampret ini
tapi lantaran diskusi ini pada hakekatnya
juga sebuah pentas maka para panelis juga
dituntut untuk ngomong yang menarik
tujuannya agar para peserta diskusi tidak
ngantuk

Seperti biasa, aturan main diskusi adalah,
para panelis akan mengemukakan
pokok-pokok pikiran mereka
lalu mereka akan
saling menanggapi
baru kemudian akan dibuka
kesempatan buat flor untuk ikut
urun rembuk
ingat saudara-saudara, sebagai moderator
sayalah yang paling berkuasa
saat ini
silakan panelis pertama.

KP. Ciek. Pokok pikiran saya sederhana
gua kami di Sumatera Barat sana
digusur pabrik semen, lalu kami
sepakat bulat untuk mengadu nasib
di Jawa yang lebih makmur
hanya itu.

M. Lho, pokok pikirannya kok sedikit amat
sebagai moderator saya rugi
sebab tadi sudah ngomong cukup banyak
bisakah sedikit ditambah

KP. No, Its enought

M. Lho, kok pakai bahasa Inggris
Datuk kan asli Padang kan?

KP. Yes, tapi speaking is speaking!
You understand?

M. Cukup, silakan panelis dua.

KJ. Begini ya, Saudara-saudara, sejarah
kami ini panjang
dulu kami hidup makmur
di kawasan Citeureup sejak zaman
Pajajaran
wereng cokelat banyak
nyamuk banyak
kepik-kepikan juga banyak
tapi populasi manusia makin tinggi
pohon-pohon ditebang
rawa-rawa diurug
rawa mangun,
rawa bangke,
rawa badak,
rawa ancol
semua sudah jadi rumah manusia.
untuk bikin rumah
manusia memerlukan semen
untuk bikin semen
rumah kamilah yang digusur
pada waktu penggusuran belum berlangsung
kami bersidang
dalam sidang itu tampak ada
perbedaan antar fraksi penghuni gua
sebagian menghendaki bertahan
sampai tetes darah penghabisan
sebagian pengin pindah ke kolong
jalan layang
sebagian maunya
boyongan ke gua kapur Ciseeng dan
Leuwiliang
saya dan para warga yang setia
pada cita-cita ini berniat
untuk merambah pulau Sumatera
yang masih perawan!
cukup saudara moderator?

M. Ya terserah situ
kalau cukup ya cukup, tapi itu tadi
sebenarnya kan hanya mengulang-ulang
yang sudah diceritakan oleh sang pengarang
di depan kan? Apa nggak mubazir gitu?
pembaca kan sudah tahu!

KJ. O, ya, ya maaf
tapi ya itu tadilah
ceritanya begini
dengan cerita tadi
sebenarnya saya hanya ingin
menegaskan bahwa
meskipun warga kami
banyak yang mati di perjalanan ini,
meskipun ternyata Sumatera
sudah tidak perawan lagi,
meskipun warga kampret Padang
malah pengin ngungsi ke Jawa,
namun kami tetap teguh
pada prinsip-prinsip semula
kami tetap ingin menjelajahi Sumatera
masih perawan atau sudah janda tua
tidak jadi soal benar
gitu, cukup ya?

M. Sip! silakan panelis tiga
KL. Masalahnya itu sebenarnya,
ada dua kelompok kampret
yang masing-masing
berangkat dengan bayangan yang sama
yang dari Padang membayangkan Jawa itu
makmur,
yang dari Jawa nganggepnya Sumatera itu
hebat,
yang betul,
Jawa itu ya ada yang makmur
ada yang gembel
di Sumaera
seperti di kampung saya,
ya ada yang hebat,
ada juga yang biasa-biasa saja.
saya sendiri mencintai Lampung
saran saya untuk rombongan dari Jawa,
baliklah ke Lampung bersama saya
juga yang dari Padang
cukuplah sampai Lampung
di sana di antara ladang-ladang singkong
banyak lo kutu loncatnya
itulah himbauan saya
terima kasih atas kesempatan
yang telah diberikan
oleh Pak Moderator.

M. Baik
tiga panelis
telah mengemukakan pendapatnya
sekarang para panelis silakan
saling memberikan tanggapan
dimulai dari panelis pertama

KP. Ciek, kami tetap mau ke Jawa
ini Indonesia
juga milik kampret Padang Bung!”
kami juga punya hak
ini baru gelombang pertama
akan segera menyusul rombongan ke dua,
ke tiga dan seterusnya
Jawa itu tinggi daya tariknya
this is prinsip!

M. Cukup?

KP. Yes!

M. Silakan panelis dua

KJ. Dulu waktu rombongan ini
meluncur dari Citeureup
tujuan kami adalah menemukan sebuah gua
yang sepi dan besar
terletak di gunung
yang dikitari belantara sangar
tapi kini lain
tujuan itu
kini lalu menjadi tidak penting
proses pengembaraan inilah
kini yang jadi tujuan kami
itulah tujuan kami ke mari
jadi bukan untuk mencari kemakmuran!

M. Hanya itu Mas?

KJ. Ya. mungkin bisa juga saya tambahkan
sedikit
Sumatera ternyata jauh sekali
berbeda dengan bayangan kami semula
saudara panelis tiga
dalam hal ini benar
nanti kalau sudah sampai di Jawa
anda yang dari Padang pasti juga
menghadapi hal yang sama seperti
yang saya hadapi sekarang.

M. Yah, silakan panelis tiga

KL. Susah
kalau yang kuat-kuat,
yang pinter-pinter,
yang ngganteng-ngganteng,
yang kaya-kaya,
semua dikirim ke Jawa,
lalu yang jelek-jelek,
yang loyo-loyo,
yang kere-kere,
dibuang ke Sumatera
ya susah Mas!

