Puisi: Thamrin (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi: Thamrin Karya: Esha Tegar Putra
Thamrin

Kota ini dibangun dari seribu kematian disebabkan
angin duduk, Thamrin. Orang-orang memangkas
jalan untuk memintas waktu, tapi nasib tetap 24 jam
tidak menentu, nasib tetap tersangga di antara getar
tiang-tiang plaza tua menunggu runtuh. Orang-orang 
terus menua dalam bus, bercinta di atas kursi kereta
dan berharap masa depan adalah jalur-jalur trem
yang dibangun kembali setelah puluhan tahun lalu
dirobohkan. Telah aku cintai pula kota ini, Thamrin.

Seperti kucintai kota di pedalaman Sumatra, dengan
segala kekurangan dan kelebihan, agar ketakutan
demi ketakutan dan bala demi bala hanya datang
dan bersarang dalam mimpi paling buruk

Kita bisara nasib, Thamrin, selalu tentang nasib.

Di gambir tiap hari dari pengeras suara dikabarkan
seekor demi seekor kuda mati rebah dalam rangkaian
kereta menuju Jawa. Para penggila batu akik berebut
memanjat patung bikinan Edhi Sunarso di Pancoran
setelah emmbaca nazam etntang batu Bacan mengkilat
seukuran buah kelapa Halmahera. Nazam memberi
kabar bahwa batu itu disurukkan di segaris telunjuk
patuh itu mengarah. Kegilaan apa lagi, Thamrin?

Tiap berjalan ke arah Senayan aku  merasa baju
di badan harus kutanggalkan untuk memperlihatkan
perut busut dan tulang dada yang menyembul pada
kaum penggila suara. Agar mereka paham bahwa
jauh ke arah samudera sana pulau-pulau telah dilipat
ke dalam rantang makan.

Kota ini dibangun dari seribu kematian disebabkan
angin duduk, Thamrin. Jalan-jalan terus dibikin meninggi
melingkar, melayang, dan membenam. Kota dengan
pengharapan bisa memintas waktu dengan cara begitu.

Aku turut berjalan, melihat segala yang patut dilihat.
mendengar segala yang patut didengar. Barangkali aku
akan turut menghabiskan hari-hari dan menua di jalan.

Dari bercinta dengan garang hingga maut membuatku
mati terlentang, akan di jalan.

Jakarta, 2015

Esha Tegar Putra
Puisi: Thamrin
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.