Puisi: Sepatu dan Telapak Kaki (Karya Alizar Tanjung)

Puisi "Sepatu dan Telapak Kaki" menggambarkan perbandingan kondisi dan perasaan antara pelindung dan yang dilindungi dalam kehidupan.
Sepatu dan Telapak Kaki

berujar sepatu kepada telapak kaki, kata sepatu,
kau begitu enak, hidupmu berumah pada tubuhku,
terpelihara putih kulit itu, sedangkan tempatku
di bawah, terluka oleh batu dan kerikil, sumbing tubuhku,
siapa peduli, terbuang dari pengganti baru.

menjawab telapak kaki, kau saudara kembarku,
segala luka sudah pada tubuhmu, tapi lupakah kau
segala rahasia pilu pada tubuhku, duniaku begitu gelap,
seluas tubuhmu, kau bebas mendongak
ke langit lepas matamu.

rumahkayu, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Sepatu dan Telapak Kaki" karya Alizar Tanjung adalah sebuah karya yang menggambarkan dialog antara sepatu dan telapak kaki, yang pada akhirnya mengungkapkan perbandingan kondisi dan perasaan keduanya.

Metafora tentang Kehidupan: Puisi ini menggunakan metafora sepatu dan telapak kaki untuk menggambarkan hubungan antara perlindungan dan pengorbanan dalam kehidupan. Sepatu melambangkan perlindungan dan kenyamanan, sementara telapak kaki melambangkan ketahanan dan pengorbanan.

Kontras dalam Kondisi dan Perasaan: Dalam dialog antara sepatu dan telapak kaki, terungkap kontras yang kuat antara kondisi dan perasaan keduanya. Sepatu digambarkan sebagai perlindungan yang terpelihara dengan baik, sementara telapak kaki mengalami luka dan kesakitan karena terpapar dengan kerasnya dunia.

Perbandingan Kehidupan Manusia: Puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai perbandingan dengan kehidupan manusia. Seperti sepatu yang melindungi telapak kaki, ada orang-orang di sekitar kita yang berperan sebagai pelindung dan penopang dalam kehidupan kita. Namun, seringkali pengorbanan dan kesakitan yang mereka alami tidak terlihat atau dihargai.

Ungkapan Kehidupan yang Penuh Tantangan: Dengan menggambarkan telapak kaki sebagai bagian yang paling terluka dan terpapar dengan kerasnya dunia, puisi ini mengungkapkan bahwa kehidupan seringkali penuh dengan tantangan dan kesulitan. Telapak kaki mewakili bagian dari kita yang harus menanggung beban hidup tanpa pamrih.

Akhir yang Menggugah: Puisi ini menyajikan akhir yang menggugah dengan pernyataan telapak kaki bahwa meskipun mereka terluka dan menderita, mereka memiliki kedalaman pengalaman dan kebijaksanaan yang tidak terlihat. Ini mengisyaratkan bahwa kehidupan yang keras dapat menghasilkan kebijaksanaan dan pemahaman yang dalam tentang diri dan dunia.

Dengan demikian, puisi "Sepatu dan Telapak Kaki" adalah puisi yang menggambarkan perbandingan kondisi dan perasaan antara pelindung dan yang dilindungi dalam kehidupan. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang pengorbanan, ketahanan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup.

Alizar Tanjung
Puisi: Sepatu dan Telapak Kaki
Karya: Alizar Tanjung

Biodata Alizar Tanjung:
  • Alizar Tanjung lahir pada tanggal 10 April 1987 di Solok.
© Sepenuhnya. All rights reserved.