Puisi: Taman Fatahilah (Karya Wayan Jengki Sunarta)
Puisi: Taman Fatahilah
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Taman Fatahilah
suara adzan bersahutan
menggema di dinding bangunan Belanda
menyusupi relung-relung jiwa Jakarta
bergetar di senar-senar gitar bocah pengamen
di tugu alun-alun kota tua
sejarah bermula
ditulis dengan darah
di lembaran kisah pedih masa silam
Fatahilah, Sunda Kelapa, rempah-rempah,
serdadu Portugis, tentara Belanda,
laskar Demak, prajurit Cirebon,
candu, mesiu, bau bangkai, amis darah,
budak, kuli, raja, penguasa
berkelindan di kedalaman jiwaku
di pusat kota ini
aku bercengkerama
dengan bebayangku sendiri
sebatang pohon tua
meranggaskan kenangan
di bawahnya seorang veteran
menyayat senar biola dengan ngilu
lagu lawas Batavia melantun
namun, di mana kau, kekasih?
jejak langkahmu merambahi
udara senja yang kuhirup
suaramu mengalun dari pelepah palma
yang disepuh warna kencana
di mana kau, kekasih?
di alas tikar plastik aku bersila
memusatkan rasa dan jiwa
seorang ibu paruh baya
menyeduhkan kopi untukku
bocah-bocah pengamen
menghiburku dengan suara serak
pengemis-pengemis memelas
menjulurkan kaleng bekas
siapakah aku di taman ini
sehampar pemukiman masa silam
yang kini berganti rupa
aku bukan Portugis, bukan Belanda, bukan Tionghoa,
bukan Demak, bukan Cirebon, bukan Bugis, bukan Sunda,
bukan Betawi, bukan Bali, bukan Melayu, bukan Jawa
aku semesta kecil
yang terkurung dalam diriku
taman ini telah berjanji
menggenapi rindu
ketika senja tak lagi kehilangan arah
ketika jiwa tak lagi berjarak
melebur seluas semesta.
2013
Sumber: Montase (2016)
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.