M. Terserah
sekarang kesempatan
saya buka untuk flor!

Mendadak kawanan kampret itu bubar
tak ada yang menggubris moderator
yang dari Jawa ada yang tetap gelayutan
mengikuti pimpinan mereka
ada juga yang membelot ikut boss dari
Padang agar dapat kembali ke Jawa
ada juga yang ikut panelis tiga
untuk menetap di Lampung.

Rombongan dari Padang juga buyar
ada yang tetap ingin ke Jawa,
ada yang berubah haluan ingin ke Lampung
ada juga yang bergabung dengan
rombongan dari Jawa untuk menjelajahi
Sumatera

Dalam suasana kacau balau
begitu
sekelompok kampret
dari Jawa dan dari Padang
memisahkan diri dari
kegalauan itu.

“Bresek ya?”
“Amburadul semua!”
“Sambal balado itu namanyo!”
“Saya pusing, bingung, ruwet
“Pakai diskusi panel segala
“Apa itu? Saya ingin ngaso dulu”.
“Ya kita ngaso dulu
lalu nanti kita tentukan langkah berikut”.
“Lo, tapi itu mereka kok lalu pada berantem,
ya mereka saling bunuh!”
“Astagafirullah hal azaim,
mereka saling menyerang”.

“Rombongan sempalan ini
lalu menonton dari kejauhan
peserta diskusi panel tadi tampak saling
menyambar, mencakar, menggigit,
beberapa ekor kampret tampak
bergelimpangan di tanah
ada yang luka parah
ada yang sudah mati.

“Itu medan Kurusetra
itu perang Bharatayuda!”
“Bukan
itu kampret bego
yang sedang putus asa!”
setelah puluhan kampret
berjatuhan dan mati
perang itu berhenti
masing-masing kelompok lalu
terbang ke arah yang berbeda-beda

“Kasihan mereka yang mati itu ya”.
“Ya. Mereka itu pahlawan atau bukan ya?”
“Bukan,
“Siapa yang akan menjadikan
mereka pahlawan?
yang lain-lain
malah pergi begitu saja kok!”
“Masuk surga nggak ya mereka?”
“Hus, surga kan hanya untuk manusia
“Mana ada surga para kampret?”
“Jadi? mereka masuk neraka dong?”
“Juga tidak
mereka ya tidak kemana-mana
tetap di situ jadi tanah”.
“Tidak, tidak
mereka bisa saja lahir lagi
kalau selama jadi kampret
mereka baik-baik
mereka dapat lahir jadi kuda
jadi monyet
kalau mereka sangat baik
bisa langsung jadi manusia
tapi kalau mereka jahat,
lahir lagi jadi cacing”.
“Itu kata siapa?”
“Kata manusia yang percaya Reinkarnasi!”
“Ya sudahlah
ayo kita terbang lagi.

Rombongan kampret cinta damai itu
lalu terbang ke arah utara
kadang-kadang melewati hutan
kadang-kadang melewati rawa-rawa
kadang-kadang mereka melintas
di atas jalan raya trans Sumatera yang sudah penuh
dengan bis dan truk
yang melaju
dengan suara menderu-deru.

Sumber: Migrasi Para Kampret (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat" karya F. Rahardi adalah sebuah kritik sosial yang menghibur dengan cara menggambarkan dialog antara dua kelompok kampret yang menggambarkan perbedaan antara penduduk Sumatera dan Jawa.

Metafora Kampret: Kampret digunakan sebagai metafora untuk menyimbolkan masyarakat yang terpinggirkan atau diremehkan oleh penguasa atau kelas atas. Dalam puisi ini, kampret melambangkan kelompok masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan mencari tempat baru untuk hidup.

Konflik dan Perpindahan: Puisi ini mencerminkan konflik sosial dan perpindahan penduduk yang terjadi di Indonesia, khususnya antara Sumatera dan Jawa. Konflik ini tercermin dalam dialog antara kampret yang berasal dari Sumatera Barat dan Jawa, yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda dalam mencari tempat tinggal baru.

Kritik terhadap Pembangunan dan Penggusuran: Penggunaan kampret sebagai simbol menggambarkan ketidakadilan dalam pembangunan dan penggusuran yang terjadi di Indonesia. Para kampret digambarkan sebagai korban dari kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan nasib mereka.

Dialog Satir dan Kritik Sosial: Dialog antara para kampret mencerminkan satir dan kritik sosial terhadap kebijakan pemerintah dan sikap masyarakat terhadap mereka yang kurang beruntung. Pembicaraan yang sederhana dan lucu menyampaikan pesan yang dalam tentang ketidakadilan dan perjuangan hidup.

Ironi dan Humor: Puisi ini menggunakan ironi dan humor untuk menggambarkan situasi yang sulit dan serius. Misalnya, ketika para kampret berdebat menggunakan bahasa yang formal dan lucu, seperti penggunaan bahasa Inggris yang salah dan perdebatan tentang reinkarnasi.

Penutup yang Terbuka: Puisi ini diakhiri dengan suasana yang terbuka, di mana para kampret melanjutkan perjalanan mereka dengan berbagai pertanyaan yang tidak terjawab tentang nasib mereka. Hal ini mencerminkan ketidakpastian dan perjuangan yang terus berlanjut dalam hidup.

Puisi "Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat" adalah sebuah kritik sosial yang menyampaikan pesan yang dalam melalui penggunaan metafora dan dialog satir antara dua kelompok kampret. Melalui humor dan ironi, puisi ini menggambarkan konflik sosial, ketidakadilan, dan perjuangan hidup yang menjadi bagian dari realitas masyarakat Indonesia.

F. Rahardi
Puisi: Berdiskusi dengan Kampret Sumatera Barat
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.