Puisi: Tengah Malam (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Tengah Malam" karya Wayan Jengki Sunarta menghadirkan gambaran suasana yang gelap dan misterius, serta mengeksplorasi tema-tema eksistensial ..
Tengah Malam


anggur vacqueyras dan beringer
muncul dari kolong dingin
ada yang hilang dari kehidupan,
ada yang hangatkan jiwa

siapakah kau yang coba memahamiku
apa kau patung dewa maut
atau hanya sekedar bunga perdu?
tak ada tanda untuk dendam atau rindu

musim hujan meringkus jiwamu
tak ada kata atau suara
hanya celoteh pemabuk
di tikung jalan:

— Hypocrite lecteur, — mon semblable, — mon frére! —*

aku tak pernah mampu
mengenalmu

2016

Catatan:
* dari "Au Lecteur" oleh Charles Baudelaire.

Sumber: Montase (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Tengah Malam" karya Wayan Jengki Sunarta menghadirkan gambaran suasana yang gelap dan misterius, serta mengeksplorasi tema-tema eksistensial dan ketidakpastian.

Tema dan Motif

  • Ketidakpastian dan Misteri: Puisi ini menciptakan suasana misterius dengan menggambarkan malam yang gelap dan dingin, serta kehadiran anggur yang muncul dari "kolong dingin". Hal ini menciptakan atmosfer yang membingungkan dan tidak pasti.
  • Eksistensialisme: Dengan pertanyaan "siapakah kau yang coba memahamiku", puisi ini menggambarkan ketidakjelasan identitas dan eksistensi diri penyair. Puisi ini merenungkan tentang keberadaan manusia dan relasinya dengan dunia di sekitarnya.
  • Kesendirian dan Keterasingan: Ungkapan "aku tak pernah mampu mengenalmu" mengisyaratkan kesendirian atau keterasingan penyair dalam merespons situasi atau orang lain di sekitarnya.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji: Sunarta menggunakan gambaran anggur Vacqueyras dan Beringer yang muncul dari kolong dingin untuk menciptakan suasana yang gelap dan melankolis. Gambaran musim hujan yang "meringkus jiwamu" memberikan kesan kesedihan dan kehampaan.
  • Penggunaan Kutipan: Pengutipan "Hypocrite lecteur, — mon semblable, — mon frére!" dari puisi "Au Lecteur" oleh Charles Baudelaire menambahkan kedalaman dan kompleksitas puisi ini. Kutipan ini mengarahkan pembaca untuk merenungkan tentang kesamaan, hipokrisi, dan eksistensi manusia secara lebih luas.
  • Struktur dan Ritme: Puisi ini terdiri dari beberapa bait pendek yang memberikan ritme yang lambat dan reflektif. Penggunaan tanda baca seperti titik dua dan garis miring memberikan jeda dan nuansa dalam pembacaan.

Pesan dan Makna

  • Keterbatasan dalam Memahami: Puisi ini mengeksplorasi tema ketidakmampuan manusia untuk benar-benar memahami dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. Pertanyaan "siapakah kau yang coba memahamiku" mencerminkan ketidakpastian akan identitas diri dan hubungan dengan dunia luar.
  • Kritik terhadap Kehidupan: Dengan kutipan dari Baudelaire, puisi ini juga bisa dilihat sebagai sebuah kritik terhadap hipokrisi dan kedua sisi manusia dalam menilai atau memahami hal-hal di sekitarnya.
Puisi "Tengah Malam" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah karya yang memadukan gambaran alamiah dengan pertanyaan eksistensial. Melalui penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan pengutipan sastra, Sunarta berhasil menciptakan sebuah karya yang merenungkan tentang keberadaan, kesendirian, dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan makna eksistensi dan hubungan antarmanusia, sambil menghadirkan suasana yang gelap dan misterius dalam pembacaan puisinya.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Tengah Malam
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.