Puisi: Sehabis Hujan (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Sehabis Hujan" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan yang mendalam.
Sehabis Hujan
: Dini RH Butarbutar

capung pulang senja, langit luka di ujung laut
tampaknya ombak memasang garis pada pantai
lenguh itu sampai juga, di nias, pulaumu

padang sehabis hujan telah memasang kabut
pada daun sepanjang jalan sawahan, tepinya,
rumputan seolah berat menyandang bebutir air.
kita sepasang mesra yang menunduk takut
membayangkan sudut jauh, tempat sauh memutus.

di bukit karamuntiang jejak mata masih melekat
tapi jejak itu tak cukup melengkapi rindu
akan pulaumu, akan tanah kelahiranmu.
senja teramat karam bagiku, teramat garam
kita memandangi padang sehabis hujan
dan kendaraan yang merengek lalu-lalang
membikin ruang yang hiruk pada telinga
“perjalanan yang begitu sepi” ucapmu gugu
sepi yang asing, yang menimbulkan sakit
makin menjadi

ke rimba kiranya, capung pulang senja
sehabis menafsir padang dari kejauhan
dan pulaumu, masih saja teramat jauh di mata
cuma lenguh kita yang menyampai, sayup-sayup

Kandangpadati, 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Sehabis Hujan" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan yang mendalam. Melalui deskripsi alam, penggunaan imaji, dan perumpamaan, puisi ini menggambarkan perasaan kerinduan, nostalgia, dan perjalanan emosional seseorang dalam menghadapi pemandangan alam.

Gambaran Alam yang Kuat: Puisi ini memulai dengan gambaran capung yang pulang senja dan langit yang luka di ujung laut. Gambaran ini menciptakan suasana dan memberikan tampilan visual tentang alam yang sedang berubah setelah hujan. Deskripsi ombak yang memasang garis pada pantai dan kabut pada padang setelah hujan menunjukkan perubahan suasana alam yang khas.

Nostalgia dan Kerinduan: Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia dan kerinduan melalui gambaran tentang pulaumu, tempat kelahiran, dan tanah air. Penyair merenungkan kejauhan dan perbedaan antara tempat sekarang dan tempat kelahiran. Perasaan ini menciptakan rasa rindu yang mendalam.

Penggunaan Perumpamaan: Penyair menggunakan perumpamaan untuk mengungkapkan perasaan dan pengalaman. Misalnya, "lenguh itu sampai juga, di Nias, pulaumu" menggambarkan suara angin yang tiba di pulau Nias sebagai sebuah perasaan yang mencapai pulaumu yang jauh.

Refleksi Emosional: Puisi ini menggambarkan suasana perjalanan emosional seseorang, seperti saat "kita sepasang mesra yang menunduk takut / membayangkan sudut jauh, tempat sauh memutus." Ini menciptakan gambaran tentang ketidakpastian dan rasa takut dalam hubungan.

Nada Kesepian: Puisi ini menciptakan nada kesepian melalui gambaran "perjalanan yang begitu sepi" dan perasaan sepi yang asing yang "menimbulkan sakit makin menjadi." Ini mencerminkan perasaan kesepian dan kekosongan yang dapat dirasakan oleh penyair.

Hasrat dan Keinginan: Puisi ini merenungkan tentang keinginan dan hasrat untuk mendekati tempat kelahiran atau pulaumu. Meskipun dekat di mata, pulaumu tetap teramat jauh, dan hanya lenguh atau suara yang dapat menyampaikan kerinduan.

Puisi "Sehabis Hujan" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan mendalam. Melalui deskripsi alam, perumpamaan, dan penggambaran emosional, puisi ini menggambarkan kerinduan, nostalgia, perjalanan emosional, dan kesepian. Pesan tentang perbedaan antara tempat sekarang dan tempat kelahiran, serta hubungan antara manusia dan alam, mengundang pembaca untuk merenungkan arti dan makna dalam perasaan dan pengalaman manusia.

Esha Tegar Putra
Puisi: Sehabis Hujan
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.