Bajang-Bajang (3)
Bajang-Bajang (4)
Bajang-Bajang (5)
- Kuri Gede: pintu masuk yang hanya dibuka bila ada upacara-upacara besar
- Bale Bandung: sebuah bangunan khusus untuk upacara atau tempat tinggal bagi pendeta. Biasanya bangunan ini disucikan.
- Parekan: abdi laki-laki
- Payas Agung: perhiasan yang hanya bisa digunakan bila seorang gadis sudah memasuki usia akil balig
- Pelingsir: tetua adat atau orang yang dianggap mengetahui adat-istiadat Bali.
- Jegeg: panggilan untuk anak perempuan kasta Brahmana, kasta tertingi dalam struktur masyarakat Bali. Di Bali dikenal 4 macam kasta: Brahmana, Ksatria, Weisya, dan Sudra.
- Canang: perlengkapan upacara berbentuk segi empat atau lingkaran berisi rangkaian beragam bunga dan wewangian
- Tipat Dampul: ketupat yang menyerupai burung-burungan, biasanya digunakan untuk upacara khusus
- Metanding: mempersiapkan perlengkapan upacara
- Griya: rumah tempat tinggal kasta Brahmana
- Tuniang: nenek
- Aji: ayah
- Biang: panggilan untuk perempuan-perempuan Griya
- Tangkil: bersujud
- Kawitan: leluhur
- Kwangen: alat upacara berbentuk kerucut dihiasi beragam bunga
- Banten: sesaji
- Bija: beras yang ditempelkan pada kening. Biasanya digunakan setelah bersembahyang untuk memberi keselamatan, kesejahteraan, dan ketenangan.
- Pedanda: pendeta adat
- Jegeg: panggilan untuk anak perempuan kasta Brahmana
- Bale: balai-balai
- Jejahitan: teknik membuat perlengkapan upacara Bari janur. Ada semacam aturan tak tertulis yang mewajibkan seorang gadis, terlebih gadis Griya, untuk mempelajari keterampilan ini.
- Titiang: saya
- Jineng: semacam lumbung yang sangat tinggi. Biasanya, bagian bawah jineng berbentuk balai-balai, dan bila ada upacara adat seringkali digunakan lelaki untuk membuat beragam masakan, baik untuk keperluan upacara maupun untuk hidangan para tamu.
- Natah: pelataran
- Merajan: tempat ibadah
- Mesangih: upacara potong gigi
- Mesunggi: acara menyunggi seorang gadis keliling Griya yang dilakukan para abdi untuk memulai upacara inisiasi. Ketika seorang perempuan mamasuki masa akil-balig,
- biasanya diadakan upacara khusus untuk memberi tahu seluruh keluarga atau masyarakat bahwa seorang anak perempuan telah menjadi gadis remaja. Upacara ini berlangsung tiga hari.
- Oton: upacara untuk memperingati hari kelahiran
- Base: sirih
- Mako: tembakau
- Celepuk: burung hantu
- Datu: perawan tua. Dalam struktur masyarakat Bali sering seorang perempuan berkasta bangsawan, terlebih Brahmana, lebih memilih tetap mempertahankan keperawanannya demi darah bangsawan yang mengaliri tubuhnya dibanding menikah dengan kasta yang berbeda. Ada aturan bahwa seorang perempuan (untuk kasta Brahmana nama mereka Ida Ayu) hanya boleh menikah dengan laki-laki dari kasta yang sama. Sementara laki-laki (nama mereka Ida Bagus) boleh menikahi perempuan dari golongan apa saja tanpa ada penurunan derajat bagi keturunannya.
Analisis Puisi:
Puisi "Bajang-Bajang" karya Oka Rusmini adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh dengan makna simbolis yang dalam konteks budaya Bali. Puisi ini mengangkat tema tentang perempuan Bali yang menghadapi ritual dan perubahan sosial dalam masyarakatnya.
Simbolisme dan Budaya Bali
Puisi ini kaya akan simbolisme dan referensi budaya Bali, yang menggambarkan perempuan sebagai subjek utamanya yang melalui berbagai ritual dan upacara adat. Misalnya, "Kuri Gede" yang merupakan pintu masuk untuk upacara besar dan "Bale Bandung" yang merupakan tempat tinggal atau upacara penting bagi pendeta, mengilustrasikan ruang ritual dan spiritual dalam kehidupan perempuan Bali.
Perubahan dan Identitas
Puisi ini menggambarkan perubahan yang dialami oleh seorang perempuan Bali dari masa remaja ke dewasa. Proses ini ditandai dengan istilah "Bajang-Bajang", yang mengacu pada proses inisiasi atau transformasi dari seorang gadis menjadi seorang dewasa yang siap menghadapi peran dan tanggung jawabnya dalam masyarakat. Perempuan dalam puisi ini berusaha memahami dan merespons perubahan ini, terlihat dari dialog internalnya dan interaksinya dengan lingkungan sekitar.
Konflik Internal dan Eksternal
Konflik dalam puisi ini tidak hanya terjadi secara internal, melainkan juga melibatkan interaksi perempuan dengan masyarakat dan norma-norma budaya Bali yang kental. Misalnya, ketegangan antara ekspektasi sosial terhadap perempuan (seperti penggunaan "Payas Agung" yang berat di kepala) dengan keinginan untuk memahami dan mengeksplorasi identitas dan hak pribadinya.
Emansipasi dan Tradisi
Puisi ini juga menyentuh tema emansipasi perempuan dalam konteks tradisi Bali yang kuat. Meskipun terikat oleh adat dan ritual, perempuan dalam puisi ini mencoba untuk menemukan ruangnya sendiri dalam mengartikan dan mengekspresikan diri, meskipun hal ini tidak selalu bebas dari konflik dan pertentangan.
Kehidupan dan Penutup
Puisi ini ditutup dengan refleksi tentang kehidupan dan masa tua, di mana perempuan yang telah mengalami berbagai pengalaman dan ritual, kini menghadapi masa tua dengan segala hikmah dan kebijaksanaan yang diperolehnya. Hal ini menunjukkan perjalanan yang penuh dengan pengorbanan, refleksi, dan penerimaan atas perubahan yang dialaminya.
Puisi "Bajang-Bajang" karya Oka Rusmini menggambarkan perempuan Bali sebagai subjek yang menghadapi transformasi budaya dan sosial dalam konteks yang kaya akan tradisi. Melalui simbolisme dan narasi yang dalam, puisi ini tidak hanya menceritakan sebuah perjalanan individu, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai budaya dan dinamika perubahan dalam masyarakat Bali.
Biodata Oka Rusmini:
- Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.